Minggu, 08 Oktober 2017

CONTOH BEDAH BUKU



BEDAH BUKU UMUM
“SJAHRIR (Peran Besar Bung Kecil)”

A.    TAMPILAN
1.      Desain Buku
Setelah kami mengamati buku ini yang berjudul Sjahrir (peran besar bung kecil), desain bukunya terlihat sangat sederhana dengan cover berwarna hijau dan putih serta isi buku bernuansa hitam putih. Meskipun tampilan buku terlihat sederhana tetapi menurut kami buku ini sangat menarik untuk dibaca karena buku ini menampilkan foto-foto dari tokoh yang diceritakan dalam buku dengan cukup jelas. Buku ini diterbitkan oleh KPG (kepustakaan popular gramedia) bekerja sama dengan Tempo Publishing yang didesain sebagai seri buku saku, sehingga ukuran dari buku ini lebih kecil dibangdikan buku umum yang lain. Karena ukurannya yang lebih kecil dapat memudahkan kita untuk membawanya kemanapun, sehingga kita dapat membacanya dalam waktu-waktu luang disela-sela pekerjaan kita. 
2.      Cover Buku
Dalam pembahasan desain buku pada poin pertama telah disinggung sedikit mengenai cover buku yang berwarna hijau dan putih. Cover buku ini terkesan sangat sederhana akan tetapi sangat menarik, kami mengatakan sederhana karena hanya menampilkan foto dari tokoh yang diceritakan dalam buku yaitu Sutan Sjahrir dimana foto yang ada diberi efek sehingga nampak seperti sebuah lukisan. Tulisan judul buku yang berwarna putih nampak sangat jelas dalam bentuk tulisan timbul begitupun dengan foto pada cover buku.
3.      Layout Buku
Ketepatan Layout buku biasanya dinilai dari tata letak dari elemen-elemen yang ada dalam buku. Adapun layout pada buku ini menurut kami sudah tepat dan bagus, dimana font type yang digunakan yaitu Arial dengan font size 23 untuk judul setiap pembahasan baru dan 10 untuk pembahasan atau isi. Dengan font size seperti itu sudah sesuai dengan ukuran buku yang cukup kecil dan lebih penting lagi isi buku dapat terbaca dengan jelas. Sedangkan untuk penempatan tata letak gambar atau foto, penempatan info singkat menurut kami sudah baik dan jelas.
4.      Ukuran Buku
Buku yang kami bedah dengan judul SJAHRIR (Peran Besar Bung Kecil) yang diterbitkan oleh KPG dan Tempo Publishing berukuran 16x11 cm dan ketebalan 1,6 cm yang terdiri dari 253 halaman termasuk sampul.
5.      Jenis Kertas
Jenis kertas yang digunakan dalam buku ini yaitu jenis bookpeper atau sering juga disebut storenso, dimana jenis kertas seperti itu sering digunakan pada buku novel dan buku cerita lainnya. Jenis kertas ini hampir sama dengan kertas HVS perbedaan yang mencolok hanya terletak pada warnanya dimana pada kertas HVS berwarna putih sedangkan untuk jenis bookpeper berwarna cream atau kecoklat-coklatan dengan ketebalan standar.

B.     ISI
1.   Redaksional atau Tata Bahasa
Untuk penilaian redaksional atau tata bahasa dalam buku yang harus diperhatikan ada beberapa hal, yaitu pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata dan penggunaan tanda baca atau pungtuasi. Semua itu sudah cukup baik penggunaannya di dalam buku yang kami bedah. Akan tetapi ada beberapa kesalahan baik dalam penulisan kata, penulisan huruf dan penggunaan tanda baca. Contoh penggunaan tanda baca dalambuku yaitu pada halaman 4 paragraf 3 halaman 5 paragraf 3 dan halaman 22 paragraf 3:
“Kami memperoleh bantuan tak ternilai untuk proyek ini. Rahmat Tolleng, misalnya, meminjamkan satu koper penuh buku koleksinya mengenai Sjahrir.”
“Peserta sidang, yang semula garang, terkejut. mereka merangkak ke kolong meja mencari perlindungan.”
“Dab hanyasatu blok dari Cinema Tuschinski terdapat gedung teater tua yang terkenal: Stadsschouwburg.
Pada kalimat di atas seharusnya tidak perlu ada tanda koma (,) di akhir kata Rahmat Tolleng, Peserta sidang dan pada akhir kata garang sedangkan pada akhir kata terkenal tidak perlu ada tanda titik dua (:) dan bisa diganti dengan kata “yaitu”. Sedangkan untuk pemakaian huruf dalam hal ini huruf kapital sudah sesuai dengan aturan yang ada. Contoh penggunaan huruf kapital pada nama orang, nama negara, dll. Bisa dilihat pada halaman 2 paragraf 3
Sjahrir berangkat ke Amerika, berpidato di mimbar Dewan Keamanan.Yang dilakukan Sjahrir mirip dengan saat pertama kali Yasser Arafa berpidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa mewakili masyarakat Palestina yang berkeinginan bebas dari pendudukan Israel.”
Penggunaan imbuhan pada kata dalam buku sudah sesuai dengan aturan yang telah ditentukan, seperti penggunaan imbuhan “di” dan “ke” sudah digunakan dengan baik di dalam buku. contohnya ada pada halaman 5 paragraf 1:
“Kami mengirim reprter ke Belanda untuk menyusuri lagi kehidupan pribadi Sjahrir saat berada di negara itu.”
berdasarkan kalimat di atas bisa kita ketahui bahwa setelah ada imbuhan “ ke” dan “di” diberi spasi karena kata yang mengikuti merupakan keterangan tempat. Berbeda ketika kata yang mengikuti bukan keterangan tempat maka imbuhan dan kata yang mengikuti tidak diberi spasi (disambung).
2.   Gaya Penulisan
Untuk menilai gaya penulisan sebuah buku yang perlu diperhatikan yaitu, jernih dan komunikatif, sesuai nalar dan logika atau saling berkaitan, serta akurasi atau kebenaranya. Hal-hal tersebut sudah diterapkan dengan baik dalam buku.  Buku ini menurut kami sangat komunikatif dan jernih dimana semuanya diceritakan secara baik dan jelas, cerita di dalam buku ini, juga sangat logis dan akurat, sumber informasi disebutkan dengan jelas baik yang diperoleh dari saksi mata yaitu manusia maupun dari tulisan-tulisan dalam buku-buku yang juga menceritakan sosok dari seorang Sjahril.
3.   Membosankan dibaca atau Tidak Membosankan dibaca
Setelah membaca buku ini menurut kami buku ini sama sekali tidak membosankan, sebaliknya buku ini sangat menarik untuk dibaca. Kami mengatakan hal tersebut karena buku ini menceritakan kehidupan seorang Sjahril secara detail, mulai dari saat Sjahril masih sekolah sampai meninggal dunia. Bahkan di dalam buku ini diceritakan juga hobi dari Sjahril semasa sekolah yaitu bermain bola, bisa dilihat pada halaman 12.
Saat kita membaca buku ini tidak hanya menambah pengetahuan kita mengenai perjalanan sejarah seorang Sjahril, tetapi di dalam buku ini juga diceritakan bagaimana perjalanan penulis buku dalam menelusuri jejak-jejak kehidupan Sjahril baik di dalam negeri maupun di luat negeri seperti Belanda. Buku ini juga tidak hanya bercerita secara tidak langsung tetapi banyak dikutip pendapat-pendapat dari saksi-saksi hidup yang mengenal Sjahril semasa hidupnya. Contohnya ada pada halaman 3 paragraf 1, halaman 4 paragraf 1, halaman 6 paragraf 4, halaman 12,25,44 dan masih banyak lainnya.
4.   Efektifitas, Efisiensi, dan Ekonomis Penggunaan Kata
a.       Efektifitas
Menurut kami buku yang kami bedah dengan judul Sjahril (peran besar bung kecil) sudah cukup efektif walaupun masih ada beberapa kesalahan yang perlu diperbaiki untuk kedepannya. kami mengatakan cukup efektif karena penulisannya secara umum sudah sesuai EYD, sistematis, tidak boros dan bertele-tele, serta tidak ambigu atau bisa dikatakan semuanya digambarkan secara jelas.
b.      Efisiensi
Dari segi efisiensi buku ini cocok dibaca bagi orang-orang yang sudah mempunyai pengetahuan yang cukup tentang sejarah. Karena kita akan lebih mudah memahami isi buku ini ketika kita sudah mempunyai pengetahuan tetang tokoh-tokoh yang disebutkan juga dalam buku seperti Ir. Soekarno, Muhammad Hatta dan Tan Malaka. Dalam buku ini juga memgunakan istila-istila yang tidak umum dan tidak semua orang mengetahuinya.
c.       Ekonomis
Buku ini memberikan konstibusi yang luar biasa untuk menambah pengetahuan kita mengenai sejarah salah satu pahlawan nasional yaitu Sutan Sjahrir. Dimana sosoknya digambarkan secara detail dari sumber terpercaya. Buku ini juga tidak hanya menceritakan kekuatan dari sosok Sjahril tapi juga lenkap dengan kelemahan beliau.
5.   Kalimat Mudah dipahami atau Susah Dipahami
Untuk masalah susah mudahnya dipahami, menurut kami tergantung dari pembaca itu sendiri. Karena sebenarnya kata-kata dalam buku ini tidak begitu sulit dipahami apabila kita sering membaca buku sejarah. Di dalam buku ada beberapa kata yang tidak semua orang tau artinya seperti pada halaman 7 paragraf 2 yaitu “antifasis dan antifeodal”, pada halaman 14 paragraf 2 yaitu “imperialisme dan kolonialisme”, pada halaman 22 paragraf 1 yaitu “ngelencer” dsb.
C.    SUBSTANSI ISI
a.   Nilai-nilai yang dikembangkan dalam IPS:
a.       Nilai Ketuhanan
Nilai ketuhanan merupakan nilai transedental yang menjadi core value dari sistem nilai yang ada. Di dalam buku ini ada beberapa paragraf yang mengandung nilai ketuhanan, yaitu sebagai berikut:
1)      Halaman 11 paragraf 3:
“Sjahrir beruntung mengenyam pendidikan di tengah perkembangan politik etis. Selain mendapatkan pendidikan ELS, setiap sore lelaki kelahiran 5 Maret 1909 itu juga mendapat pendidikan Islam dari orang tuanya.........”
Dari kalimat di atas kita mengambil pelajaran bahwa, tidak hanya ilmu pendidikan umun yang perlu kita pelajari. Akan tetapi pendidikan agama tidak kalah penting untuk dipelajari sebagai pondasi akhlak dan moral kita di dunia serta bekal di akhirat. Dan sebagai orang tua kita berkewajiban membekali anak-anak kita dengan ilmu agama.
2)      Halaman 66 paragraf 1
“........Badio, begitu Soebadio biasa disapa, adalah pengikut Sjahrir yang setia. Kelak keduanya bersama-sama mendirikan partai Sosialis Indonesia. Siang terik. Badio haus luar biasa. Sjahrir menawari anak muda itu minum, Tapi Badio menolak. Itu hari di bulan Ramadan: Badio sedang puasa”
Nilai ketuhanan yang dapat kita ambil dari kalimat di atas bahwasanya kita harus melaksanakan semua perintah Allah SWT. Termasuk melaksanakan kewajiban kita sebagai ummat Islam pada bulan Ramadan yaitu berpuasa.
3)      Halaman 198 paragraf 4
“Di Zarich, beberapa orang Mesir yang tinggal di negara ini dan tokoh-tokoh masyarakat Islam Swiss melayat. Mereka minta izin untuk menyalatkan jenazah di ruang khusus, d rumah sakit......”
Nilai ketuhanan yang dapat kita ambil dari kalimat di atas hampir sama dengan nilai ketuhanan yang ada pada poin dua. Dimana hukum melayat ke sesama ummat islam yang meninggal dunia adalah fardu kifaya. Dan itupun yang dilakukan oleh ummat islam yang tinggal di Negara Swiss dengan melayat ketika Sutan Sjahrir meninggal dunia.
b.      Nilai Edukatif
Nilai edukatif artinya adanya perubahan tingkah laku sosial peserta didik kearah yang lebih baik. Adapun nilai edukatif yang dapat kita ambil dalam buku ini yaitu; halaman 11 paragraf 2, halam 12 paragraf  2, dan halaman 188 paragraf 3. Dan di bawah ini kami memaparkan nilai edukataif tersebut.
1)      Halaman 11 paragraf 2
“.....Saat Sjahrir di bangku ELS, Bibliotheek ̶ perpustakaan untuk bangsa Hindia berbahasa Belanda ̶ tengah gencar mencetak buku cerita anak. Di kemudian hari, Sjahrir mengaku membaca ratusan buku cerita itu.”
Nilai edukatif yang dapat diambil dari cerita di atas yaitu, kita harus melakukan hal-hal yang baik seperti membaca untuk mengisi waktu luang kita. Karena dengan membaca kita dapat memperoleh pengetahuan baru, sehingga dapat membimbing diri kita ke atah yang lebih baik lagi.
2)      Halaman 12 paragraf 2
“.....Di Banda Neira, tempat pembuangan Sjahrir, Des Alwi mendengar ayah angkatnya bercerita tentang masa kecilnya. Ia pernah mencuri rambutan di rumah seorang kapiten warga Tionghoa bernama Chong Afi. Rambutan itu di petik beserta tangkai-tangkainya dan disimpai di bawah tempat tidurny. Namun aksi itu dipergoki sang Ayah,sehingga ia dihukum.”
Nilai edukatif yang dapat kita ambil dari cerita sederhana di atas yaitu bahwasanya kesalahan sekecil apapun yang dilakukan olah seorang anang, peserta didik atau siapapun harus kita berikan hukuman yang mendidik sehingga anak-anak bisa mendapat pelajaran yang berharga. Dan dapat merubah tingkah lakunya kearah yang lebih baik, dengan tidak melakukan kesalahan yang sama dikemudian hari.
3)      Halaman 188 paragraf 2
“Poppy pula yang meredam amarah Buyung ketika sisulung dihina teman-teman di Sekolah Dasar Kepodang, Jakarta, dengan sebutan anak tahanan. “papamu mengajarkan kita tidak jadi pendendam,” kata poppy berulang kali. Sang ibu dengan setia menyiramkan kata-kata yang mendinginkan Buyung dan Upik yang sakit hati mengetahui ayahnya diseret ke bui oleh bangsanya sendiri. “Papaenggak pernah membenci orang-orang itu,”ujar Upik, menirukan ibunya”
Dari cerita di atas nilai edukatif yang dapat kita ambil yaitu bahwasanya orang tua maupun guru harus selalu menasehati anak-anaknya atau siswa-siswanya. Agar anak-anak tidak menjadi orang yang bersifat pendendam dan mudah marah, sehingga anak-anak atau siswa-siswa selalu sabar menghadapi ejekan dari orang lain.
c.       Nilai Praktis
Nilai praktis berarti pembelajaran tidah hanya konsep teoritis belaka, melainkan digali dari kehidupan sehari-hari yang bersifat kontekstual. Dan didalam buku ini ada banyak nilai praktis yang dapat kita ambil, yaitu; pada halaman 13 paragraf 1, halaman 14 paragraf 2, halaman 46 paragraf 3, halaman 54 paragraf 1, halaman 56 paragraf 2, halaman 124 paragraf 1, halaman 140 paragraf 4 dan halaman 215 paragraf 1. Di bawah ini kami telah menjelaskan beberapa nilai praktis tersebut.
1)      Halaman 13 paragraf 1
.....Ia mendaftar ke Algemene Middelbare School (AMS) jurusan Barat klasik ̶ jurusan yang mengarahkannya jadi jaksa, segagaimana ayah-nya. Pada mulanya, Sjahrir bukan murid yang menonjol. Namun, pada perkembangannya, ia memperlihatkan karakternya yang pandai bergaul, pemberani, dan mahir mendebat gurunya.
2)      Halaman 14 paragraf 2
Sjahrir mempunyai banyak teman, termasuk pemuda dan noni-noni Belanda yang suka mengundangnya berpesta. Ia mahir berdansa waltz, fox trot, dan charlestor. “Sjahrir tidak membenci orang belanda, yang dibenci paham imperialisme dan kolonialismenya,” tulis Sjahbuddin Mangandaralama, dalam Apa dan Siapa Sutan Sjahrir (1986).
3)      Halaman 46 paragraf 3
Tak hanya bermain dengan bocah, Sjahrir ̶ juga Hatta mengajarkan bahasa Belanda, Inggris, Prancis, dan tata buku kepada anak-anak Banda. “ Mereka ingin kami anak-anak Banda bisa melihat dunia yang lebih luas,” tutur Des.
4)      Halaman 54 paragraf 1
Sebagai motor gerak bawah tanah, Sjahrir rajin menggelar diskusi. Selain di rumahnya sendiri, menurut Des Alwi, Sjahrir sering berdiskusi di daerah Manggarai, Jakarta. Peserta tetapnya antara lain Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah, Mr Soejitno, Ali Budiardjo, dokter Soedarsono, Zainal Abidin, Hamdani, dan dokter Toha.
5)      Halaman 56 paragraf 2
Di Sumedang, Apih dikenal sebagai orang tua yang memperjuangkan nasib buruh tani. Ia menjadikan rumahnya markas buat petani yang mendapat perlakuan tak adil. Pensiunan guru bahasa Inggris ini mendirikan Forum Kerakyatan Indonesia serta Serikat Tani Kerakyatan Sumedang, 17 tahun lalu.
6)      Halaman 124 paragraf 1
Toh, tiada nada kekecewaan dalam ucapan Sjahrir. “Dia santai saja, bicaranya datar, tidak menunjukkan kekesalan,” kata Rosihan, yang juga tak terpilih menjadi wakil rakyat.
7)      Halaman 140 paragraf 4
Hatta menyarankan “golongan merdeka” menerbitkan jurnal, yang memiliki misi untuk pendidikan rakyat. Pendidikan, kata Sjahrir, harus menjadi tugas utama pemimpin politik. Keduanya sama-sama ingin berkecimpung dalam pendidikan sepulangnya dari belanda. Akhir Agustus 1931, “golongan merdeka” dari berbagai kota melebur menjadi pendidikan nasional indonesia.
8)      Halaman 215 paragraf 1
Sjahrir yang belum menikah menampung Mursia di rumahnya. Di rumah itu telah tinggal sejumlah pemuda termasuk Des Alwi. “Bung Sjahrir tak punya uang banyak tapi rela berkorban untuk orang banyak. Dia tidak segan mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci baju dan memasak.”
Dari kalimat di atas mengandung nilai praktis, kalimat tersebut menyampaikan pembelajaran yang tidak hanya berdasarkan konsep teoritis namun, dapat digali dari kehidupan sehari-hari yang bersifat kontekstual.
Dan nilai yang ada dalam cerita di atas tersirat dalam nilai praktis Pancasila sebagai idiologi bangsa Indonesia. Seperti persamaan hak dan kewajiban, saling mencintai sesama manusia, tenggangrasa, tidak semena-mena, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, gemar melaksanakan kegiatan kemanusiaan, cinta tanah air, rela berkorban, bangga sebagai indonesia, memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuang , menolong sesama, menghargai orang lain dls.
d.      Nilai Teoritis
Nilai teoritis artinya pengembangan kemampuan nalar kearah sense of reality, sense of discovery, sense of inquiry, serta kemampuan mengajukan hipotesis terhadap suatu masalah. Contohnya pada halaman 168 paragraf 1:
Di Banda Neira pikiran-pikirannya tentang Barat makin eksplisit. Di suratnya bertanggal 31 Desember 1936, kita akan melihat adanya beberapa persamaan pikiran Sjahrir dan Sutan Takdir Alisjahbana dalam konsep Barat: "Barat" bagiku berarti kehidupan yang menggelora, kehidupan yang mendesak maju, kehidupan dinamis. Itulah sifat Faust, sifat yang kusukai, dan aku yakin bahwa hanya Barat-yaitu dalam pengertian dinamis ini-yang bisa melepaskan Timur dari perbudakannya."
Selanjutnya lihatlah bagaimana saat Sjahrir menerangkan "Timur". Menurut dia, banyak intelektual Indonesia yang terperangkap oleh gambaran Timur yang sesungguhnya diidealisasi oleh beberapa filosof. Timur yang tenang, yang harmoni, suatu Timur yang tak pernah ada. "Timur seperti dilihat orang-orang Buddhis itu, hanya ada bagi mereka saja. Apakah masih ada Timur semacam itu di Hong Kong atau Shanghai, atau Batavia? Di mana-mana di Timur ini irama hidup, tempo sudah dipercepat. Ketenteraman jiwa yang sangat dihasratkan itu mungkin masih kedapatan di pelosok-pelosok."
Kita dapat melihat orientasi dasar Sjahrir terhadap Barat itu, amat melandasi sikap-sikap politiknya, misalnya: sikapnya terhadap nasionalisme yang ekstrem. Sjahrir mengkritik perjuangan politik yang di negeri ini cenderung harus mempunyai unsur moral yang kuat. "Politik untuk orang-orang kita di sini bukan berarti: perhitungan, melainkan bertindak etis, berbuat dan bersikap moral tinggi. Pemimpin-pemimpin haruslah pahlawanpahlawan, nabi-nabi".
Ia juga mengkritik adanya kebencian yang tak kenal damai dengan Belanda. Pada Maret 1938, Sjahrir menulis surat bagaimana ia tak ingin terlibat dalam gerakan non-kooperasi. Sjahrir melihat gerakan non kooperasi sudah diangkat menjadi soal kehormatan. Baginya, itu cermin dari mentalitas inferioritas. Pada titik itu, secara tajam ia menganggap
nasionalisme yang ekstrem bisa menjadi timbul dari rasa rendah diri ini.
Ia menulis: "Aku hampir-hampir hendak mengatakan bahwa nasionalisme ialah proyeksi daripada kompleks inferioritas dalam hubungan kolonial antara bangsa yang dijajah dan bangsa yang menjajah. Jadi, dari semula dasar dari propaganda nasionalistis adalah suatu perasaan yang tidak rasional."
e.       Nilai Filsafat
Nilai filsafat artinya menumbuhkan kemampuan merenung tentang eksistensi dan peranannya di tengah masyarakat, sehingga tumbuh kesadaran mereka selaku anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial. Contohnya pada halaman 27 paragraf 1:
Bersama Tas, istrinya Maria Duchateau, Judith, teman Maria, dan Jos Riekerk, Sjahrir kerap berdiskusi soal politik dan mengupas pemikiran para filsuf sosialis. Dia tekun melahap tulisan Rosa Luxemburg, Karl Kautsky, Otto Bauer, Hendrik de Man, dan tentu saja Marx dan Engels.
f.       Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusian seperti kasih sayang, tanggung jawab, kejujuran, kedamaian, tanpa kekerasan, sehingga dihasilkan kualitas lulusan yang unggul (human excellence) atau manusia utuh/khaffah sesuai dengan cita-cita pendidikan nasional
1)      Halaman 15 paragraf 1
Sjahrir bergerak hampir di Semua bidang. Dalam pergerakan, ia juga mendirikan Tjahja Volksuniversiteit atau Tjahja Sekolah Rakyat, yang mendirikan pendidikan gratis untuk kalangan jelata.
2)      Halaman 46 paragraf 3 dan 4
Sjahrir begitu terkesan saat bermain bersama anak-anak pulau. Dalam buku Renungan dan Perjuangan, dia menulis: “Tiga jam lamanya kami berlayar cepat sekali karena angin cukup kencang. Kami berlayar di atas taman-taman laut, dan melihat matahari terbit sangat indahnya; kemudian kami kembali lagi ke pantai dan sehari-harian bermain-main dan juga bersantai siang di situ.”
Tak hanya bermain dengan bocah, Sjahrir juga Hatta mengajarkan bahasa Belanda, Inggris, Prancis dan tata buku kepada anak-anak banda.” mereka ingin kami anak-anak Banda bisa melihat dunia lain yang lebih luas,” tutur Des.
3)      Halaman 93 paragraf 1
Inilah “diplomasi beras” ala Sjahrir yang dimulai April 1946, ketika ia membuat penawaran sensasional di masa itu: mengirimkan setengah juta ton beras asal Jawa ke Indi, yang terancam kelaparan akibat gagal panen. Dia meminta beras itu ditukar dengan tekstil dan obat-obatan untuk Republik.
4)      Halaman 56 paragraf 2
Di Sumedang, Apih dikenal sebagai orang tua yang memperjuangkan nasip buruh tani. Ia menjadikan rumahnya markas buat petani yang mendapat perlakuan tak adil. Pensiunan guru bahasa Inggris ini mendirikan forum kerakyatan Indonesia serta serikat tani kerakyatan Sumedang, 17 tahun lalu.
Setelah membaca keempat poin di atas kita bisa langsung mengetahui nilai kemanusiaan yang terkandung di dalamnya. Bagaimana seorang Sjahrir yang mempunyai kepedulian tinggi terhadap pendidikan bagi rakyat miskin, dengan mendirikan sekolah bahkan terjun mengajar secara langsung anak-anak yang ada di Banda, tempat pengasingan Sjahrir dan Hatta.
Sjahrir juga mempunyai sifat penyayang terhadap anak-anak. Rasa kemanusiaan Sjahrir tidak hanya bagi masyarakat Indonesia tetapi juga negara yang mengalami kesulitan seperti India, Yang pada waktu itu mengalami krisis beras karena gagal panen, sehingga terancam kelaparan. Tidak hanya Sjahrir yang diceritakan memiliki rasa kepedulian, tetapi juga Apih seorang tokos sosialis yang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap nasip buruh tani yang mengalami ketiakadilan.
b.   Pengembangan kompetensi calon/guru IPS, yaitu:Pengembangan kompetensi calon/guru IPS, yaitu:
a.       Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.
Sub kompetensi dalam kompetensi profesional meliputi:
1)      Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung pelajaran yang diampu.
2)      Mengusai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
3)      Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
4)      Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
5)      Memanfaatkan TIK untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Buku ini sangat besar kontribusinya terhadap kompetensi profesional seorang guru IPS, terutama mengenai konsep dan penguasaan materi IPS, yaitu tentang kehidupan salah satu pahlawan nasional Indonesia yaitu Sutan Sjahrir yang diceritakan secara rinci dan akurat. Buku ini tidak hanya menjelaskan tentang sejarah tetapi di dalamnya juga terdapat aspek ekonomi (halaman 45, 53, 93, 94, 96, dan 217), aspek sosiologi (halaman 22, 21, dan 47), dan aspek geografi (halaman 24,39,46 dan 96) yang bisa dikembangkan dengan baik oleh guru.
Dalam kompetensi profesional, yang wajib dimiliki seorang guru kaitannya dengan buku yang berjudul Sjahrir(peran besar bung kecil) yaitu seorang guru harus mampu mengamati dan mengkaji lebih dalam tentang materi dalam buku ini, selain itu diharapkan pula seorang guru mampu mengklasifikasikan semua disiplin ilmu yang terdapat dalam buku ini dan mengurai satu persatu dari komponen-komponen disiplin ilmu tersebut yang terangkum dalam buku ini sehingga memudahkan dalam menginterprestasikan terhadap peserta didik sebagai objek pengajaran.
Selain itu, seorang guru harus mampu mendorong peserta didik dalam mengimplementasikan dalam kehidupan sosial mayarakat sesuai aspek-aspek yang terkandung dalam pelajaran pendidikan IPS ini karena kompetensi profesional adalah salah satu unsur tepenting yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar agar peserta didik atau objek pengajaran ini betul-betul mampu memahami secara universal sehingga substansial pendidikan ini terlaksana secara sistematis, dan tidak hanya dari sisi kognitif semata tetapi sisi afektif yang bisa di pelajari dari buku dapat diajarkan dengan baik oleh seorang guru.
b.      Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Sub kompetensi dalam kompetensi Pedagogik adalah:
1)      Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
2)      Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran yang meliputi memahami landasan pendidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
3)      Melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar (setting) pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
4)      Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level), dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
5)      Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya meliputi memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non akademik.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh seorang guru jika kaitannya dengan buku sejarah Sjahrir (peran besar bung kecil) yang menceritakan kehidupan Sutan Sjahrir dari kecil sampai meninggal dunia serta perjuangannya sebelum dan sesudah Indonesia merdeka, sehingga seorang guru mampu mengolah pembahasan yang tercantum pada buku sebagai informasi faktual yang harus disampai kan kepada peserta didik.
Kesimpulannya bahwa sebelum memulai pembelajaran didalam kelas, terlebih dahulu guru harus menelisik kembali faktor-faktor yang meghambat dalam proses belajar mengajar didalam kelas, baik faktor internal maupun faktor eksternal sehingga guru mampu menjawab kebutuhan peserta didik dengan menyesuaikan dalam mentransformasikan pengetahuan kepada siswa. Dalam menyampaikan informasi seorang guru harus enyampaikan materi dengan bukti-bukti baik dalam bentuk vidio atau foto, karena kebanyakan siswa lebih mudah memahami ketika melihat bukti visual.
c.       Kompetensi Kepribadian
Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Sub kompetensi kepribadian meliputi:
1)      Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
2)      Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
3)      Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
4)      Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
5)      Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputi bertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
Dari kompetensi kepribadian ini diharapkan guru mampu memberikan contoh pribadi yang baik terhadap peserta didik sehingga memudahkan menamkan sikap atau aspek afektif terhadap siswa, dalam hal ini salah unsur yang harus ditimbulkan dengan membentuk perilaku atau sikap siswa di dalam kelas maupun dilingkungan sosial masyarakat.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran terhadap siswa yang berkaitan dengan kompetensi kepribadian, guru harus cerdas dalam menyeleksi sebuah tindakan, seperti kutipan dalam buku pada:
Halaman 46:
Selain itu, Sjahrir suka keramaian. Dia senang mendengarkan musik klasik Beethoven, Mozart, dan Hayden melalui gramafonputar. Sedangkan Hatta, yang suka kesunyian, tergangu dengan kebiasaan Sjahrir itu, dan pernah meminta Des memindahkan alat pemutar piringan hitam. Hingga akhirnya mereka pisah rumah.
Ada lagi perbedaan keduanya. Menurut Willard A. Hannadalam buku kepulauan banda, Sjahrir yang mendekati anak-anak, sedangkan anak-anak berusaha mendekati Hatta. Setiap minggu pagi sekitar pukul setengah enam, Sjahrir sudah bersama di luar sambil berlaya. Bahkan anak-anaklah yang mengeajari kedua tikoh itu berenang. Pernah suatu waktu anak-anak mengerjai mereka. Kedua orang itu disuruh berpegangan perahu kole-kole, perahu khas Banda Neira lalau ditarik ke tengah. Sjahriri dan Hatta gelagapan hungga hampir tenggelam.
Sjahrir begitu terkesan saat bermain bersama anak-anak pulau. Dalam buku Renungan dan Perjuangan, dia menulis: “Tiga jam lamanya kami berlayar cepat sekali karena angin cukup kencang. Kami berlayar di atas taman-taman laut, dan melihat matahari terbit sangat indahnya; kemudian kami kembali lagi ke pantai dan sehari-harian bermain-main dan juga bersantai siang di situ.”
Tak hanya bermain dengan bocah, Sjahrir juga Hatta mengajarkan bahasa Belanda, Inggris, Prancis dan tata buku kepada anak-anak banda.” mereka ingin kami anak-anak Banda bisa melihat dunia lain yang lebih luas,” tutur Des.
Dari kutipan cerita di atas seorang guru seharusnya menpunyai kepribadian yang ceria dan bisa dekat dengan siswa-siswanya, sehingga mendorong ketertarikan dan semangat belajar siswa, karena guru sebagai figur yang akan selalu menjadi bahan perhatian peserta didik. Jadi guru harus lebih bijak dalam bertindak, karena jangan sampai niat guru untuk menamkan aspek afektif terhadap siswa malah sebaliknya memperkeruh keadaan yang menimbulkan perilaku yang kurang baik oleh siswa itu sendiri. Seorang guru adalah sosok teladan yang patut di contoh, jadi setiap tindakan seorang guru harus berperilaku positif dan tidak melakukan hal-hal negatif seperti yang dilakukan oleh beberapa pihak yang memperlakukan manusia yang lainnya diluar batas kemanusiaan.
d.      Kompetensi Sosial
Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Sub kompetensi sosial meliputi:
1)      Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agara, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial keluarga.
2)      Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.
3)      Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah NKRI yang memiliki keragaman sosial budaya.
4)      Berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan.
5)      Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
6)      Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
7)      Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Dalam sebuah instusi pendidikan komunikasi dan interaksi sosial terhadap siswa sangatlah penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Hubungan yang baik anatara tenaga pendidik dan peserta didik akan menjadi faktor pendukung setiap pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Seperti contoh pada poin kompetensi kepribadai yaitu pada halaman 46, Dimana Sjahrir yang memiliki kedekatan terhadap anak-anak bahkan ikut bermain bersama-sama.
c.    Kontribusi buku terhadap bentuk-bentuk materi pembelajaran IPS:
a.       Konsep dasar (key concept)
Konsep dasar buku ini adalah sejarah kehidupan Sutan Sjahrir sebagai pahlawan nasional dari kecil hingga meninggal dunia. Yang menjadi bagian penting  dari aspek sejarah dalam buku ini adalah ketidak hadiran Sutan Sjahrir dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia, pengasingan Sutan Sjahrir, dan pengangkatan Sutan Sjahrir menjadi Perdana Mentri pertama di Indonesia. Contohnya dalam kutipan buku.
Halaman 39:
Awal 1935, bersama Hatta, Bondan, dan Burhanuddin, dia pun berangkat ke ujung timur Nusantara itu. Sjahrir di angkut dengan sebuah mobil polisi ke pelabuhan di Batavia, untuk menuju rumah baru di Boven Digul. Sjahrir menganggap perjalanan ini seperti safari wisata. Laut dan langit biru yang ditemuinya dalam perjalanan tiga hari tiga malam itu begitu memepesonanya.
Namun, sesampai di tujuan, kesulitan langsung mendera. Bagaimanapun, hidup di Cipinang jauh lebih nikmat. Di sana dia harus membangun rumahnya sendiri dengan menebang kayu. Tanahnya pun tidak subur. Sulit ditandur.
Pada awal kedatangannya, Sjahrir menghabiskan waktu bersama kaum buangan lainnya. Dia menjadi pemain sepak bola: olahraga yang digemarinya saat di Bandung dan Medan dulu. Sjahrirpun berkecipak di Sungan Digul. Namun, setelah mendengar kisah tentang buaya yang berkeliaran di sana, dia pindah lokasi di Sungai Bening, yang jauh lebih tenang airnya.
Belakangan perangai Sjahrir menjadi aneh. Di lain waktu dia kerap menghilang, mengayuh kano kecil menyusuri sungai, hingga ke tanah Kaja-Kaja ke hulu. dia bertamu ke gubuk-gubuk dengan membawa tembakau dan sejumlah sagu.
Itu belum seberapa. Pada saat yang berbeda, Sjahrir berjalan dengan cara yang aneh. Dia terus bergerak begitu jauh, sehingga teman-temanya menjulukinya dengan panggilan kelana Jenaka.
Halaman 41
Akhirnya, pada 2 Januari 1936, penderitaan Sjahrir dan kawan-kawannya berakhir. Pemerintah belanda berkesimpulan: Digul bukanlah tempat yang cocok bagi mereka. Kaum buangan itu dipindahkan ke sebuah tempat yang lebih layak dan manusiawi, yakni Banda Neira, sebuah kepulauan di Maluku.
Halaman 70
Sekitar pukul dua dinihari, Badio datang lagi ke Sjahrir. Ia mengusulkan penculikan Soekarno. Sjahrir tak setuju. Ia menjamin, besoknya bisa memaksa Bung Besar membaca proklamasi.
Badio pergi. Tapi satu jam kemudian ia kembali, membangunkan Sjahrir, dan mengabarkan bahwa sekelompok pemuda nekat menculik Soekarno-Hatta. Sjahrir meminta, apa pun yang terjadi, di antara mereka jangan bertikai. Yang paling penting, kata Sjahrir, proklamasi harus diumumkan secepatnya. Soekarno dalam otobiografinya menyebut Sjahrir penghasut para pemuda. "Dialah yang memanasmanasi pemuda untuk melawanku dan atas kejadian pada larut malam itu," kata Soekarno.
Dalam buku Sjahrir karangan Rudolf Mrazek (1994), Sjahrir disebut-sebut sebagai orang yang menganjurkan Soekarno dibawa ke Rengasdengklok, Jawa Baratmarkas garnisun pasukan Pembela Tanah Air.
Ahmad Soebardjo, yang dekat dengan Soekarno, memberi tahu pemimpin Kantor Penghubung Angkatan Laut Jepang Laksamana Tadashi Maeda tentang penculikan itu. Maeda memerintahkan anak buahnya, Nishijima, mencari Wikana di Asrama Indonesia Merdeka. Nishijima dan Wikana bertengkar hebat. Nishijima memaksa Wikana memberi tahu tempat Soekarno-Hatta disembunyikan. Imbalannya: Maeda dan Nishijima akan membantu proklamasi kemerdekaan. Wikana setuju.
Soebardjo, seorang Jepang, dan dua pemuda lainnya-Kunto dan Soediro-lalu menjemput Soekarno-Hatta di Rengasdengklok. Pukul delapan pagi, Kamis, 16 Agustus, dwitunggal itu tiba di Jakarta. Sepanjang hari hingga malam, Soekarno- Hatta dan Maeda berkunjung ke sejumlah perwira penting Jepang. Penguasa militer Jepang mengizinkan proklamasi disampaikan asalkan tak dikaitkan dengan Jepang dan tidak memancing rusuh. Soekarno, Hatta, Maeda, Soebardjo, Nishijima, dan dua orang Jepang lain menyusun teks proklamasi di ruang kerja kediaman Maeda di Jalan Imam Bonjol 1, Jakarta-kini Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Di pihak lain, Badio dan kelompok pemuda pengikut Sjahrir pada 16 Agustus hingga tengah malam menghimpun kekuatan untuk merebut kekuasaan. Mereka juga menyiapkan naskah proklamasi versi mereka sendiri. Tapi upaya ini gagal akibat tak solid. Pagi buta 17 Agustus, sebuah delegasi yang dipimpin Soekarni menemui Sjahrir di rumah.
"Pukul tiga pagi, Soekarni memakai bot tinggi dan pedang samurai menemui saya di rumah. Ia melapor teks proklamasi menurut versi kami tidak diterima," kata Sjahrir. Soekarni juga mendesak Sjahrir ikut perundingan di rumah Maeda. "Tentu saja, tidak saya terima," kata Sjahrir.
Pukul 10 pagi, didampingi Hatta, Soekarno membacakan naskah proklamasi. Adapun Sjahrir memilih tak hadir.
Halaman 80
Pada 11 November 1945, Sjahrir diangkat sebagai formatur kabinet baru yang bertanggung jawab kepada Komite Nasional, bukan Presiden Soekarno. Pada 14 November 1945, Sjahrir, yang kala itu berusia 36 tahun, diangkat sebagai perdana menteri. Dia juga menjabat menteri luar negeri dan dalam negeri sekaligus. Amir, selain sebagai wakil perdana menteri, menjadi menteri penerangan dan keamanan umum.
Pindahnya kekuasaan Presiden Soekarno ke tangan Sjahrir ini membuat sejumlah kalangan beranggapan Maklumat Nomor X tak ubahnya usaha kudeta yang halus. "Tidak berdarah dan tidak bersuara. The silent coup," begitu tulis B.M. Diah dalam bukunya, Butir-butir Padi. Diah adalah tokoh pemuda yang ketika itu berseberangan dengan Sjahrir.
Diah menilai yang dilakukan kelompok pemuda, termasuk Sjahrir, hanyalah demi kekuasaan. Menurut dia, tak ada bukti yang menunjukkan kemerdekaan Indonesia bikinan Jepang. Ketika Sjahrir mengetahui rakyat begitu menghormati dan mencintai Soekarno, "Tetap saja mereka (kelompok pemuda) berusaha memisahkan dwitunggal Soekarno-Hatta," tulis Diah.
Usaha kelompok pemuda untuk mengegolkan Sjahrir, menurut Diah, dimulai dengan menambah anggota Komite Nasional yang pro-Sjahrir. Mereka kemudian mengajukan petisi kepada Presiden Soekarno agar Sjahrir ditampilkan sebagai pemimpin perjuangan untuk kemerdekaan.
Dirancang pula agar Sjahrir menjadi perdana menteri. "Padahal Undang-Undang Dasar 1945 tidak membenarkan pemimpin negara dijadikan perdana menteri," papar Diah. Bagi seseorang yang mengetahui arti perubahan undang-undang, kata Diah, tindakan itu bernama "coup d'etat". Rapat Komite Nasional pada 16 Oktober, menurut Diah, hanyalah rekayasa untuk menyingkirkan Soekarno-Hatta. "Halus dan kasar bukanlah soal," ujar Diah.
Memang banyak yang setuju dan tidak setuju dengan Sjahrir. Tapi sejarah memperlihatkan, begitu dia menjadi Ketua Badan Pekerja Komite Nasional, lahir Maklumat Nomor X yang memungkinkan lahirnya partai-partai politik di Indonesia. Meski dia mengorbit demikian cepat dan masa kekuasaannya singkat-sesudah penyerahan kedaulatan pada 27 Desember 1949, Sjahrir tak lagi memegang jabatan dalam pemerintahan-peran yang dimainkan dan dampak dari misi yang dibawanya menentukan posisi Indonesia di mata dunia. "Sjahrir mampu meyakinkan Sekutu bahwa Republik Indonesia bukan bikinan Jepang," kata Rushdy.
Walaupun buku ini konsep dasarnya adalah sejarah, akan tetapi terdapat pula aspek ekonomi, geografi dan sosiologi. Seperti kitipan dari buku yang ada di bawah ini.
Aspek Ekonomi halaman 53:
Des Alwi, anak angkat Sjahrir yang datang dari Banda Neira beberapa bulan setelah Sjahrir tiba di Jakarta, disuruh Hatta berjaga di pintu. "Om Hatta tak ingin ada orang lain masuk," Des bercerita. Malam itu ketiganya sepakat: Soekarno bersama Hatta akan bekerja sama dengan Jepang, dan Sjahrir tetap menyusun perlawanan di bawah tanah.
Peran itu membuat Sjahrir tak punya pendapatan tetap yang cukup. Agar tahan susah, anak-anaknya diajari hidup sederhana. Untunglah selalu ada teman yang membantu. Sastra, yang kebetulan punya tambak ikan di Garut, misalnya, jika datang selalu membawa beras dan ikan kering.
Ketika Des masuk sekolah radio, Institut Voor Electro Vak Onderwijs, uang sekolah yang sebulannya delapan gulden dibayar Hatta. Kebetulan Lily segera mendapat pekerjaan untuk membantu keuangan keluarga besar Sjahrir.
Aspek Geografi halaman 38 paragraf 5:
Sjahrir sadar, semua itu hanya sementara. Dirinya sadar betul akan dihukum ditempat lain. Dia berharap hukuman lanjutannya lebih ringan. Palng tidak ke Flores, misalya pada 9 Desember 1934, keputusan itu memang turun. Sebelum sebulan berada di Cipinang, dia harus pindah tapi bukan ke Flores, melainkan ke Boven Digul.
jelas bukan tempat yang menyenangkan. Terletak di tengah pulau Papua, kawasan atas Digul ini dihuni banyak nyamuk malaria yang ganasnya minta ampun.
Awal 1935, bersama Hatta, Bondan, dan Burhanuddin, dia pun berangkat ke ujung timur Nusantara itu. Sjahrir diangkut dengan sebuah mobil polisi ke pelabuhan di Batavia, untuk menuju rumah baru di Boven Digul. Sjahrir menganggap perjalanan ini seperti safari wisata. Laut dan langit biru yang ditemuinya dalam perjalanan tiga hari tiga malam itu begitu mempesonanya.
Namun, sesampai di tujuan, kesulitan langsung mendera. Bagaimanapun, hidup di Cipinang jauh lebih nikmat. Di sana dia harus membangun rumahnya sendiri dengan menebang kayu. Tanahnya pun tidak subur. Sulit ditandur.
Pada awal kedatangannya, Sjahrir menghabiskan waktu bersama kaum buangan lainnya. Dia menjadi pemain sepak bol: olahraga yang digemarinya saat di Bandung dan Medan dulu. Sjahrir pun berkecipak di sungai Digul. Namun, setelah mendengar kisah tentang buaya  yang berkeliaran di sana, dia pindah lokasi ke sungai Bening, yang jauh lebih tenang airnya.
Aspek Sosiologi halaman 26
AKHIR musim panas 1929. Seorang pemuda berkulit cokelat menginjakkan kaki di Amsterdam. Baru datang dari Hindia Belanda, Sutan Sjahrir, pemuda itu, segera terpikat oleh suasana masyarakat Belanda yang begitu hidup, seakan tak pernah beristirahat. "Tak ada yang melebihi keheranan saya ketika tiba di Belanda," tulisnya dalam Renungan Indonesia. "Bulan-bulan pertama selalu terkenang."
Dia pun mereguk sepuas hati kebebasan di negeri itu. Di sana, garis pemisah antara warga negeri penjajah dan penduduk wilayah jajahannya tak terlihat sama sekali. Sjahrir tak hanya berteman dengan sesama mahasiswa asal Indonesia. Pada bulanbulan pertama di Belanda, dia menulis surat kepada Salomon Tas, Ketua Amsterdam Sociaal Democratische Studenten Club. Perkumpulan mahasiswa sosial demokrat Amsterdam itu berafiliasi dengan Partai Sosialis Demokrat Belanda (SDAP). Sjahrir ingin mengenal perkumpulan itu lebih dalam.
"Begitu menerima surat itu saya langsung melompat ke atas sepeda, pergi mengunjungi Sjahrir," tulis Salomon Tas dalam Souvenirs of Sjahrir. Rumah Tas tak jauh dari flat keluarga Nuning Djoehana di Amsterdam Selatan-tempat Sjahrir menumpang. Kedua pemuda itu cepat bersahabat. Sjahrir bergabung dengan perkumpulan yang dipimpin pemuda keturunan Yahudi itu.
Bersama Tas, istrinya Maria Duchateau, Judith, teman Maria, dan Jos Riekerk, Sjahrir kerap berdiskusi soal politik dan mengupas pemikiran para filsuf sosialis. Dia tekun melahap tulisan Rosa Luxemburg, Karl Kautsky, Otto Bauer, Hendrik de Man, dan tentu saja Marx dan Engels.
Di saat lain, mereka menonton film dan teater, atau sekadar bercengkerama di bar dan kafe. Ada pula acara piknik yang disebut "Akhir Pekan Kaum Sosialis", yang diselenggarakan jurnal De Socialist. Anak muda dari berbagai ras pergi berwisata ke Amersfoort, Arnhem, Assen, atau Kijkduin di tepi laut.
Pergaulan Sjahrir pun berputar kian cepat. Tas mengaku sempat kehilangan kontak beberapa lama. Belakangan, setelah berjumpa kembali, Sjahrir bercerita kepada Tas, dalam pencarian akan perkawanan radikal, dia bergaul dengan kaum anarkis kiri. Mereka menjaga diri untuk terbebas dari sistem kapitalisme dengan menghindar dari pekerjaan yang mencari untung. "Mereka bertahan hidup dengan berbagi apa pun, termasuk alat kontrasepsi, tapi tidak termasuk sikat gigi," tulis Tas.
b.      Topik-topik dari subyek (ilmu-ilmu sosial)
Beberapa topik dalam buku ini antara lain:
1)      Sejarah
Sejarah adalah gambaran tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang dialami oleh manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu, diberi tafsiran dan analisis kritis, sehingga mudah dimengerti dan dipahami. (Hugiono dan Powerwantana,1992:9). Buku ini memang dasarnya adalah buku sejarah, akan tetapi ada peristiwa-peristiwa penting yang mempunyai pengaruh besar. Contohnya adapada halaman 101 paragraf 2.
Perundingan Linggarjati adalah hasil diplomasi berliku yang diusahakan Sjahrir. Setelah Proklamasi, situasi Indonesia sangat genting. Belanda datang kembali membonceng Sekutu. Mereka mendarat di Tanjung Priok pada 29 September 1945.
Pejabat NICA (Netherlands Indies Civil Administration) berpikir bisa berkuasa dengan menangkap dwitunggal Soekarno-Hatta. Kedua pemimpin ini dianggap berkolaborasi dengan Jepang. NICA bermaksud mengambil alih semua departemen dari tangan Jepang. Pertempuran besar meletus di berbagai kota, menghadang Belanda yang bersembunyi di balik Sekutu. Semarang diguncang perang lima hari, 14-19 Oktober 1945. Sehari kemudian, Jenderal Sudirman dan Tentara Keamanan Rakyat bergelimang darah menahan laju tentara Sekutu di Ambarawa.
Tak berapa lama, Surabaya membara pada 10 November. Perang hadir di depan mata, dan Indonesia terancam kalah. "Adalah Sjahrir yang bisa membalik semua keadaan itu dalam waktu cepat," kata Rushdy Hoesein, pengamat sejarah dan peneliti Linggarjati. "Dia pasang badan."
Pada 14 November 1945, sistem presidensial diubah menjadi sistem parlementer. Sjahrir diangkat sebagai perdana menteri pertama. Inggris mengajak berunding. Pada 23 November, kabinet Sjahrir menjawab dengan maklumat, Indonesia tak sudi berunding selama Belanda berpendirian masih berdaulat di Indonesia.
Belanda lalu memblokade Jawa dan Madura. Tapi Sjahrir melakukan diplomasi cerdik. Meskipun dilanda kekurangan pangan, Sjahrir memberikan bantuan beras ke India pada Agustus 1946. Tindakan Sjahrir ini membuka mata dunia.
Sebelumnya, pada 1 Februari 1946, ia nyaris berhasil "memaksa" utusan Inggris, diplomat senior Sir Archibald Clark-Kerr, berbicara dengan Soekarno. Sayang, Soekarno, yang sudah berada di Yogya, menolak datang ke Jakarta.
Seperti bermain catur, sedikit demi sedikit Sjahrir terus mencoba menekan pemerintah Belanda melalui diplomasi. Ia terus-menerus mengupayakan agar Indonesia dan Belanda duduk di meja perundingan. Kesempatan pertama datang dalam perundingan di Hoge Veluwe, Belanda, 14-16 April 1946. Ketika itu Indonesia mengajukan tiga usul: pengakuan atas Republik Indonesia sebagai pengemban kekuasaan di seluruh bekas Hindia Belanda, pengakuan de facto atas Jawa dan Madura, serta kerja sama atas dasar persamaan derajat antara Indonesia dan Belanda. Usul itu ditolak Belanda.
Peluang berunding dengan Belanda terbuka lagi ketika Inggris mengangkat Lord Killearn sebagai utusan istimewa Inggris di Asia Tenggara, sekaligus penengah konflik Indonesia-Belanda. Konsulat Inggris di Jakarta mengumumkan, selambatlambatnya pada 30 November 1946 tentara Inggris akan meninggalkan Indonesia.
Kabinet baru Belanda kemudian mengutus Schermerhorn sebagai Komisi Jenderal untuk berunding dengan Indonesia. Schermerhorn dibantu tiga anggota: Van Der Poll, De Boer, dan Letnan Gubernur Jenderal H.J. Van Mook.
Perundingan itulah yang kemudian terjadi di Linggarjati. Lokasi itu diusulkan oleh Maria Ulfah Santoso (Menteri Sosial), yang dekat dengan Sjahrir. Ayah Maria pernah menjadi regent (bupati) Kuningan.
Kebetulan, Residen Cirebon, Hamdani, dan Bupati Cirebon, Makmun Sumadipradja, juga sahabat Sjahrir. Delegasi Belanda mulanya mengkhawatirkan keamanan. Namun Sjahrir berhasil meyakinkan kemampuannya mengontrol wilayah tersebut.
Sjahrir, sebagai bekas aktivis gerakan sosialis di Belanda, ternyata telah mengenal Schermerhorn, yang berasal dari Partai Buruh. Meski demikian, sebagaimana diduga, perundingan berlangsung alot. Dari 17 pasal yang dibahas, deadlock terjadi pada pasal mengenai pembentukan Negara Indonesia Serikat.
Pasal ini disetujui setelah Schermerhorn, tanpa diikuti Sjahrir yang kelelahan, mengunjungi Presiden Soekarno yang menginap di Kuningan. Soekarno langsung menyetujui ketika diberi tahu bahwa Negara Indonesia Serikat berdaulat di bawah Kerajaan Belanda.
Sjahrir terkejut akan sikap Soekarno, namun tak bisa menolak ketika persetujuan itu disampaikan oleh Schermerhorn. Bagi Sjahrir, itu artinya Belanda hanya mengakui Republik secara de facto.
Sjahrir kemudian memasukkan pasal tambahan tentang arbitrase. Bila ada perselisihan menyangkut perjanjian tersebut, akan diajukan ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. "Pasal ini terbukti menjadi penyelamat ketika terjadiagresi Belanda ke wilayah Republik," kata Rusdi.
Setelah persetujuan diparaf pada 14 November 1946, kedua delegasi membawa rencana persetujuan itu ke masing-masing parlemen untuk disahkan. Republik Indonesia mengesahkan Perjanjian Linggarjati di Malang, Jawa Timur, dalam rapat Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), 25 Maret 1947.
Di Belanda, pengesahan perjanjian mendapat hujan kritik pemerintah dan parlemen. Schermerhorn tersingkir dari panggung politik. Karena tak puas dengan penyelesaian Linggarjati, pada 20 Juni 1947 Belanda melancarkan aksi militer pertama dengan menduduki kota-kota penting Republik.
Pada 14 Agustus 1947, Sjahrir memimpin delegasi Indonesia ke sidang Dewan Keamanan PBB di Lake Succes, Amerika Serikat. "Pidato Sjahrir di Dewan Keamanan ini dimungkinkan karena adanya pasal arbritase di Linggarjati itu," kata Rusdi Husein.
Inilah momen yang membuat Indonesia tampil di kancah internasional. Nama Indonesia bergema di Lake Succes. Dan jalan ke arah itu dibuka dari kaki Gunung Ciremai.


2)      Ekonomi
Ekonomi adalah studi mengenai bagaimana cara manusia dan masyarakat sampai kepada pilihan (dengan atau tanpa uang) untuk mempekerjakan sumber-sumber produksi langka yang dapat mempunyai kegunaan-kegunaan alternatif untuk menghasilkan berbagai macam barang dan mendistribusikannya untuk dikonsumsi sekarang atau pada masa mendatang di antara berbagai orang dan golongan dalam masyarakat.
Contohnya adapada halaman 93 paragraf 1
Inilah "diplomasi beras" ala Sjahrir yang dimulai April 1946, ketika ia membuat penawaran yang sensasional di masa itu: mengirimkan setengah juta ton beras asal Jawa ke India, yang terancam kelaparan akibat gagal panen. Dia meminta beras itu ditukar dengan tekstil dan obat-obatan untuk Republik.
Dalam ingatan Rosihan, yang bertugas menanganinya adalah kawan-kawan lama Sjahrir. Salah satunya ekonom Saroso Wirodihardjo. "Rupanya beras itu diambil antara lain dari Cikampek," kata Rosihan. Dalam buku Prime Minister Sjahrir as Statesman and Diplomat tulisan Hamid Algadri, Menteri Penerangan masa itu, disebutkan juga nama diplomat dr Soedarsono (ayah Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono).
Yang pertama kali menerbitkan berita tentang hal itu adalah Free Press of Journal di Bombay, India: "Indonesian's Goodwill Gesture towards India, Premier Sjahrir's offer of 500,000 tons of Rice." Penulisnya P.R.S. Mani, koresponden Free Press di Jakarta. Menurut resensi Rosihan terhadap buku Mani, The Story of Indonesian Revolution 1945-1950, berita itu disiarkan di Jakarta beberapa hari kemudian, diimbuhi pesan Perdana Menteri Jawaharlal Nehru kepada Sjahrir, yang member salam bagi rakyat Indonesia, "yang sedang berjuang dengan gagah berani untuk kemerdekaannya."
Beberapa petinggi Republik saat itu terenyak, apalagi pasca-Jepang pergi kondisi Republik masih sangat papa. Tapi Sjahrir sendiri kemudian mengulangi pesannya kepada Free Press. "Itu gambaran benar tentang situasi pangan dan kebutuhan kami akan barang-barang impor. Perkiraan paling rendah tentang panen tahun ini ialah lima juta ton, sedangkan perkiraan tertinggi tujuh juta ton."
Sjahrir mengatakan konsumsi rakyat Indonesia tak lebih dari empat juta ton. "Jikapun tidak ada surplus beras, saya pikir rakyat kami bersedia memberikan 500 ribu ton beras ditukar dengan tekstil. Saya rasa lebih dari wajar RI berbuat apa yang mungkin guna meringankan situasi pangan di India. Kami bersimpati terhadap rakyat India dan akan menyambut dengan baik terwujudnya hubungan ekonomi dan rohani antara RI dan India sebagai negara-negara merdeka."
3)      Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat secara keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia satu dengan manusia lain, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik kelompok formal maupun kelompok informal atau baik kelompok statis maupun kelompok dinamis (Mayor Polak). Contohnya adapada halaman 21 paragraf 5:
Pada usia yang baru menginjak 20 tahun, Sjahrir memang sudah mengecap kehidupan yang relatif modern saat bersekolah di Algemene Middelbare School di Bandung. Namun Amsterdam, kota di Benua Eropa itu, jelas lebih kosmopolitan ketimbang Bandung. Pergaulan antarmanusia di sana juga egaliter ketimbang di Hindia Belanda.
Amsterdam memang memikat pemuda Sjahrir. Maka, ketimbang mengikuti kuliah dan mengunjungi perpustakaan kampus, Sjahrir lebih sering ngelencer mendatangi pusat budaya atau tempat-tempat berkumpul mahasiswa. Salah satu lokasi yang sering ia kunjungi adalah bioskop alias Cinema Tuschinski di kawasan Rembrandtplein.
Gedung bioskop ini dibangun dengan gaya campur aduk antara Art Deco, Art Nouveau, dan aliran arsitektur Amsterdam yang sedang jadi tren pada awal 1900-an. Sampai kini gedung itu masih berfungsi sebagai bioskop komersial dan sering menjadi lokasi utama festival film, misalnya International Documentary Film Amsterdam.
Selain menyukai film, Sjahrir muda menggemari teater. Dan hanya satu blok dari Cinema Tuschinski terdapat gedung teater tua yang terkenal: Stadsschouwburg. Gedung teater ini terletak di daerah ramai Leidseplein, salah satu pusat kehidupan malam di Amsterdam. Di tempat ini Sjahrir sering menonton pertunjukan, baik sendiri maupun bersama teman.
4)      Geografi
Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi, dan segala sesuatu yang berada di atasnya seperti penduduk, fauna, flora, iklim, udara dan segala interaksinya. Contohnya pada halaman 46 paragraf 5:
Om Rin memang bisa menikmati saat tinggal di dratan berukuran sekitar 2x3 kilometer persegi itu, salah satu pulau di kepulauan Banda, selain Neira, Lonthor atau Banda Besar, Run, Ai Rozengain, dan Gunung Api. Sjahrir memuji keindahan pantai dan pohon rindangnya. Dia menceritakan kepada istrinya, Maria Duchateau di Belanda, tentang tempat pengasingannya melalui surat tertanggal 21 Mei 1936: “Lautnya biru, bening, dan tenang. Saat cuaca baik, permukaan laut rata laksana cermin.” Tank aneh jika kulit Sjahrir menjadi hitam terbakar matahari selama tinggal di sana. Sjahrir juga punya pola hidup sehat. Dia tidur tujuh jam setiap hari, pagi perjalanan kaki hingga jauh, dan senam di kamar secara teratur.
c.       Tema-tema dari berbagai lingkungan dan masyarakat
1)      Kehidupan Sutan Sjahrir di Belanda dan tempat pengasingan
Dalam buku ini yang berjudul Sjahrir (peran besar bung kecil) menceritakan kehidupan seorang Sutan Sjahrir semasa kuliah di Amsterdam Belanda. Dimana Sjahrir sangat tertarik dengan kehidupan di sana yang bebas. Sjahrir beradaptasi dengan cepat di Belanda, mempunyai pergaulan yang luas terutama dengan kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi tertentu. Ceritanya bisa dilihat pada halaman 26 paragraf 1:
AKHIR musim panas 1929. Seorang pemuda berkulit cokelat menginjakkan kaki di Amsterdam. Baru datang dari Hindia Belanda, Sutan Sjahrir, pemuda itu, segera terpikat oleh suasana masyarakat Belanda yang begitu hidup, seakan tak pernah beristirahat. "Tak ada yang melebihi keheranan saya ketika tiba di Belanda," tulisnya dalam Renungan Indonesia. "Bulan-bulan pertama selalu terkenang."
Dia pun mereguk sepuas hati kebebasan di negeri itu. Di sana, garis pemisah antara warga negeri penjajah dan penduduk wilayah jajahannya tak terlihat sama sekali. Sjahrir tak hanya berteman dengan sesama mahasiswa asal Indonesia. Pada bulanbulan pertama di Belanda, dia menulis surat kepada Salomon Tas, Ketua Amsterdam Sociaal Democratische Studenten Club. Perkumpulan mahasiswa sosial demokrat Amsterdam itu berafiliasi dengan Partai Sosialis Demokrat Belanda (SDAP). Sjahrir ingin mengenal perkumpulan itu lebih dalam.
Berbeda dengan kehidupannya di Belanda, yaitu di timur Nusantara Papua tepatnya di Boven Digul Sjahrir mengalami penderitaan dimana dia harus membangun rumahnya sendiri dengan menebang kayu dan tanah di sana kurang subur untuk ditanami. Bahkan Sjahrir menunjukan perangai yang aneh selama di Digul. Kemudian Sjahrir dan Hatta dipindahkan ke Banda Neira, Maluku. Kehidupan Sjahrir dan Hatta di Banda Neira lebih baik, mereka bisa membantu mengajar anak-anak disana, bermain bersama bahkan Sjahrir mengadopsi anak dari Banda Neira.  Ceritanya bisa dilihat pada:

Halaman 39 paragraf 2:
Awal 1935, bersama Hatta, Bondan, dan Burhanuddin, dia pun berangkat ke ujung timur Nusantara itu. Sjahrir diangkut dengan sebuah mobil polisi ke pelabuhan di Batavia, untuk menuju rumah baru di Boven Digul. Sjahrir menganggap perjalanan ini seperti safari wisata. Laut dan langit biru yang ditemuinya dalam perjalanan tiga hari tiga malam itu begitu mempesonanya.
Namun, sesampai di tujuan, kesulitan langsung mendera. Bagaimanapun, hidup di Cipinang jauh lebih nikmat. Di sana dia harus membangun rumahnya sendiri dengan menebang kayu. Tanahnya pun tidak subur. Sulit ditandur.
Halaman 46 paragraf 2:
Ada lagi perbedaan keduanya. Menurut Willard A. Hannadalam buku kepulauan banda, Sjahrir yang mendekati anak-anak, sedangkan anak-anak berusaha mendekati Hatta. Setiap minggu pagi sekitar pukul setengah enam, Sjahrir sudah bersama di luar sambil berlaya. Bahkan anak-anaklah yang mengeajari kedua tikoh itu berenang. Pernah suatu waktu anak-anak mengerjai mereka. Kedua orang itu disuruh berpegangan perahu kole-kole, perahu khas Banda Neira lalau ditarik ke tengah. Sjahriri dan Hatta gelagapan hungga hampir tenggelam.
Sjahrir begitu terkesan saat bermain bersama anak-anak pulau. Dalam buku Renungan dan Perjuangan, dia menulis: “Tiga jam lamanya kami berlayar cepat sekali karena angin cukup kencang. Kami berlayar di atas taman-taman laut, dan melihat matahari terbit sangat indahnya; kemudian kami kembali lagi ke pantai dan sehari-harian bermain-main dan juga bersantai siang di situ.”
2)      Perjuangan Sutan Sjahrir  dalam Proklamasi kemerdekaan RI
Perjuangan Sjahrir dalam Proklamasi kemerdekaan RI sangat luar biasa, Sjahrir adalah tokoh yang sangat dekat denagan Sukarno dan Muh. Hatta sehingga setelah dia mengetahui kekalahan Jepang atas sekutu Sjahrir mendesak Sukarno untuk Memproklamasikan kemerdekan RI. Sukarno menolak permintaan Sjahrir karena tidak percaya dengan kekalahan Jepang. Ceritanya dapat kita lihat pada halaman 66 paragraf 1:
JALAN Maluku 19, Menteng, Jakarta, dua hari sebelum proklamasi. Soebadio Sastrosatomo, kala itu 26 tahun, bertamu ke rumah Sjahrir. Badio, begitu Soebadio biasa disapa, adalah pengikut Sjahrir yang setia. Kelak keduanya bersama-sama mendirikan Partai Sosialis Indonesia. Siang terik. Badio haus luar biasa. Sjahrir menawari anak muda itu minum, tapi Badio menolak. Itu hari di bulan Ramadan: Badio sedang puasa.
Ada yang tak biasa pada Sjahrir hari itu: rautnya sumpek. Sebelumnya, si Bung baru saja bertemu dengan Soekarno, yang mengajaknya bermobil keliling Jakarta. Di jalan, Soekarno mengatakan tak secuil pun ada isyarat Jepang akan menyerah. Soekarno ingin membantah informasi yang dibawa Sjahrir sebelumnya bahwa Jepang telah takluk kepada Sekutu.
Sjahrir mengatakan ini sebelum Soekarno-Hatta berangkat ke Dalat, Vietnam, untuk bertemu dengan Marsekal Terauchi, Panglima Tertinggi Jepang untuk AsiaTenggara. Sjahrir berkesimpulan tak ada gunanya berunding dengan Jepang. Pada 6 Agustus 1945, Jepang toh telah luluh-lantak oleh bom atom Sekutu.
Mengetahui Bung Karno tak mempercayainya, Sjahrir berang. Ia menantang Soekarno dengan mengatakan siap mengantar Bung Besar itu ke kantor Kenpeitai, polisi rahasia Jepang, di Jalan Merdeka Barat, Jakarta, untuk mengecek kebenaran informasi yang ia berikan. Sjahrir mengambil risiko: di kantor intel itu ia bisa saja ditangkap.
Tapi Soekarno menolak. Ia yakin Jepang belum menyerah. Itulah yang membuat Sjahrir marah meski ia tak menyampaikannya secara terbuka kepada Bung Karno.

d.      Problem-problem social
Banyak problem sosial yang diceritakan dalam buku ini. Seperti masalah di bidang pendidikan, perekonomian, perbedaan pandangan, kepercayaan, dan masalah yang dihadapi Sutan sjahrir saat diasingkan oleh penjajah. Problem yang terjadi dibidang pendidikan dimana hanya golongan-golongan elit yang mendapatkan pendidikan sedangkan golongan jelata kurang mendapatkan perhatian, tetapi Sjahrir mempunyai perhatian yang besar terhadap masalah tersebut. Kutipannya ada di bawah ini:
Halaman 15 paragraf 1:
Sjahrir bergerak hampir di semua bidang. Dalam pergerakan, ia juga mendirikan Tjahja Volksuniversiteit atau Jhahja Sekolah Rakyat, yang memberikan pendidikan gratis untuk kalangan jelata.
Halaman 46 paragraf 4:
Tak hanya bermain dengan bocah, Sjahrir juga Hatta mengajarkan bahasa Belanda, Inggris, Prancis dan tata buku kepada anak-anak banda.” mereka ingin kami anak-anak Banda bisa melihat dunia lain yang lebih luas,” tutur Des.
Sedangkan problem pada bidang ekonomi bisa dilihat pada halaman 53 paragraf 3, dimana keluarga Sutan Sjahrir mengalami kesulitan ekonomi karena kesibukannya dalam persiapan kemerdekaan Indonesia.
Des Alwi, anak angkat Sjahrir yang datang dari Banda Neira beberapa bulan setelah Sjahrir tiba di Jakarta, disuruh Hatta berjaga di pintu. "Om Hatta tak ingin ada orang lain masuk," Des bercerita. Malam itu ketiganya sepakat: Soekarno bersama Hatta akan bekerja sama dengan Jepang, dan Sjahrir tetap menyusun perlawanan di bawah tanah.
Peran itu membuat Sjahrir tak punya pendapatan tetap yang cukup. Agar tahan susah, anak-anaknya diajari hidup sederhana. Untunglah selalu ada teman yang membantu. Sastra, yang kebetulan punya tambak ikan di Garut, misalnya, jika datang selalu membawa beras dan ikan kering.
Ketika Des masuk sekolah radio, Institut Voor Electro Vak Onderwijs, uang sekolah yang sebulannya delapan gulden dibayar Hatta. Kebetulan Lily segera mendapat pekerjaan untuk membantu keuangan keluarga besar Sjahrir.
Contoh problem kepercayaan dapat kita lihat pada halaman 66 paragraf terakhir, dimana Ir. Soekarno tidak mempercayai Sutan Sjahrir mengenai kekalahan jepang oleh sekutu. Kutipannya di bawah ini:
Mengetahui Bung Karno tak mempercayainya, Sjahrir berang. Ia menantang Soekarno dengan mengatakan siap mengantar Bung Besar itu ke kantor Kenpeitai, polisi rahasia Jepang, di Jalan Merdeka Barat, Jakarta, untuk mengecek kebenaran informasi yang ia berikan. Sjahrir mengambil risiko: di kantor intel itu ia bisa saja ditangkap.
Tapi Soekarno menolak. Ia yakin Jepang belum menyerah. Itulah yang membuat Sjahrir marah meski ia tak menyampaikannya secara terbuka kepada Bung Karno.
Problem lain yaitu adanya perseteruan para kolaborator karena berselisih paham meraih dan mempertahankan kedaulatan yaitu antara Sutan Sjahrir dengan Jenderal Soedirman, ceritanya bisa dilihat pada halaman 150-153. Bahkan karena masalah ini Sutan Sjahrir diculik kemudian dibebaskan kembali oleh Suekarno seiring kembalinya pemerintahannya.
e.       Issue kontemporer
Contoh dari Issue kontemporer dalam buku ini yaitu pada halaman 76 paragraf 1:
HARI itu, 15 Agustus 1945, Jepang akhirnya takluk kepada tentara Sekutu. Di saatsaat akhir kekuasaannya, Jepang sempat menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia. Maka dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia oleh Jepang. Soekarno dan Hatta menjadi ketua dan wakil ketua Panitia Persiapan.
Sjahrir tak percaya dengan janji itu. Bersama sejumlah aktivis pergerakan lainnya, seperti Adam Malik, Soekarni, Chaerul Saleh, dan Kusnaeni, ia tak ingin kemerdekaan Indonesia didapat sebagai hadiah dari Jepang. Para pemuda menuduh Soekarno-Hatta sebagai kolaborator Jepang. Hanya, meski berbeda paham, Sjahrir mengakui rakyat di daerah sangat mendukung kemerdekaan dan kepemimpinan Soekarno-Hatta.
Kemerdekaan Indonesia akhirnya diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Teks Proklamasi disusun sehari sebelumnya di rumah Laksamana Maeda oleh Soekarno bersama Hatta, Soebardjo, Nishijima (ajudan Maeda), dan dua orang Jepang lainnya.
Dalam contoh peristiwa di atas walaupun terdapat isu keterpihakan Soekarno terhadap Jepang, akan tetapi Proklamasi kemerdekaan Indonesia tetap terlaksana pada 17 Agustus 1945 dan dampaknya masih kita rasakan sekarang ini dimana kita sebagai rakyat Indonesia masih merasakan kemerdekaan dan kebebasan dari penjajah.
a.       General idea
Buku ini menceritakan kehidupan dan perjuangan salah satu pahlawan nasional Indonesia yaitu Sutan Sjahrir sebagai Perdana Mentri pertama di Indonesia. Buku ini tidak hanya menceritakan perjalanan politik seorang Sjahril, tetapi juga memceritakan kehidupan Sjahril mulai semasa sekolah tingkat SD sampai kuliah di Amsterdam belanda, walaupun Sjahrir tidak berhasil menyelesaikan kuliahnya karena ditangkap dan dipenjara di Cipinang oleh penjajah Hindia Belanda pada waktu itu. Tidak hanya itu dalam buku ini juga diceritakan masa-masa Sutan Sjahrir dipenjara oleh Belanda sampai dibuang atau diasingkan ke Boven Digul Papua selama satu tahun dan kemudian dipindahkan ke Banda Neira, Maluku selama 6 tahun.
Kemudian diceritakan juga bagaimana gerakan bawah tanah yang dipimpin oleh Sutan Sjahrir sebagai gerakan melawan Jepan. Kemudian Peran Sjahrir dalam Proklamasi kemerdekaan Indonesia, Sjahrir yang mebentuk sebuah partai yaitu PSI dan kekalahannya dalam pemilu 1955, sampai kepada meredupnya eksistensi Sutan Sjahrir di panggung politik Indonesia. Dan yang terakhir diceritakan juga masa-masa Sjahrir tutup usia di Swiss.
b.      Controversial issues
Controversial issues merupakan sesuatu yang mudah diterima oleh seseorang atau kelompok tetapi juga mudah ditolak oleh orang lain. Isu kontroversial secara langsung menyebabkan orang atau kelompok berbeda pendapat. Dalam buku ini ada beberapa Controversial issues yang masih terjadi perselisihan pendapat, contohnya ada di bawah ini.
Halaman 70 paragraf 2:
Badio pergi. Tapi satu jam kemudian ia kembali, membangunkan Sjahrir, dan mengabarkan bahwa sekelompok pemuda nekat menculik Soekarno-Hatta. Sjahrir meminta, apa pun yang terjadi, di antara mereka jangan bertikai. Yang paling penting, kata Sjahrir, proklamasi harus diumumkan secepatnya. Soekarno dalam otobiografinya menyebut Sjahrir penghasut para pemuda. "Dialah yang memanasmanasi pemuda untuk melawanku dan atas kejadian pada larut malam itu," kata Soekarno.
Dalam buku Sjahrir karangan Rudolf Mrazek (1994), Sjahrir disebut-sebut sebagai orang yang menganjurkan Soekarno dibawa ke Rengasdengklok, Jawa Baratmarkas garnisun pasukan Pembela Tanah Air.
Contoh di atas merupakan salah satu isu kontroversial yang masih terjadi perselisihan pendapat. Dimana masih ada perselisihan tetang apakah Sjahrir dalang dari peristiwa penculikan Sukarno-Hatta ataukah bukan.
Halaman 76 paragraf 2:
Sjahrir tak percaya dengan janji itu. Bersama sejumlah aktivis pergerakan lainnya, seperti Adam Malik, Soekarni, Chaerul Saleh, dan Kusnaeni, ia tak ingin kemerdekaan Indonesia didapat sebagai hadiah dari Jepang. Para pemuda menuduh Soekarno-Hatta sebagai kolaborator Jepang. Hanya, meski berbeda paham, Sjahrir mengakui rakyat di daerah sangat mendukung kemerdekaan dan kepemimpinan Soekarno-Hatta.
Halaman 81 paragraf 2:
Pindahnya kekuasaan Presiden Soekarno ke tangan Sjahrir ini membuat sejumlah kalangan beranggapan Maklumat Nomor X tak ubahnya usaha kudeta yang halus. "Tidak berdarah dan tidak bersuara. The silent coup," begitu tulis B.M. Diah dalam bukunya, Butir-butir Padi. Diah adalah tokoh pemuda yang ketika itu berseberangan dengan Sjahrir.
Diah menilai yang dilakukan kelompok pemuda, termasuk Sjahrir, hanyalah demi kekuasaan. Menurut dia, tak ada bukti yang menunjukkan kemerdekaan Indonesia bikinan Jepang. Ketika Sjahrir mengetahui rakyat begitu menghormati dan mencintai Soekarno, "Tetap saja mereka (kelompok pemuda) berusaha memisahkan dwitunggal Soekarno-Hatta," tulis Diah.
Usaha kelompok pemuda untuk mengegolkan Sjahrir, menurut Diah, dimulai dengan menambah anggota Komite Nasional yang pro-Sjahrir. Mereka kemudian mengajukan petisi kepada Presiden Soekarno agar Sjahrir ditampilkan sebagai pemimpin perjuangan untuk kemerdekaan.
Halaman 131 paragraf 4:
"WAKTU itu memang ada isu bahwa Sumitro melakukan korupsi, memberikan dana kepada PSI dalam pemilihan umum," kata wartawan senior Rosihan Anwar, awal Februari lalu. "Saya kira isu itu ada benarnya, tapi jumlahnya kecil. Tidak seperti sekarang ini, besar-besar."
d.   Kelebihan dan keterbatasan buku
a.       Kelebihan buku
1)      Gaya penyusunan buku ringan dan mudah dipahami
2)      Ceritanya runtut dan jelas
3)      Buku ini tidak hanya menceritakan kelebihan seorang Sjahrir tetapi juga kelemahannya.
4)      Buku ini menceritakan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah perjuangan Sjahril.
5)      Sumber penulisan cerita dalam buku jelas dan akurat
6)      Ukuran buku yang kecil memudahkan kita untuk dibawa ke mana-mana
7)      Buku ini dilengkapi dengan foto-foto asli Sutan Sjahrir
8)      Jenis kertas yang digunakan ringan dan membuat kita tidak bosan membacanya
b.      Keterbatasan buku
1)      Menurut kami tidak semua sisi kehidupan Sutan Sjahrir diceritakan secara detail.
2)      Desain buku bertema hitam putih yang mungkin kurang menarik bagi sebagian orang.
e.    Manfaat secara Kognitif, Afektif dan Psikomotorik sebagai calon guru IPS
a.       Kognitif
Buku ini bisa digunakan sebagai tambahan materi dan pengetahuan seorang calon guru untuk diajarkan kepada siswanya. Jadi guru tidak hanya berpatokan pada materi yang ada pada buku cetak tetapi juga dari buku-buku umum lainnya seperti buku ini. Tidak hanya dari sisi materi semata tetapi didalam buku ini juga bisa kita ambil pelajaran dari seorang Sjahrir yang sangat suka membaca untuk menambah pengetahuannya, bahkan dikatakan bahwa jumlah buku sangat banyak.
b.      Afektif
Sjahrir bukan hanya seorang pahlawan dalam memerdekakan Indonesia tetapi juga tokoh nasional yang sangat mencintai dunia pendidikan terutama untuk rakyat jelata yang tidak memperoleh pendidikan pada saat itu. Sjahrir mengajar anak-anak yang ada di Banda Neira tempat pengasingannya dengan sangat baik. Dia tidak hanya sebagai guru bagi anak-anak itu tetapu juga sebagai teman bagi mereka sehingga kedekatan antara Sjahrir dan anak-anak disana tidak bisa terbantahkan lagi. Ini bisa dijadikan contoh bagi calon guru agar bisa menciptakan hubungan yang baik dengan siswanya sehingga seorang guru bisa mengenal siswanya lebih baik lagi dan mengetahui ketika siswanya mendapatkan masalah.
c.       Psikomotorik
Sjahrir tidak hanya cerdas kognitif tetapi juga cerdas dalam kesenian. Dibuktikan dengan dibentuknya perkumpulan sandiwara bernama Batovis olen Sjahrir dan kawan-kawannya. Kutipannya terdapat pada halaman 14 paragraf 1:
Selain itu, bersama teman sekolahnya ia mendirikan perkumpulan sandiwara bernama Batovis. Kelompok ini sering manggung di gedung Concordia, Gedung Merdeka sekarang. Sjahrir berperan sebagai penulis naskah, sutradara, sesekali menjadi pemain. Hampir tiap bulan mereka mementaskan sebuah lakon. Orang Belanda banyak menyaksikan pertunjukan ini, karena menggunakan bahasa Belanda. Ke dalam ceritanya banyak disisipkan ide kebangsaan dan kritik terhadap pemerintahan saat itu.

3 komentar: