BEDAH BUKU UMUM
“SJAHRIR (Peran
Besar Bung Kecil)”
A.
TAMPILAN
1.
Desain
Buku
Setelah
kami mengamati buku ini yang berjudul Sjahrir (peran besar bung kecil), desain
bukunya terlihat sangat sederhana dengan cover berwarna hijau dan putih serta
isi buku bernuansa hitam putih. Meskipun tampilan buku terlihat sederhana
tetapi menurut kami buku ini sangat menarik untuk dibaca karena buku ini
menampilkan foto-foto dari tokoh yang diceritakan dalam buku dengan cukup
jelas. Buku ini diterbitkan oleh KPG (kepustakaan popular gramedia) bekerja
sama dengan Tempo Publishing yang didesain sebagai seri buku saku, sehingga
ukuran dari buku ini lebih kecil dibangdikan buku umum yang lain. Karena
ukurannya yang lebih kecil dapat memudahkan kita untuk membawanya kemanapun,
sehingga kita dapat membacanya dalam waktu-waktu luang disela-sela pekerjaan
kita.
2.
Cover
Buku
Dalam
pembahasan desain buku pada poin pertama telah disinggung sedikit mengenai
cover buku yang berwarna hijau dan putih. Cover buku ini terkesan sangat
sederhana akan tetapi sangat menarik, kami mengatakan sederhana karena hanya
menampilkan foto dari tokoh yang diceritakan dalam buku yaitu Sutan Sjahrir
dimana foto yang ada diberi efek sehingga nampak seperti sebuah lukisan.
Tulisan judul buku yang berwarna putih nampak sangat jelas dalam bentuk tulisan
timbul begitupun dengan foto pada cover buku.
3.
Layout
Buku
Ketepatan
Layout buku biasanya dinilai dari tata letak dari elemen-elemen yang ada dalam
buku. Adapun layout pada buku ini menurut kami sudah tepat dan bagus, dimana font type yang digunakan yaitu Arial
dengan font size 23 untuk judul
setiap pembahasan baru dan 10 untuk pembahasan atau isi. Dengan font size seperti itu sudah sesuai
dengan ukuran buku yang cukup kecil dan lebih penting lagi isi buku dapat
terbaca dengan jelas. Sedangkan untuk penempatan tata letak gambar atau foto,
penempatan info singkat menurut kami sudah baik dan jelas.
4.
Ukuran
Buku
Buku
yang kami bedah dengan judul SJAHRIR (Peran Besar Bung Kecil) yang diterbitkan
oleh KPG dan Tempo Publishing berukuran 16x11 cm dan ketebalan 1,6 cm yang
terdiri dari 253 halaman termasuk sampul.
5.
Jenis Kertas
Jenis
kertas yang digunakan dalam buku ini yaitu jenis bookpeper atau sering juga
disebut storenso, dimana jenis kertas seperti itu sering digunakan pada buku novel
dan buku cerita lainnya. Jenis kertas ini hampir sama dengan kertas HVS
perbedaan yang mencolok hanya terletak pada warnanya dimana pada kertas HVS
berwarna putih sedangkan untuk jenis bookpeper berwarna cream atau
kecoklat-coklatan dengan ketebalan standar.
B.
ISI
1.
Redaksional
atau Tata Bahasa
Untuk
penilaian redaksional atau tata bahasa dalam buku yang harus diperhatikan ada
beberapa hal, yaitu pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata dan
penggunaan tanda baca atau pungtuasi. Semua itu sudah cukup baik penggunaannya
di dalam buku yang kami bedah. Akan tetapi ada beberapa kesalahan baik dalam
penulisan kata, penulisan huruf dan penggunaan tanda baca. Contoh penggunaan
tanda baca dalambuku yaitu pada halaman 4 paragraf 3 halaman 5 paragraf 3 dan
halaman 22 paragraf 3:
“Kami
memperoleh bantuan tak ternilai untuk proyek ini. Rahmat Tolleng, misalnya,
meminjamkan satu koper penuh buku koleksinya mengenai Sjahrir.”
“Peserta
sidang, yang semula garang, terkejut. mereka merangkak ke kolong
meja mencari perlindungan.”
“Dab
hanyasatu blok dari Cinema Tuschinski terdapat gedung teater tua yang terkenal:
Stadsschouwburg.
Pada
kalimat di atas seharusnya tidak perlu ada tanda koma (,) di akhir kata Rahmat
Tolleng, Peserta sidang dan pada akhir kata garang sedangkan pada akhir kata
terkenal tidak perlu ada tanda titik dua (:) dan bisa diganti dengan kata
“yaitu”. Sedangkan untuk pemakaian huruf dalam hal ini huruf kapital sudah
sesuai dengan aturan yang ada. Contoh penggunaan huruf kapital pada nama orang,
nama negara, dll. Bisa dilihat pada halaman 2 paragraf 3
“Sjahrir
berangkat ke Amerika, berpidato di mimbar Dewan Keamanan.Yang
dilakukan Sjahrir mirip dengan saat pertama kali Yasser Arafa
berpidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa mewakili masyarakat Palestina
yang berkeinginan bebas dari pendudukan Israel.”
Penggunaan
imbuhan pada kata dalam buku sudah sesuai dengan aturan yang telah ditentukan, seperti
penggunaan imbuhan “di” dan “ke” sudah digunakan dengan baik di dalam buku.
contohnya ada pada halaman 5 paragraf 1:
“Kami
mengirim reprter ke Belanda untuk menyusuri lagi kehidupan pribadi
Sjahrir saat berada di negara itu.”
berdasarkan
kalimat di atas bisa kita ketahui bahwa setelah ada imbuhan “ ke” dan “di”
diberi spasi karena kata yang mengikuti merupakan keterangan tempat. Berbeda ketika
kata yang mengikuti bukan keterangan tempat maka imbuhan dan kata yang
mengikuti tidak diberi spasi (disambung).
2.
Gaya
Penulisan
Untuk
menilai gaya penulisan sebuah buku yang perlu diperhatikan yaitu, jernih dan
komunikatif, sesuai nalar dan logika atau saling berkaitan, serta akurasi atau
kebenaranya. Hal-hal tersebut sudah diterapkan dengan baik dalam buku. Buku ini menurut kami sangat komunikatif dan
jernih dimana semuanya diceritakan secara baik dan jelas, cerita di dalam buku
ini, juga sangat logis dan akurat, sumber informasi disebutkan dengan jelas
baik yang diperoleh dari saksi mata yaitu manusia maupun dari tulisan-tulisan
dalam buku-buku yang juga menceritakan sosok dari seorang Sjahril.
3.
Membosankan dibaca atau Tidak
Membosankan dibaca
Setelah
membaca buku ini menurut kami buku ini sama sekali tidak membosankan,
sebaliknya buku ini sangat menarik untuk dibaca. Kami mengatakan hal tersebut
karena buku ini menceritakan kehidupan seorang Sjahril secara detail, mulai
dari saat Sjahril masih sekolah sampai meninggal dunia. Bahkan di dalam buku
ini diceritakan juga hobi dari Sjahril semasa sekolah yaitu bermain bola, bisa
dilihat pada halaman 12.
Saat
kita membaca buku ini tidak hanya menambah pengetahuan kita mengenai perjalanan
sejarah seorang Sjahril, tetapi di dalam buku ini juga diceritakan bagaimana
perjalanan penulis buku dalam menelusuri jejak-jejak kehidupan Sjahril baik di
dalam negeri maupun di luat negeri seperti Belanda. Buku ini juga tidak hanya
bercerita secara tidak langsung tetapi banyak dikutip pendapat-pendapat dari
saksi-saksi hidup yang mengenal Sjahril semasa hidupnya. Contohnya ada pada
halaman 3 paragraf 1, halaman 4 paragraf 1, halaman 6 paragraf 4, halaman
12,25,44 dan masih banyak lainnya.
4.
Efektifitas, Efisiensi, dan Ekonomis Penggunaan Kata
a. Efektifitas
Menurut
kami buku yang kami bedah dengan judul Sjahril (peran besar bung kecil) sudah
cukup efektif walaupun masih ada beberapa kesalahan yang perlu diperbaiki untuk
kedepannya. kami mengatakan cukup efektif karena penulisannya secara umum sudah
sesuai EYD, sistematis, tidak boros dan bertele-tele, serta tidak ambigu atau
bisa dikatakan semuanya digambarkan secara jelas.
b. Efisiensi
Dari
segi efisiensi buku ini cocok dibaca bagi orang-orang yang sudah mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang sejarah. Karena kita akan lebih mudah memahami
isi buku ini ketika kita sudah mempunyai pengetahuan tetang tokoh-tokoh yang
disebutkan juga dalam buku seperti Ir. Soekarno, Muhammad Hatta dan Tan Malaka.
Dalam buku ini juga memgunakan istila-istila yang tidak umum dan tidak semua
orang mengetahuinya.
c. Ekonomis
Buku
ini memberikan konstibusi yang luar biasa untuk menambah pengetahuan kita
mengenai sejarah salah satu pahlawan nasional yaitu Sutan Sjahrir. Dimana
sosoknya digambarkan secara detail dari sumber terpercaya. Buku ini juga tidak
hanya menceritakan kekuatan dari sosok Sjahril tapi juga lenkap dengan
kelemahan beliau.
5. Kalimat
Mudah dipahami atau Susah Dipahami
Untuk
masalah susah mudahnya dipahami, menurut kami tergantung dari pembaca itu
sendiri. Karena sebenarnya kata-kata dalam buku ini tidak begitu sulit dipahami
apabila kita sering membaca buku sejarah. Di dalam buku ada beberapa kata yang
tidak semua orang tau artinya seperti pada halaman 7 paragraf 2 yaitu “antifasis
dan antifeodal”, pada halaman 14 paragraf 2 yaitu “imperialisme dan
kolonialisme”, pada halaman 22 paragraf 1 yaitu “ngelencer” dsb.
C.
SUBSTANSI ISI
a. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam IPS:
a.
Nilai
Ketuhanan
Nilai ketuhanan merupakan nilai
transedental yang menjadi core value dari sistem nilai yang ada. Di dalam buku
ini ada beberapa paragraf yang mengandung nilai ketuhanan, yaitu sebagai
berikut:
1) Halaman
11 paragraf 3:
“Sjahrir
beruntung mengenyam pendidikan di tengah perkembangan politik etis. Selain
mendapatkan pendidikan ELS, setiap sore lelaki kelahiran 5 Maret 1909 itu juga
mendapat pendidikan Islam dari orang tuanya.........”
Dari
kalimat di atas kita mengambil pelajaran bahwa, tidak hanya ilmu pendidikan
umun yang perlu kita pelajari. Akan tetapi pendidikan agama tidak kalah penting
untuk dipelajari sebagai pondasi akhlak dan moral kita di dunia serta bekal di
akhirat. Dan sebagai orang tua kita berkewajiban membekali anak-anak kita
dengan ilmu agama.
2) Halaman
66 paragraf 1
“........Badio,
begitu Soebadio biasa disapa, adalah pengikut Sjahrir yang setia. Kelak
keduanya bersama-sama mendirikan partai Sosialis Indonesia. Siang terik. Badio
haus luar biasa. Sjahrir menawari anak muda itu minum, Tapi Badio menolak. Itu
hari di bulan Ramadan: Badio sedang puasa”
Nilai
ketuhanan yang dapat kita ambil dari kalimat di atas bahwasanya kita harus
melaksanakan semua perintah Allah SWT. Termasuk melaksanakan kewajiban kita
sebagai ummat Islam pada bulan Ramadan yaitu berpuasa.
3) Halaman
198 paragraf 4
“Di
Zarich, beberapa orang Mesir yang tinggal di negara ini dan tokoh-tokoh
masyarakat Islam Swiss melayat. Mereka minta izin untuk menyalatkan jenazah di
ruang khusus, d rumah sakit......”
Nilai
ketuhanan yang dapat kita ambil dari kalimat di atas hampir sama dengan nilai
ketuhanan yang ada pada poin dua. Dimana hukum melayat ke sesama ummat islam
yang meninggal dunia adalah fardu kifaya. Dan itupun yang dilakukan oleh ummat
islam yang tinggal di Negara Swiss dengan melayat ketika Sutan Sjahrir
meninggal dunia.
b.
Nilai
Edukatif
Nilai
edukatif artinya adanya perubahan tingkah laku sosial peserta didik kearah yang
lebih baik. Adapun nilai edukatif yang dapat kita ambil dalam buku ini yaitu; halaman
11 paragraf 2, halam 12 paragraf 2, dan halaman
188 paragraf 3. Dan di bawah ini kami memaparkan nilai edukataif tersebut.
1)
Halaman 11 paragraf 2
“.....Saat
Sjahrir di bangku ELS, Bibliotheek ̶ perpustakaan untuk bangsa Hindia berbahasa
Belanda ̶ tengah gencar mencetak buku cerita anak. Di kemudian hari, Sjahrir
mengaku membaca ratusan buku cerita itu.”
Nilai
edukatif yang dapat diambil dari cerita di atas yaitu, kita harus melakukan
hal-hal yang baik seperti membaca untuk mengisi waktu luang kita. Karena dengan
membaca kita dapat memperoleh pengetahuan baru, sehingga dapat membimbing diri
kita ke atah yang lebih baik lagi.
2)
Halaman 12 paragraf 2
“.....Di
Banda Neira, tempat pembuangan Sjahrir, Des Alwi mendengar ayah angkatnya
bercerita tentang masa kecilnya. Ia pernah mencuri rambutan di rumah seorang kapiten
warga Tionghoa bernama Chong Afi. Rambutan itu di petik beserta
tangkai-tangkainya dan disimpai di bawah tempat tidurny. Namun aksi itu
dipergoki sang Ayah,sehingga ia dihukum.”
Nilai
edukatif yang dapat kita ambil dari cerita sederhana di atas yaitu bahwasanya kesalahan
sekecil apapun yang dilakukan olah seorang anang, peserta didik atau siapapun
harus kita berikan hukuman yang mendidik sehingga anak-anak bisa mendapat
pelajaran yang berharga. Dan dapat merubah tingkah lakunya kearah yang lebih
baik, dengan tidak melakukan kesalahan yang sama dikemudian hari.
3)
Halaman 188 paragraf 2
“Poppy
pula yang meredam amarah Buyung ketika sisulung dihina teman-teman di Sekolah
Dasar Kepodang, Jakarta, dengan sebutan anak tahanan. “papamu mengajarkan kita
tidak jadi pendendam,” kata poppy berulang kali. Sang ibu dengan setia
menyiramkan kata-kata yang mendinginkan Buyung dan Upik yang sakit hati
mengetahui ayahnya diseret ke bui oleh bangsanya sendiri. “Papaenggak pernah
membenci orang-orang itu,”ujar Upik, menirukan ibunya”
Dari
cerita di atas nilai edukatif yang dapat kita ambil yaitu bahwasanya orang tua
maupun guru harus selalu menasehati anak-anaknya atau siswa-siswanya. Agar
anak-anak tidak menjadi orang yang bersifat pendendam dan mudah marah, sehingga
anak-anak atau siswa-siswa selalu sabar menghadapi ejekan dari orang lain.
c.
Nilai
Praktis
Nilai
praktis berarti pembelajaran tidah hanya konsep teoritis belaka, melainkan
digali dari kehidupan sehari-hari yang bersifat kontekstual. Dan didalam buku
ini ada banyak nilai praktis yang dapat kita ambil, yaitu; pada halaman 13 paragraf
1, halaman 14 paragraf 2, halaman 46 paragraf 3, halaman 54 paragraf 1, halaman
56 paragraf 2, halaman 124 paragraf 1, halaman 140 paragraf 4 dan halaman 215
paragraf 1. Di bawah ini kami telah menjelaskan beberapa nilai praktis
tersebut.
1) Halaman
13 paragraf 1
.....Ia
mendaftar ke Algemene Middelbare School (AMS) jurusan Barat klasik ̶ jurusan
yang mengarahkannya jadi jaksa, segagaimana ayah-nya. Pada mulanya, Sjahrir
bukan murid yang menonjol. Namun, pada perkembangannya, ia memperlihatkan
karakternya yang pandai bergaul, pemberani, dan mahir mendebat gurunya.
2)
Halaman 14 paragraf 2
Sjahrir
mempunyai banyak teman, termasuk pemuda dan noni-noni Belanda yang suka
mengundangnya berpesta. Ia mahir berdansa waltz, fox trot, dan charlestor.
“Sjahrir tidak membenci orang belanda, yang dibenci paham imperialisme dan
kolonialismenya,” tulis Sjahbuddin Mangandaralama, dalam Apa dan Siapa Sutan
Sjahrir (1986).
3)
Halaman 46 paragraf 3
Tak
hanya bermain dengan bocah, Sjahrir ̶ juga Hatta mengajarkan bahasa Belanda,
Inggris, Prancis, dan tata buku kepada anak-anak Banda. “ Mereka ingin kami
anak-anak Banda bisa melihat dunia yang lebih luas,” tutur Des.
4)
Halaman 54 paragraf 1
Sebagai
motor gerak bawah tanah, Sjahrir rajin menggelar diskusi. Selain di rumahnya
sendiri, menurut Des Alwi, Sjahrir sering berdiskusi di daerah Manggarai,
Jakarta. Peserta tetapnya antara lain Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah, Mr
Soejitno, Ali Budiardjo, dokter Soedarsono, Zainal Abidin, Hamdani, dan dokter
Toha.
5)
Halaman 56 paragraf 2
Di
Sumedang, Apih dikenal sebagai orang tua yang memperjuangkan nasib buruh tani.
Ia menjadikan rumahnya markas buat petani yang mendapat perlakuan tak adil.
Pensiunan guru bahasa Inggris ini mendirikan Forum Kerakyatan Indonesia serta
Serikat Tani Kerakyatan Sumedang, 17 tahun lalu.
6)
Halaman 124 paragraf 1
Toh,
tiada nada kekecewaan dalam ucapan Sjahrir. “Dia santai saja, bicaranya datar,
tidak menunjukkan kekesalan,” kata Rosihan, yang juga tak terpilih menjadi
wakil rakyat.
7)
Halaman 140 paragraf 4
Hatta
menyarankan “golongan merdeka” menerbitkan jurnal, yang memiliki misi untuk
pendidikan rakyat. Pendidikan, kata Sjahrir, harus menjadi tugas utama pemimpin
politik. Keduanya sama-sama ingin berkecimpung dalam pendidikan sepulangnya
dari belanda. Akhir Agustus 1931, “golongan merdeka” dari berbagai kota melebur
menjadi pendidikan nasional indonesia.
8)
Halaman 215 paragraf 1
Sjahrir
yang belum menikah menampung Mursia di rumahnya. Di rumah itu telah tinggal
sejumlah pemuda termasuk Des Alwi. “Bung Sjahrir tak punya uang banyak tapi
rela berkorban untuk orang banyak. Dia tidak segan mengerjakan pekerjaan rumah
seperti mencuci baju dan memasak.”
Dari
kalimat di atas mengandung nilai praktis, kalimat tersebut menyampaikan pembelajaran yang
tidak hanya berdasarkan konsep teoritis namun, dapat digali dari kehidupan
sehari-hari
yang bersifat kontekstual.
Dan
nilai yang ada dalam cerita di atas tersirat dalam nilai praktis Pancasila
sebagai idiologi bangsa Indonesia. Seperti persamaan hak dan kewajiban, saling
mencintai sesama manusia, tenggangrasa, tidak semena-mena, menjunjung tinggi
nilai kemanusiaan, gemar melaksanakan kegiatan kemanusiaan, cinta tanah air,
rela berkorban, bangga sebagai indonesia, memajukan pergaulan demi kesatuan dan
persatuang , menolong sesama, menghargai orang lain dls.
d.
Nilai
Teoritis
Nilai
teoritis artinya pengembangan kemampuan nalar kearah sense of reality, sense of discovery, sense of
inquiry, serta kemampuan mengajukan hipotesis
terhadap suatu masalah. Contohnya pada halaman 168 paragraf 1:
Di Banda Neira pikiran-pikirannya
tentang Barat makin eksplisit. Di suratnya bertanggal 31 Desember 1936, kita
akan melihat adanya beberapa persamaan pikiran Sjahrir dan Sutan Takdir
Alisjahbana dalam konsep Barat: "Barat" bagiku berarti kehidupan yang
menggelora, kehidupan
yang mendesak maju, kehidupan dinamis. Itulah sifat Faust, sifat yang kusukai,
dan aku yakin bahwa hanya Barat-yaitu dalam pengertian dinamis ini-yang bisa
melepaskan Timur dari perbudakannya."
Selanjutnya lihatlah bagaimana saat
Sjahrir menerangkan "Timur". Menurut dia, banyak intelektual
Indonesia yang terperangkap oleh gambaran Timur yang sesungguhnya diidealisasi
oleh beberapa filosof. Timur yang tenang, yang harmoni, suatu Timur yang tak
pernah ada. "Timur seperti dilihat orang-orang Buddhis itu, hanya ada bagi
mereka saja. Apakah masih ada Timur semacam itu di Hong Kong atau Shanghai,
atau Batavia? Di mana-mana di Timur ini irama hidup, tempo sudah dipercepat.
Ketenteraman jiwa yang sangat dihasratkan itu mungkin masih kedapatan di
pelosok-pelosok."
Kita dapat melihat orientasi dasar
Sjahrir terhadap Barat itu, amat melandasi sikap-sikap politiknya, misalnya:
sikapnya terhadap nasionalisme yang ekstrem. Sjahrir mengkritik perjuangan
politik yang di negeri ini cenderung harus mempunyai unsur moral yang kuat.
"Politik untuk orang-orang kita di sini bukan berarti: perhitungan,
melainkan bertindak etis, berbuat dan bersikap moral tinggi. Pemimpin-pemimpin
haruslah pahlawanpahlawan, nabi-nabi".
Ia juga mengkritik adanya kebencian
yang tak kenal damai dengan Belanda. Pada Maret 1938, Sjahrir menulis surat
bagaimana ia tak ingin terlibat dalam gerakan non-kooperasi. Sjahrir melihat
gerakan non kooperasi sudah diangkat menjadi soal kehormatan. Baginya, itu
cermin dari mentalitas inferioritas. Pada titik itu, secara tajam ia menganggap
nasionalisme yang ekstrem bisa
menjadi timbul dari rasa rendah diri ini.
Ia menulis: "Aku hampir-hampir
hendak mengatakan bahwa nasionalisme ialah proyeksi daripada kompleks
inferioritas dalam hubungan kolonial antara bangsa yang dijajah dan bangsa yang
menjajah. Jadi, dari semula dasar dari propaganda nasionalistis adalah suatu
perasaan yang tidak rasional."
e.
Nilai
Filsafat
Nilai
filsafat artinya menumbuhkan kemampuan merenung tentang eksistensi dan peranannya di tengah masyarakat, sehingga
tumbuh kesadaran mereka selaku anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial.
Contohnya pada halaman 27 paragraf 1:
Bersama
Tas, istrinya Maria Duchateau, Judith, teman Maria, dan Jos Riekerk, Sjahrir
kerap berdiskusi soal politik dan mengupas pemikiran para filsuf sosialis. Dia
tekun melahap tulisan Rosa Luxemburg, Karl Kautsky, Otto Bauer, Hendrik de Man,
dan tentu saja Marx dan Engels.
f.
Nilai
Kemanusiaan
Nilai
kemanusian seperti kasih sayang, tanggung jawab, kejujuran, kedamaian, tanpa
kekerasan, sehingga dihasilkan kualitas lulusan yang unggul (human excellence)
atau manusia utuh/khaffah sesuai dengan cita-cita pendidikan nasional
1) Halaman
15 paragraf 1
Sjahrir
bergerak hampir di Semua bidang. Dalam pergerakan, ia juga mendirikan Tjahja
Volksuniversiteit atau Tjahja Sekolah Rakyat, yang mendirikan pendidikan gratis
untuk kalangan jelata.
2) Halaman
46 paragraf 3 dan 4
Sjahrir
begitu terkesan saat bermain bersama anak-anak pulau. Dalam buku Renungan dan
Perjuangan, dia menulis: “Tiga jam lamanya kami berlayar cepat sekali karena
angin cukup kencang. Kami berlayar di atas taman-taman laut, dan melihat
matahari terbit sangat indahnya; kemudian kami kembali lagi ke pantai dan
sehari-harian bermain-main dan juga bersantai siang di situ.”
Tak
hanya bermain dengan bocah, Sjahrir juga Hatta mengajarkan bahasa Belanda,
Inggris, Prancis dan tata buku kepada anak-anak banda.” mereka ingin kami anak-anak
Banda bisa melihat dunia lain yang lebih luas,” tutur Des.
3) Halaman
93 paragraf 1
Inilah
“diplomasi beras” ala Sjahrir yang dimulai April 1946, ketika ia membuat
penawaran sensasional di masa itu: mengirimkan setengah juta ton beras asal
Jawa ke Indi, yang terancam kelaparan akibat gagal panen. Dia meminta beras itu
ditukar dengan tekstil dan obat-obatan untuk Republik.
4) Halaman
56 paragraf 2
Di
Sumedang, Apih dikenal sebagai orang tua yang memperjuangkan nasip buruh tani.
Ia menjadikan rumahnya markas buat petani yang mendapat perlakuan tak adil.
Pensiunan guru bahasa Inggris ini mendirikan forum kerakyatan Indonesia serta
serikat tani kerakyatan Sumedang, 17 tahun lalu.
Setelah
membaca keempat poin di atas kita bisa langsung mengetahui nilai kemanusiaan
yang terkandung di dalamnya. Bagaimana seorang Sjahrir yang mempunyai
kepedulian tinggi terhadap pendidikan bagi rakyat miskin, dengan mendirikan
sekolah bahkan terjun mengajar secara langsung anak-anak yang ada di Banda,
tempat pengasingan Sjahrir dan Hatta.
Sjahrir
juga mempunyai sifat penyayang terhadap anak-anak. Rasa kemanusiaan Sjahrir
tidak hanya bagi masyarakat Indonesia tetapi juga negara yang mengalami
kesulitan seperti India, Yang pada waktu itu mengalami krisis beras karena
gagal panen, sehingga terancam kelaparan. Tidak hanya Sjahrir yang diceritakan
memiliki rasa kepedulian, tetapi juga Apih seorang tokos sosialis yang memiliki
kepedulian yang tinggi terhadap nasip buruh tani yang mengalami ketiakadilan.
b. Pengembangan
kompetensi calon/guru IPS, yaitu:Pengembangan kompetensi calon/guru IPS, yaitu:
a.
Kompetensi
Profesional
Kompetensi Profesional adalah penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta
penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.
Sub
kompetensi dalam kompetensi profesional meliputi:
1)
Menguasai
materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung pelajaran yang
diampu.
2)
Mengusai
standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang
diampu.
3)
Mengembangkan
materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
4)
Mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
5)
Memanfaatkan
TIK untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Buku ini sangat besar kontribusinya terhadap
kompetensi profesional seorang guru IPS, terutama mengenai konsep dan
penguasaan materi IPS, yaitu tentang kehidupan salah satu
pahlawan nasional Indonesia yaitu Sutan Sjahrir yang diceritakan secara rinci
dan akurat. Buku ini tidak hanya menjelaskan tentang sejarah tetapi di dalamnya
juga terdapat aspek ekonomi (halaman 45, 53, 93, 94, 96, dan 217), aspek
sosiologi (halaman 22, 21, dan 47), dan aspek geografi (halaman 24,39,46 dan
96) yang bisa dikembangkan dengan baik oleh guru.
Dalam kompetensi profesional, yang wajib dimiliki
seorang guru kaitannya dengan buku yang berjudul Sjahrir(peran besar bung kecil) yaitu seorang guru harus mampu mengamati dan mengkaji
lebih dalam tentang materi dalam buku ini, selain itu diharapkan pula seorang
guru mampu mengklasifikasikan semua disiplin ilmu yang terdapat dalam buku ini
dan mengurai satu persatu dari komponen-komponen disiplin ilmu tersebut yang
terangkum dalam buku ini sehingga memudahkan dalam menginterprestasikan
terhadap peserta didik sebagai objek pengajaran.
Selain itu, seorang guru harus mampu mendorong peserta
didik dalam mengimplementasikan dalam kehidupan sosial mayarakat sesuai
aspek-aspek yang terkandung dalam pelajaran pendidikan IPS ini karena
kompetensi profesional adalah salah satu unsur tepenting yang harus dimiliki
oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar agar peserta didik atau objek
pengajaran ini betul-betul mampu memahami secara universal sehingga substansial
pendidikan ini terlaksana secara sistematis, dan tidak hanya dari
sisi kognitif semata tetapi sisi afektif yang bisa di pelajari dari buku dapat
diajarkan dengan baik oleh seorang guru.
b.
Kompetensi
Pedagogik
Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Sub
kompetensi dalam kompetensi Pedagogik adalah:
1)
Memahami peserta
didik secara mendalam yang meliputi memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif,
prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta
didik.
2)
Merancang
pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan
pembelajaran yang meliputi memahami landasan pendidikan, menerapkan teori
belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan
karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar,
serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
3)
Melaksanakan
pembelajaran yang meliputi menata latar (setting) pembelajaran dan melaksanakan
pembelajaran yang kondusif.
4)
Merancang dan
melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi merancang dan melaksanakan
evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan
berbagai metode,
menganalisis hasil evaluasi proses
dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level),
dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program
pembelajaran secara umum.
5)
Mengembangkan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya meliputi
memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik, dan
memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non akademik.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang guru
dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi
pedagogik
yang harus dimiliki oleh seorang guru jika kaitannya dengan buku sejarah
Sjahrir (peran besar bung kecil) yang menceritakan kehidupan Sutan Sjahrir dari
kecil sampai meninggal dunia serta perjuangannya sebelum dan sesudah Indonesia
merdeka, sehingga seorang guru mampu mengolah pembahasan yang tercantum pada
buku sebagai informasi faktual yang harus disampai kan kepada peserta didik.
Kesimpulannya bahwa sebelum memulai pembelajaran
didalam kelas, terlebih dahulu guru harus menelisik
kembali faktor-faktor yang meghambat dalam proses belajar mengajar didalam
kelas, baik faktor internal maupun faktor eksternal sehingga guru mampu
menjawab kebutuhan peserta didik dengan menyesuaikan dalam mentransformasikan
pengetahuan kepada siswa. Dalam
menyampaikan informasi seorang guru harus enyampaikan materi dengan bukti-bukti
baik dalam bentuk vidio atau foto, karena kebanyakan siswa lebih mudah memahami
ketika melihat bukti visual.
c.
Kompetensi
Kepribadian
Kompetensi
Kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik,
dan berakhlak mulia. Sub kompetensi kepribadian meliputi:
1)
Kepribadian yang mantap dan stabil
meliputi bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga menjadi guru, dan
memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
2)
Kepribadian yang dewasa yaitu
menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos
kerja sebagai guru.
3)
Kepribadian yang arif adalah menampilkan
tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan
peserta didik, sekolah dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam
berpikir dan bertindak.
4)
Kepribadian yang berwibawa meliputi
memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku
yang disegani.
5)
Berakhlak mulia dan dapat menjadi
teladan meliputi bertindak
sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki
perilaku yang diteladani peserta didik.
Dari
kompetensi kepribadian ini diharapkan guru mampu memberikan contoh pribadi yang
baik terhadap peserta didik sehingga memudahkan menamkan sikap atau aspek afektif terhadap siswa, dalam hal ini salah unsur
yang harus ditimbulkan dengan membentuk
perilaku
atau sikap siswa di dalam kelas maupun dilingkungan sosial masyarakat.
Untuk
mencapai tujuan pembelajaran terhadap siswa yang berkaitan dengan kompetensi kepribadian,
guru harus cerdas dalam menyeleksi sebuah tindakan, seperti kutipan dalam buku pada:
Halaman
46:
Selain itu, Sjahrir suka keramaian.
Dia senang mendengarkan musik klasik Beethoven, Mozart, dan Hayden melalui
gramafonputar. Sedangkan Hatta, yang suka kesunyian, tergangu dengan kebiasaan
Sjahrir itu, dan pernah meminta Des memindahkan alat pemutar piringan hitam.
Hingga akhirnya mereka pisah rumah.
Ada lagi perbedaan keduanya.
Menurut Willard A. Hannadalam buku kepulauan banda, Sjahrir yang mendekati
anak-anak, sedangkan anak-anak berusaha mendekati Hatta. Setiap minggu pagi
sekitar pukul setengah enam, Sjahrir sudah bersama di luar sambil berlaya.
Bahkan anak-anaklah yang mengeajari kedua tikoh itu berenang. Pernah suatu
waktu anak-anak mengerjai mereka. Kedua orang itu disuruh berpegangan perahu
kole-kole, perahu khas Banda Neira lalau ditarik ke tengah. Sjahriri dan Hatta
gelagapan hungga hampir tenggelam.
Sjahrir begitu terkesan saat
bermain bersama anak-anak pulau. Dalam buku Renungan dan Perjuangan, dia
menulis: “Tiga jam lamanya kami berlayar cepat sekali karena angin cukup
kencang. Kami berlayar di atas taman-taman laut, dan melihat matahari terbit
sangat indahnya; kemudian kami kembali lagi ke pantai dan sehari-harian
bermain-main dan juga bersantai siang di situ.”
Tak hanya bermain dengan bocah,
Sjahrir juga Hatta mengajarkan bahasa Belanda, Inggris, Prancis dan tata buku
kepada anak-anak banda.” mereka ingin kami anak-anak Banda bisa melihat dunia
lain yang lebih luas,” tutur Des.
Dari
kutipan cerita di atas seorang guru seharusnya menpunyai kepribadian yang ceria
dan bisa dekat dengan siswa-siswanya, sehingga mendorong ketertarikan dan
semangat belajar siswa, karena guru sebagai figur yang akan selalu menjadi
bahan perhatian peserta didik. Jadi guru harus lebih bijak dalam bertindak,
karena jangan sampai niat guru untuk menamkan aspek afektif terhadap siswa
malah sebaliknya memperkeruh keadaan yang menimbulkan perilaku yang kurang baik oleh siswa
itu sendiri. Seorang guru adalah sosok teladan yang
patut di contoh, jadi setiap tindakan seorang guru harus berperilaku positif
dan tidak melakukan hal-hal
negatif
seperti yang dilakukan oleh
beberapa pihak yang memperlakukan manusia yang lainnya diluar
batas kemanusiaan.
d.
Kompetensi
Sosial
Kompetensi
Sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar. Sub kompetensi sosial meliputi:
1)
Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta
tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agara, ras, kondisi
fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial keluarga.
2)
Berkomunikasi secara efektif, empatik,
dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.
3)
Beradaptasi di tempat bertugas di
seluruh wilayah NKRI yang memiliki keragaman sosial budaya.
4)
Berkomunikasi dengan lisan maupun
tulisan.
5)
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara
efektif dengan peserta didik.
6)
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
7)
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Dalam
sebuah instusi pendidikan komunikasi dan interaksi sosial terhadap siswa
sangatlah penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Hubungan yang baik anatara tenaga
pendidik dan peserta didik akan menjadi
faktor pendukung setiap pembelajaran yang dilakukan oleh
guru di dalam kelas. Seperti contoh pada poin kompetensi kepribadai yaitu pada
halaman 46, Dimana Sjahrir yang memiliki kedekatan terhadap anak-anak bahkan
ikut bermain bersama-sama.
c. Kontribusi
buku terhadap bentuk-bentuk materi pembelajaran IPS:
a.
Konsep
dasar (key concept)
Konsep
dasar buku ini adalah sejarah kehidupan Sutan Sjahrir sebagai pahlawan nasional
dari kecil hingga meninggal dunia. Yang menjadi bagian penting dari aspek sejarah dalam buku ini adalah
ketidak hadiran Sutan Sjahrir dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia,
pengasingan Sutan Sjahrir, dan pengangkatan Sutan Sjahrir menjadi Perdana
Mentri pertama di Indonesia. Contohnya dalam kutipan buku.
Halaman
39:
Awal 1935, bersama Hatta, Bondan,
dan Burhanuddin, dia pun berangkat ke ujung timur Nusantara itu. Sjahrir di
angkut dengan sebuah mobil polisi ke pelabuhan di Batavia, untuk menuju rumah
baru di Boven Digul. Sjahrir menganggap perjalanan ini seperti safari wisata.
Laut dan langit biru yang ditemuinya dalam perjalanan tiga hari tiga malam itu
begitu memepesonanya.
Namun, sesampai di tujuan,
kesulitan langsung mendera. Bagaimanapun, hidup di Cipinang jauh lebih nikmat.
Di sana dia harus membangun rumahnya sendiri dengan menebang kayu. Tanahnya pun
tidak subur. Sulit ditandur.
Pada awal kedatangannya, Sjahrir
menghabiskan waktu bersama kaum buangan lainnya. Dia menjadi pemain sepak bola:
olahraga yang digemarinya saat di Bandung dan Medan dulu. Sjahrirpun berkecipak
di Sungan Digul. Namun, setelah mendengar kisah tentang buaya yang berkeliaran
di sana, dia pindah lokasi di Sungai Bening, yang jauh lebih tenang airnya.
Belakangan perangai Sjahrir menjadi
aneh. Di lain waktu dia kerap menghilang, mengayuh kano kecil menyusuri sungai,
hingga ke tanah Kaja-Kaja ke hulu. dia bertamu ke gubuk-gubuk dengan membawa
tembakau dan sejumlah sagu.
Itu belum seberapa. Pada saat yang
berbeda, Sjahrir berjalan dengan cara yang aneh. Dia terus bergerak begitu
jauh, sehingga teman-temanya menjulukinya dengan panggilan kelana Jenaka.
Halaman
41
Akhirnya, pada 2 Januari 1936,
penderitaan Sjahrir dan kawan-kawannya berakhir. Pemerintah belanda
berkesimpulan: Digul bukanlah tempat yang cocok bagi mereka. Kaum buangan itu
dipindahkan ke sebuah tempat yang lebih layak dan manusiawi, yakni Banda Neira,
sebuah kepulauan di Maluku.
Halaman
70
Sekitar
pukul dua dinihari, Badio datang lagi ke Sjahrir. Ia mengusulkan penculikan
Soekarno. Sjahrir tak setuju. Ia menjamin, besoknya bisa memaksa Bung Besar
membaca proklamasi.
Badio
pergi. Tapi satu jam kemudian ia kembali, membangunkan Sjahrir, dan mengabarkan
bahwa sekelompok pemuda nekat menculik Soekarno-Hatta. Sjahrir meminta, apa pun
yang terjadi, di antara mereka jangan bertikai. Yang paling penting, kata
Sjahrir, proklamasi harus diumumkan secepatnya. Soekarno dalam otobiografinya
menyebut Sjahrir penghasut para pemuda. "Dialah yang memanasmanasi pemuda
untuk melawanku dan atas kejadian pada larut malam itu," kata Soekarno.
Dalam
buku Sjahrir karangan Rudolf Mrazek (1994), Sjahrir disebut-sebut sebagai orang
yang menganjurkan Soekarno dibawa ke Rengasdengklok, Jawa Baratmarkas garnisun
pasukan Pembela Tanah Air.
Ahmad
Soebardjo, yang dekat dengan Soekarno, memberi tahu pemimpin Kantor Penghubung
Angkatan Laut Jepang Laksamana Tadashi Maeda tentang penculikan itu. Maeda
memerintahkan anak buahnya, Nishijima, mencari Wikana di Asrama Indonesia
Merdeka. Nishijima dan Wikana bertengkar hebat. Nishijima memaksa Wikana
memberi tahu tempat Soekarno-Hatta disembunyikan. Imbalannya: Maeda dan
Nishijima akan membantu proklamasi kemerdekaan. Wikana setuju.
Soebardjo,
seorang Jepang, dan dua pemuda lainnya-Kunto dan Soediro-lalu menjemput
Soekarno-Hatta di Rengasdengklok. Pukul delapan pagi, Kamis, 16 Agustus,
dwitunggal itu tiba di Jakarta. Sepanjang hari hingga malam, Soekarno- Hatta
dan Maeda berkunjung ke sejumlah perwira penting Jepang. Penguasa militer
Jepang mengizinkan proklamasi disampaikan asalkan tak dikaitkan dengan Jepang
dan tidak memancing rusuh. Soekarno, Hatta, Maeda, Soebardjo, Nishijima, dan
dua orang Jepang lain menyusun teks proklamasi di ruang kerja kediaman Maeda di
Jalan Imam Bonjol 1, Jakarta-kini Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Di
pihak lain, Badio dan kelompok pemuda pengikut Sjahrir pada 16 Agustus hingga
tengah malam menghimpun kekuatan untuk merebut kekuasaan. Mereka juga
menyiapkan naskah proklamasi versi mereka sendiri. Tapi upaya ini gagal akibat
tak solid. Pagi buta 17 Agustus, sebuah delegasi yang dipimpin Soekarni menemui
Sjahrir di rumah.
"Pukul
tiga pagi, Soekarni memakai bot tinggi dan pedang samurai menemui saya di
rumah. Ia melapor teks proklamasi menurut versi kami tidak diterima," kata
Sjahrir. Soekarni juga mendesak Sjahrir ikut perundingan di rumah Maeda.
"Tentu saja, tidak saya terima," kata Sjahrir.
Pukul
10 pagi, didampingi Hatta, Soekarno membacakan naskah proklamasi. Adapun
Sjahrir memilih tak hadir.
Halaman
80
Pada
11 November 1945, Sjahrir diangkat sebagai formatur kabinet baru yang
bertanggung jawab kepada Komite Nasional, bukan Presiden Soekarno. Pada 14
November 1945, Sjahrir, yang kala itu berusia 36 tahun, diangkat sebagai
perdana menteri. Dia juga menjabat menteri luar negeri dan dalam negeri
sekaligus. Amir, selain sebagai wakil perdana menteri, menjadi menteri
penerangan dan keamanan umum.
Pindahnya
kekuasaan Presiden Soekarno ke tangan Sjahrir ini membuat sejumlah kalangan
beranggapan Maklumat Nomor X tak ubahnya usaha kudeta yang halus. "Tidak
berdarah dan tidak bersuara. The silent coup," begitu tulis B.M. Diah
dalam bukunya, Butir-butir Padi. Diah adalah tokoh pemuda yang ketika itu
berseberangan dengan Sjahrir.
Diah
menilai yang dilakukan kelompok pemuda, termasuk Sjahrir, hanyalah demi
kekuasaan. Menurut dia, tak ada bukti yang menunjukkan kemerdekaan Indonesia
bikinan Jepang. Ketika Sjahrir mengetahui rakyat begitu menghormati dan
mencintai Soekarno, "Tetap saja mereka (kelompok pemuda) berusaha
memisahkan dwitunggal Soekarno-Hatta," tulis Diah.
Usaha
kelompok pemuda untuk mengegolkan Sjahrir, menurut Diah, dimulai dengan
menambah anggota Komite Nasional yang pro-Sjahrir. Mereka kemudian mengajukan
petisi kepada Presiden Soekarno agar Sjahrir ditampilkan sebagai pemimpin
perjuangan untuk kemerdekaan.
Dirancang
pula agar Sjahrir menjadi perdana menteri. "Padahal Undang-Undang Dasar
1945 tidak membenarkan pemimpin negara dijadikan perdana menteri," papar
Diah. Bagi seseorang yang mengetahui arti perubahan undang-undang, kata Diah,
tindakan itu bernama "coup d'etat". Rapat Komite Nasional pada 16
Oktober, menurut Diah, hanyalah rekayasa untuk menyingkirkan Soekarno-Hatta.
"Halus dan kasar bukanlah soal," ujar Diah.
Memang
banyak yang setuju dan tidak setuju dengan Sjahrir. Tapi sejarah
memperlihatkan, begitu dia menjadi Ketua Badan Pekerja Komite Nasional, lahir
Maklumat Nomor X yang memungkinkan lahirnya partai-partai politik di Indonesia.
Meski dia mengorbit demikian cepat dan masa kekuasaannya singkat-sesudah penyerahan
kedaulatan pada 27 Desember 1949, Sjahrir tak lagi memegang jabatan dalam pemerintahan-peran
yang dimainkan dan dampak dari misi yang dibawanya menentukan posisi Indonesia
di mata dunia. "Sjahrir mampu meyakinkan Sekutu bahwa Republik Indonesia
bukan bikinan Jepang," kata Rushdy.
Walaupun
buku ini konsep dasarnya adalah sejarah, akan tetapi terdapat pula aspek
ekonomi, geografi dan sosiologi. Seperti kitipan dari buku yang ada di bawah
ini.
Aspek
Ekonomi halaman 53:
Des Alwi, anak angkat Sjahrir yang
datang dari Banda Neira beberapa bulan setelah Sjahrir tiba di Jakarta, disuruh
Hatta berjaga di pintu. "Om Hatta tak ingin ada orang lain masuk,"
Des bercerita. Malam itu ketiganya sepakat: Soekarno bersama Hatta akan bekerja
sama dengan Jepang, dan Sjahrir tetap menyusun perlawanan di bawah tanah.
Peran itu membuat Sjahrir tak punya
pendapatan tetap yang cukup. Agar tahan susah, anak-anaknya diajari hidup
sederhana. Untunglah selalu ada teman yang membantu. Sastra, yang kebetulan
punya tambak ikan di Garut, misalnya, jika datang selalu membawa beras dan ikan
kering.
Ketika Des masuk sekolah radio,
Institut Voor Electro Vak Onderwijs, uang sekolah yang sebulannya delapan
gulden dibayar Hatta. Kebetulan Lily segera mendapat pekerjaan untuk membantu
keuangan keluarga besar Sjahrir.
Aspek
Geografi halaman 38 paragraf 5:
Sjahrir sadar, semua itu hanya
sementara. Dirinya sadar betul akan dihukum ditempat lain. Dia berharap hukuman
lanjutannya lebih ringan. Palng tidak ke Flores, misalya pada 9 Desember 1934,
keputusan itu memang turun. Sebelum sebulan berada di Cipinang, dia harus
pindah tapi bukan ke Flores, melainkan ke Boven Digul.
jelas bukan tempat yang
menyenangkan. Terletak di tengah pulau Papua, kawasan atas Digul ini dihuni
banyak nyamuk malaria yang ganasnya minta ampun.
Awal 1935, bersama Hatta, Bondan,
dan Burhanuddin, dia pun berangkat ke ujung timur Nusantara itu. Sjahrir
diangkut dengan sebuah mobil polisi ke pelabuhan di Batavia, untuk menuju rumah
baru di Boven Digul. Sjahrir menganggap perjalanan ini seperti safari wisata.
Laut dan langit biru yang ditemuinya dalam perjalanan tiga hari tiga malam itu
begitu mempesonanya.
Namun, sesampai di tujuan,
kesulitan langsung mendera. Bagaimanapun, hidup di Cipinang jauh lebih nikmat.
Di sana dia harus membangun rumahnya sendiri dengan menebang kayu. Tanahnya pun
tidak subur. Sulit ditandur.
Pada awal kedatangannya, Sjahrir
menghabiskan waktu bersama kaum buangan lainnya. Dia menjadi pemain sepak bol:
olahraga yang digemarinya saat di Bandung dan Medan dulu. Sjahrir pun
berkecipak di sungai Digul. Namun, setelah mendengar kisah tentang buaya yang berkeliaran di sana, dia pindah lokasi ke
sungai Bening, yang jauh lebih tenang airnya.
Aspek
Sosiologi halaman 26
AKHIR
musim panas 1929. Seorang pemuda berkulit cokelat menginjakkan kaki di
Amsterdam. Baru datang dari Hindia Belanda, Sutan Sjahrir, pemuda itu, segera
terpikat oleh suasana masyarakat Belanda yang begitu hidup, seakan tak pernah
beristirahat. "Tak ada yang melebihi keheranan saya ketika tiba di
Belanda," tulisnya dalam Renungan Indonesia. "Bulan-bulan pertama selalu
terkenang."
Dia
pun mereguk sepuas hati kebebasan di negeri itu. Di sana, garis pemisah antara
warga negeri penjajah dan penduduk wilayah jajahannya tak terlihat sama sekali.
Sjahrir tak hanya berteman dengan sesama mahasiswa asal Indonesia. Pada
bulanbulan pertama di Belanda, dia menulis surat kepada Salomon Tas, Ketua
Amsterdam Sociaal Democratische Studenten Club. Perkumpulan mahasiswa sosial
demokrat Amsterdam itu berafiliasi dengan Partai Sosialis Demokrat Belanda
(SDAP). Sjahrir ingin mengenal perkumpulan itu lebih dalam.
"Begitu
menerima surat itu saya langsung melompat ke atas sepeda, pergi mengunjungi
Sjahrir," tulis Salomon Tas dalam Souvenirs of Sjahrir. Rumah Tas tak jauh
dari flat keluarga Nuning Djoehana di Amsterdam Selatan-tempat Sjahrir
menumpang. Kedua pemuda itu cepat bersahabat. Sjahrir bergabung dengan
perkumpulan yang dipimpin pemuda keturunan Yahudi itu.
Bersama
Tas, istrinya Maria Duchateau, Judith, teman Maria, dan Jos Riekerk, Sjahrir
kerap berdiskusi soal politik dan mengupas pemikiran para filsuf sosialis. Dia
tekun melahap tulisan Rosa Luxemburg, Karl Kautsky, Otto Bauer, Hendrik de Man,
dan tentu saja Marx dan Engels.
Di
saat lain, mereka menonton film dan teater, atau sekadar bercengkerama di bar
dan kafe. Ada pula acara piknik yang disebut "Akhir Pekan Kaum
Sosialis", yang diselenggarakan jurnal De Socialist. Anak muda dari
berbagai ras pergi berwisata ke Amersfoort, Arnhem, Assen, atau Kijkduin di
tepi laut.
Pergaulan
Sjahrir pun berputar kian cepat. Tas mengaku sempat kehilangan kontak beberapa
lama. Belakangan, setelah berjumpa kembali, Sjahrir bercerita kepada Tas, dalam
pencarian akan perkawanan radikal, dia bergaul dengan kaum anarkis kiri. Mereka
menjaga diri untuk terbebas dari sistem kapitalisme dengan menghindar dari
pekerjaan yang mencari untung. "Mereka bertahan hidup dengan berbagi apa
pun, termasuk alat kontrasepsi, tapi tidak termasuk sikat gigi," tulis
Tas.
b. Topik-topik
dari subyek (ilmu-ilmu sosial)
Beberapa topik dalam buku ini antara lain:
1)
Sejarah
Sejarah
adalah gambaran tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang dialami oleh
manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu, diberi tafsiran dan
analisis kritis, sehingga mudah dimengerti dan dipahami. (Hugiono dan
Powerwantana,1992:9). Buku ini memang dasarnya adalah buku sejarah, akan tetapi
ada peristiwa-peristiwa penting yang mempunyai pengaruh besar. Contohnya
adapada halaman 101 paragraf 2.
Perundingan
Linggarjati adalah hasil diplomasi berliku yang diusahakan Sjahrir. Setelah Proklamasi, situasi Indonesia sangat genting.
Belanda datang kembali
membonceng Sekutu. Mereka mendarat
di Tanjung Priok pada 29 September 1945.
Pejabat NICA (Netherlands Indies
Civil Administration) berpikir bisa berkuasa dengan menangkap dwitunggal
Soekarno-Hatta. Kedua pemimpin ini dianggap berkolaborasi dengan Jepang. NICA
bermaksud mengambil alih semua departemen dari tangan Jepang. Pertempuran besar
meletus di berbagai kota, menghadang Belanda yang bersembunyi di balik Sekutu.
Semarang diguncang perang lima hari, 14-19 Oktober 1945. Sehari kemudian,
Jenderal Sudirman dan Tentara Keamanan Rakyat bergelimang darah menahan laju
tentara Sekutu di Ambarawa.
Tak berapa lama, Surabaya membara
pada 10 November. Perang hadir di depan mata, dan Indonesia terancam kalah.
"Adalah Sjahrir yang bisa membalik semua keadaan itu dalam waktu
cepat," kata Rushdy Hoesein, pengamat sejarah dan peneliti Linggarjati.
"Dia pasang badan."
Pada 14 November 1945, sistem
presidensial diubah menjadi sistem parlementer. Sjahrir diangkat sebagai
perdana menteri pertama. Inggris mengajak berunding. Pada 23 November, kabinet
Sjahrir menjawab dengan maklumat, Indonesia tak sudi berunding selama Belanda
berpendirian masih berdaulat di Indonesia.
Belanda lalu memblokade Jawa dan
Madura. Tapi Sjahrir melakukan diplomasi cerdik. Meskipun dilanda kekurangan
pangan, Sjahrir memberikan bantuan beras ke India pada Agustus 1946. Tindakan
Sjahrir ini membuka mata dunia.
Sebelumnya, pada 1 Februari 1946,
ia nyaris berhasil "memaksa" utusan Inggris, diplomat senior Sir
Archibald Clark-Kerr, berbicara dengan Soekarno. Sayang, Soekarno, yang sudah
berada di Yogya, menolak datang ke Jakarta.
Seperti bermain catur, sedikit demi
sedikit Sjahrir terus mencoba menekan pemerintah Belanda melalui diplomasi. Ia
terus-menerus mengupayakan agar Indonesia dan Belanda duduk di meja
perundingan. Kesempatan pertama datang dalam perundingan di Hoge Veluwe,
Belanda, 14-16 April 1946. Ketika itu Indonesia mengajukan tiga usul: pengakuan
atas Republik Indonesia sebagai pengemban kekuasaan di seluruh bekas Hindia
Belanda, pengakuan de facto atas Jawa dan Madura, serta kerja sama atas dasar
persamaan derajat antara Indonesia dan Belanda. Usul itu ditolak Belanda.
Peluang berunding dengan Belanda
terbuka lagi ketika Inggris mengangkat Lord Killearn sebagai utusan istimewa
Inggris di Asia Tenggara, sekaligus penengah konflik Indonesia-Belanda.
Konsulat Inggris di Jakarta mengumumkan, selambatlambatnya pada 30 November
1946 tentara Inggris akan meninggalkan Indonesia.
Kabinet baru Belanda kemudian
mengutus Schermerhorn sebagai Komisi Jenderal untuk berunding dengan Indonesia.
Schermerhorn dibantu tiga anggota: Van Der Poll, De Boer, dan Letnan Gubernur
Jenderal H.J. Van Mook.
Perundingan itulah yang kemudian
terjadi di Linggarjati. Lokasi itu diusulkan oleh Maria Ulfah Santoso (Menteri
Sosial), yang dekat dengan Sjahrir. Ayah Maria pernah menjadi regent (bupati)
Kuningan.
Kebetulan, Residen Cirebon, Hamdani,
dan Bupati Cirebon, Makmun Sumadipradja, juga sahabat Sjahrir. Delegasi Belanda
mulanya mengkhawatirkan keamanan. Namun Sjahrir berhasil meyakinkan
kemampuannya mengontrol wilayah tersebut.
Sjahrir, sebagai bekas aktivis
gerakan sosialis di Belanda, ternyata telah mengenal Schermerhorn, yang berasal
dari Partai Buruh. Meski demikian, sebagaimana diduga, perundingan berlangsung
alot. Dari 17 pasal yang dibahas, deadlock terjadi pada pasal mengenai
pembentukan Negara Indonesia Serikat.
Pasal ini disetujui setelah
Schermerhorn, tanpa diikuti Sjahrir yang kelelahan, mengunjungi Presiden
Soekarno yang menginap di Kuningan. Soekarno langsung menyetujui ketika diberi
tahu bahwa Negara Indonesia Serikat berdaulat di bawah Kerajaan Belanda.
Sjahrir terkejut akan sikap
Soekarno, namun tak bisa menolak ketika persetujuan itu disampaikan oleh
Schermerhorn. Bagi Sjahrir, itu artinya Belanda hanya mengakui Republik secara
de facto.
Sjahrir kemudian memasukkan pasal
tambahan tentang arbitrase. Bila ada perselisihan menyangkut perjanjian
tersebut, akan diajukan ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
"Pasal ini terbukti menjadi penyelamat ketika terjadiagresi Belanda ke
wilayah Republik," kata Rusdi.
Setelah persetujuan diparaf pada 14
November 1946, kedua delegasi membawa rencana persetujuan itu ke masing-masing
parlemen untuk disahkan. Republik Indonesia mengesahkan Perjanjian Linggarjati
di Malang, Jawa Timur, dalam rapat Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), 25
Maret 1947.
Di Belanda, pengesahan perjanjian
mendapat hujan kritik pemerintah dan parlemen. Schermerhorn tersingkir dari
panggung politik. Karena tak puas dengan penyelesaian Linggarjati, pada 20 Juni
1947 Belanda melancarkan aksi militer pertama dengan menduduki kota-kota
penting Republik.
Pada 14 Agustus 1947, Sjahrir
memimpin delegasi Indonesia ke sidang Dewan Keamanan PBB di Lake Succes, Amerika
Serikat. "Pidato Sjahrir di Dewan Keamanan ini dimungkinkan karena adanya
pasal arbritase di Linggarjati itu," kata Rusdi Husein.
Inilah momen yang membuat Indonesia
tampil di kancah internasional. Nama Indonesia bergema di Lake Succes. Dan
jalan ke arah itu dibuka dari kaki Gunung Ciremai.
2)
Ekonomi
Ekonomi
adalah studi mengenai bagaimana cara manusia dan masyarakat sampai kepada
pilihan (dengan atau tanpa uang) untuk mempekerjakan sumber-sumber produksi
langka yang dapat mempunyai kegunaan-kegunaan alternatif untuk menghasilkan
berbagai macam barang dan mendistribusikannya untuk dikonsumsi sekarang atau
pada masa mendatang di antara berbagai orang dan golongan dalam masyarakat.
Contohnya adapada
halaman 93 paragraf 1
Inilah
"diplomasi beras" ala Sjahrir yang dimulai April 1946, ketika ia
membuat
penawaran yang sensasional di masa itu: mengirimkan
setengah juta ton beras asal
Jawa ke India, yang terancam kelaparan akibat
gagal panen. Dia meminta beras itu ditukar dengan tekstil dan obat-obatan untuk Republik.
Dalam
ingatan Rosihan, yang bertugas menanganinya adalah kawan-kawan lama Sjahrir.
Salah satunya ekonom Saroso Wirodihardjo. "Rupanya beras itu diambil antara
lain dari Cikampek," kata Rosihan. Dalam buku Prime Minister Sjahrir as Statesman
and Diplomat tulisan
Hamid Algadri, Menteri Penerangan masa itu, disebutkan
juga nama diplomat dr Soedarsono (ayah Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono).
Yang
pertama kali menerbitkan berita tentang hal itu adalah Free Press of
Journal
di Bombay, India: "Indonesian's Goodwill Gesture
towards India, Premier Sjahrir's
offer of 500,000 tons of Rice." Penulisnya P.R.S.
Mani, koresponden Free Press di
Jakarta. Menurut resensi Rosihan terhadap buku Mani,
The Story of Indonesian
Revolution 1945-1950, berita itu disiarkan di Jakarta
beberapa hari kemudian,
diimbuhi pesan Perdana Menteri Jawaharlal Nehru kepada
Sjahrir, yang member
salam bagi rakyat Indonesia, "yang sedang
berjuang dengan gagah berani untuk kemerdekaannya."
Beberapa
petinggi Republik saat itu terenyak, apalagi pasca-Jepang pergi kondisi Republik
masih sangat papa. Tapi Sjahrir sendiri kemudian mengulangi pesannya kepada Free Press. "Itu gambaran benar tentang
situasi pangan dan kebutuhan
kami akan barang-barang impor. Perkiraan paling rendah
tentang panen tahun ini
ialah lima juta ton, sedangkan perkiraan tertinggi tujuh juta
ton."
Sjahrir
mengatakan konsumsi rakyat Indonesia tak lebih dari empat juta ton. "Jikapun
tidak ada surplus beras, saya pikir rakyat kami bersedia memberikan 500 ribu
ton beras ditukar dengan tekstil. Saya rasa lebih dari wajar RI berbuat apa
yang
mungkin guna meringankan situasi pangan di India. Kami
bersimpati terhadap
rakyat India dan akan menyambut dengan baik terwujudnya hubungan ekonomi dan
rohani antara RI dan India sebagai negara-negara merdeka."
3)
Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
masyarakat secara keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia satu dengan
manusia lain, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik kelompok
formal maupun kelompok informal atau baik kelompok statis maupun kelompok
dinamis
(Mayor Polak). Contohnya adapada halaman 21 paragraf 5:
Pada usia yang baru
menginjak 20 tahun, Sjahrir memang sudah mengecap kehidupan yang relatif modern
saat bersekolah di Algemene Middelbare School di Bandung. Namun Amsterdam, kota
di Benua Eropa itu, jelas lebih kosmopolitan ketimbang Bandung. Pergaulan
antarmanusia di sana juga egaliter ketimbang di Hindia Belanda.
Amsterdam memang
memikat pemuda Sjahrir. Maka, ketimbang mengikuti kuliah dan mengunjungi
perpustakaan kampus, Sjahrir lebih sering ngelencer mendatangi pusat budaya
atau tempat-tempat berkumpul mahasiswa. Salah satu lokasi yang sering ia kunjungi
adalah bioskop alias Cinema Tuschinski di kawasan Rembrandtplein.
Gedung bioskop ini
dibangun dengan gaya campur aduk antara Art Deco, Art Nouveau, dan aliran
arsitektur Amsterdam yang sedang jadi tren pada awal 1900-an. Sampai kini
gedung itu
masih berfungsi sebagai bioskop komersial dan sering menjadi lokasi utama festival
film, misalnya International Documentary Film Amsterdam.
Selain menyukai film,
Sjahrir muda menggemari teater. Dan hanya satu blok dari Cinema Tuschinski
terdapat gedung teater tua yang terkenal: Stadsschouwburg. Gedung teater ini
terletak di daerah ramai Leidseplein, salah satu pusat kehidupan malam di Amsterdam.
Di tempat ini Sjahrir sering menonton pertunjukan, baik sendiri maupun bersama
teman.
4)
Geografi
Geografi
adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi, dan segala sesuatu yang berada di
atasnya seperti penduduk, fauna, flora, iklim, udara dan segala interaksinya.
Contohnya pada halaman 46 paragraf 5:
Om Rin memang bisa menikmati saat
tinggal di dratan berukuran sekitar 2x3 kilometer persegi itu, salah satu pulau
di kepulauan Banda, selain Neira, Lonthor atau Banda Besar, Run, Ai Rozengain,
dan Gunung Api. Sjahrir memuji keindahan pantai dan pohon rindangnya. Dia
menceritakan kepada istrinya, Maria Duchateau di Belanda, tentang tempat
pengasingannya melalui surat tertanggal 21 Mei 1936: “Lautnya biru, bening, dan
tenang. Saat cuaca baik, permukaan laut rata laksana cermin.” Tank aneh jika
kulit Sjahrir menjadi hitam terbakar matahari selama tinggal di sana. Sjahrir
juga punya pola hidup sehat. Dia tidur tujuh jam setiap hari, pagi perjalanan
kaki hingga jauh, dan senam di kamar secara teratur.
c.
Tema-tema
dari berbagai lingkungan dan masyarakat
1)
Kehidupan Sutan Sjahrir di Belanda dan
tempat pengasingan
Dalam
buku ini yang berjudul Sjahrir (peran besar bung kecil) menceritakan kehidupan
seorang Sutan Sjahrir semasa kuliah di Amsterdam Belanda. Dimana Sjahrir sangat
tertarik dengan kehidupan di sana yang bebas. Sjahrir beradaptasi dengan cepat
di Belanda, mempunyai pergaulan yang luas terutama dengan kelompok-kelompok
atau organisasi-organisasi tertentu. Ceritanya bisa dilihat pada halaman 26
paragraf 1:
AKHIR musim panas 1929. Seorang
pemuda berkulit cokelat menginjakkan kaki di Amsterdam. Baru datang dari Hindia
Belanda, Sutan Sjahrir, pemuda itu, segera terpikat oleh suasana masyarakat
Belanda yang begitu hidup, seakan tak pernah beristirahat. "Tak ada yang
melebihi keheranan saya ketika tiba di Belanda," tulisnya dalam Renungan
Indonesia. "Bulan-bulan pertama selalu terkenang."
Dia pun mereguk sepuas hati
kebebasan di negeri itu. Di sana, garis pemisah antara warga negeri penjajah
dan penduduk wilayah jajahannya tak terlihat sama sekali. Sjahrir tak hanya berteman
dengan sesama mahasiswa asal Indonesia. Pada bulanbulan pertama di Belanda, dia
menulis surat kepada Salomon Tas, Ketua Amsterdam Sociaal Democratische
Studenten Club. Perkumpulan mahasiswa sosial demokrat Amsterdam itu berafiliasi
dengan Partai Sosialis Demokrat Belanda (SDAP). Sjahrir ingin mengenal
perkumpulan itu lebih dalam.
Berbeda dengan kehidupannya di
Belanda, yaitu di timur Nusantara Papua tepatnya di Boven Digul Sjahrir
mengalami penderitaan dimana dia harus membangun rumahnya sendiri dengan
menebang kayu dan tanah di sana kurang subur untuk ditanami. Bahkan
Sjahrir menunjukan perangai yang aneh selama di Digul. Kemudian Sjahrir dan
Hatta dipindahkan ke Banda Neira, Maluku. Kehidupan Sjahrir dan Hatta di Banda
Neira lebih baik, mereka bisa membantu mengajar anak-anak disana,
bermain bersama bahkan Sjahrir mengadopsi anak dari Banda Neira. Ceritanya bisa dilihat pada:
Halaman 39 paragraf 2:
Awal 1935, bersama Hatta, Bondan,
dan Burhanuddin, dia pun berangkat ke ujung timur Nusantara itu. Sjahrir
diangkut dengan sebuah mobil polisi ke pelabuhan di Batavia, untuk menuju rumah
baru di Boven Digul. Sjahrir menganggap perjalanan ini seperti safari wisata.
Laut dan langit biru yang ditemuinya dalam perjalanan tiga hari tiga malam itu
begitu mempesonanya.
Namun, sesampai di tujuan,
kesulitan langsung mendera. Bagaimanapun, hidup di Cipinang jauh lebih nikmat.
Di sana dia harus membangun rumahnya sendiri dengan menebang kayu. Tanahnya pun
tidak subur. Sulit ditandur.
Halaman 46 paragraf 2:
Ada lagi perbedaan keduanya.
Menurut Willard A. Hannadalam buku kepulauan banda, Sjahrir yang mendekati
anak-anak, sedangkan anak-anak berusaha mendekati Hatta. Setiap minggu pagi
sekitar pukul setengah enam, Sjahrir sudah bersama di luar sambil berlaya.
Bahkan anak-anaklah yang mengeajari kedua tikoh itu berenang. Pernah suatu
waktu anak-anak mengerjai mereka. Kedua orang itu disuruh berpegangan perahu
kole-kole, perahu khas Banda Neira lalau ditarik ke tengah. Sjahriri dan Hatta
gelagapan hungga hampir tenggelam.
Sjahrir begitu terkesan saat
bermain bersama anak-anak pulau. Dalam buku Renungan dan Perjuangan, dia
menulis: “Tiga jam lamanya kami berlayar cepat sekali karena angin cukup
kencang. Kami berlayar di atas taman-taman laut, dan melihat matahari terbit sangat
indahnya; kemudian kami kembali lagi ke pantai dan sehari-harian bermain-main
dan juga bersantai siang di situ.”
2)
Perjuangan
Sutan Sjahrir dalam Proklamasi
kemerdekaan RI
Perjuangan Sjahrir dalam Proklamasi
kemerdekaan RI sangat luar biasa, Sjahrir adalah tokoh yang sangat dekat
denagan Sukarno dan Muh. Hatta sehingga setelah dia mengetahui kekalahan Jepang
atas sekutu Sjahrir mendesak Sukarno untuk Memproklamasikan kemerdekan RI.
Sukarno menolak permintaan Sjahrir karena tidak percaya dengan kekalahan Jepang.
Ceritanya dapat kita lihat pada halaman 66 paragraf 1:
JALAN Maluku 19, Menteng, Jakarta,
dua hari sebelum proklamasi. Soebadio Sastrosatomo, kala itu 26 tahun,
bertamu ke rumah Sjahrir. Badio, begitu Soebadio biasa disapa, adalah pengikut
Sjahrir yang setia. Kelak keduanya bersama-sama mendirikan Partai Sosialis
Indonesia. Siang terik. Badio haus luar biasa. Sjahrir menawari
anak muda itu minum, tapi Badio menolak. Itu hari di bulan Ramadan: Badio sedang
puasa.
Ada yang tak biasa pada Sjahrir hari
itu: rautnya sumpek. Sebelumnya, si Bung baru saja bertemu dengan Soekarno, yang
mengajaknya bermobil keliling Jakarta. Di jalan, Soekarno mengatakan tak
secuil pun ada isyarat Jepang akan menyerah. Soekarno ingin membantah informasi
yang dibawa Sjahrir sebelumnya bahwa Jepang telah takluk kepada Sekutu.
Sjahrir mengatakan ini sebelum
Soekarno-Hatta berangkat ke Dalat, Vietnam, untuk bertemu
dengan Marsekal Terauchi, Panglima Tertinggi Jepang untuk AsiaTenggara. Sjahrir
berkesimpulan tak ada gunanya berunding dengan Jepang. Pada 6 Agustus
1945, Jepang toh telah luluh-lantak oleh bom atom Sekutu.
Mengetahui Bung Karno tak
mempercayainya, Sjahrir berang. Ia menantang Soekarno
dengan mengatakan siap mengantar Bung Besar itu ke kantor Kenpeitai, polisi
rahasia Jepang, di Jalan Merdeka Barat, Jakarta, untuk mengecek kebenaran informasi
yang ia berikan. Sjahrir mengambil risiko: di kantor intel itu ia bisa saja ditangkap.
Tapi Soekarno menolak. Ia yakin
Jepang belum menyerah. Itulah yang membuat Sjahrir marah meski ia tak
menyampaikannya secara terbuka kepada Bung Karno.
d. Problem-problem
social
Banyak
problem sosial yang diceritakan dalam buku ini. Seperti masalah di bidang
pendidikan, perekonomian, perbedaan pandangan, kepercayaan, dan masalah yang
dihadapi Sutan sjahrir saat diasingkan oleh penjajah. Problem yang terjadi
dibidang pendidikan dimana hanya golongan-golongan elit yang mendapatkan
pendidikan sedangkan golongan jelata kurang mendapatkan perhatian, tetapi
Sjahrir mempunyai perhatian yang besar terhadap masalah tersebut. Kutipannya
ada di bawah ini:
Halaman
15 paragraf 1:
Sjahrir bergerak hampir di semua
bidang. Dalam pergerakan, ia juga mendirikan Tjahja Volksuniversiteit atau
Jhahja Sekolah Rakyat, yang memberikan pendidikan gratis untuk kalangan jelata.
Halaman
46 paragraf 4:
Tak hanya bermain dengan bocah,
Sjahrir juga Hatta mengajarkan bahasa Belanda, Inggris, Prancis dan tata buku
kepada anak-anak banda.” mereka ingin kami anak-anak Banda bisa melihat dunia
lain yang lebih luas,” tutur Des.
Sedangkan
problem pada bidang ekonomi bisa dilihat pada halaman 53 paragraf 3, dimana
keluarga Sutan Sjahrir mengalami kesulitan ekonomi karena kesibukannya dalam
persiapan kemerdekaan Indonesia.
Des Alwi, anak angkat Sjahrir yang
datang dari Banda Neira beberapa bulan setelah Sjahrir tiba di Jakarta, disuruh
Hatta berjaga di pintu. "Om Hatta tak ingin ada orang lain masuk,"
Des bercerita. Malam itu ketiganya sepakat: Soekarno bersama Hatta akan bekerja
sama dengan Jepang, dan Sjahrir tetap menyusun perlawanan di bawah tanah.
Peran itu membuat Sjahrir tak punya
pendapatan tetap yang cukup. Agar tahan susah, anak-anaknya diajari hidup
sederhana. Untunglah selalu ada teman yang membantu. Sastra, yang kebetulan
punya tambak ikan di Garut, misalnya, jika datang selalu membawa beras dan ikan
kering.
Ketika Des masuk sekolah radio,
Institut Voor Electro Vak Onderwijs, uang sekolah yang sebulannya delapan
gulden dibayar Hatta. Kebetulan Lily segera mendapat pekerjaan untuk membantu
keuangan keluarga besar Sjahrir.
Contoh
problem kepercayaan dapat kita lihat pada halaman 66 paragraf terakhir, dimana
Ir. Soekarno tidak mempercayai Sutan Sjahrir mengenai kekalahan jepang oleh
sekutu. Kutipannya di bawah ini:
Mengetahui Bung Karno tak
mempercayainya, Sjahrir berang. Ia menantang Soekarno dengan mengatakan siap
mengantar Bung Besar itu ke kantor Kenpeitai, polisi rahasia Jepang, di Jalan
Merdeka Barat, Jakarta, untuk mengecek kebenaran informasi yang ia berikan.
Sjahrir mengambil risiko: di kantor intel itu ia bisa saja ditangkap.
Tapi Soekarno menolak. Ia yakin
Jepang belum menyerah. Itulah yang membuat Sjahrir marah meski ia tak
menyampaikannya secara terbuka kepada Bung Karno.
Problem
lain yaitu adanya perseteruan para kolaborator karena berselisih paham meraih
dan mempertahankan kedaulatan yaitu antara Sutan Sjahrir dengan Jenderal
Soedirman, ceritanya bisa dilihat pada halaman 150-153. Bahkan karena masalah
ini Sutan Sjahrir diculik kemudian dibebaskan kembali oleh Suekarno seiring
kembalinya pemerintahannya.
e. Issue
kontemporer
Contoh
dari Issue
kontemporer dalam buku ini yaitu pada halaman 76 paragraf 1:
HARI itu, 15 Agustus 1945, Jepang
akhirnya takluk kepada tentara Sekutu. Di saatsaat akhir kekuasaannya, Jepang
sempat menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia. Maka dibentuklah Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia oleh Jepang. Soekarno dan Hatta menjadi ketua
dan wakil ketua Panitia Persiapan.
Sjahrir tak percaya dengan janji
itu. Bersama sejumlah aktivis pergerakan lainnya, seperti Adam Malik, Soekarni,
Chaerul Saleh, dan Kusnaeni, ia tak ingin kemerdekaan Indonesia didapat sebagai
hadiah dari Jepang. Para pemuda menuduh Soekarno-Hatta sebagai kolaborator
Jepang. Hanya, meski berbeda paham, Sjahrir mengakui rakyat di daerah sangat
mendukung kemerdekaan dan kepemimpinan Soekarno-Hatta.
Kemerdekaan Indonesia akhirnya
diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Teks Proklamasi disusun sehari sebelumnya
di rumah Laksamana Maeda oleh Soekarno bersama Hatta, Soebardjo, Nishijima
(ajudan Maeda), dan dua orang Jepang lainnya.
Dalam
contoh peristiwa di atas walaupun terdapat isu keterpihakan Soekarno terhadap
Jepang, akan tetapi Proklamasi kemerdekaan Indonesia tetap terlaksana pada 17
Agustus 1945 dan dampaknya masih kita rasakan sekarang ini dimana kita sebagai
rakyat Indonesia masih merasakan kemerdekaan dan kebebasan dari penjajah.
a.
General
idea
Buku
ini menceritakan kehidupan dan perjuangan salah satu pahlawan nasional
Indonesia yaitu Sutan Sjahrir sebagai Perdana Mentri pertama di Indonesia. Buku
ini tidak hanya menceritakan perjalanan politik seorang Sjahril, tetapi juga
memceritakan kehidupan Sjahril mulai semasa sekolah tingkat SD sampai kuliah di
Amsterdam belanda, walaupun Sjahrir tidak berhasil menyelesaikan kuliahnya
karena ditangkap dan dipenjara di Cipinang oleh penjajah Hindia Belanda pada
waktu itu. Tidak hanya itu dalam buku ini juga diceritakan masa-masa Sutan
Sjahrir dipenjara oleh Belanda sampai dibuang atau diasingkan ke Boven Digul
Papua selama satu tahun dan kemudian dipindahkan ke Banda Neira, Maluku selama
6 tahun.
Kemudian
diceritakan juga bagaimana gerakan bawah tanah yang dipimpin oleh Sutan Sjahrir
sebagai gerakan melawan Jepan. Kemudian Peran Sjahrir dalam Proklamasi
kemerdekaan Indonesia, Sjahrir yang mebentuk sebuah partai yaitu PSI dan
kekalahannya dalam pemilu 1955, sampai kepada meredupnya eksistensi Sutan
Sjahrir di panggung politik Indonesia. Dan yang terakhir diceritakan juga
masa-masa Sjahrir tutup usia di Swiss.
b.
Controversial
issues
Controversial issues merupakan sesuatu yang mudah diterima oleh seseorang
atau kelompok tetapi juga mudah ditolak oleh orang lain. Isu kontroversial
secara langsung menyebabkan orang atau kelompok berbeda pendapat.
Dalam buku ini ada beberapa Controversial
issues
yang masih terjadi perselisihan pendapat, contohnya ada di bawah ini.
Halaman
70 paragraf 2:
Badio
pergi. Tapi satu jam kemudian ia kembali, membangunkan Sjahrir, dan mengabarkan
bahwa sekelompok pemuda nekat menculik Soekarno-Hatta.
Sjahrir
meminta, apa pun yang terjadi, di antara mereka jangan
bertikai. Yang paling
penting, kata Sjahrir, proklamasi harus diumumkan
secepatnya. Soekarno dalam
otobiografinya menyebut Sjahrir penghasut para pemuda.
"Dialah yang memanasmanasi
pemuda untuk melawanku dan atas kejadian pada larut
malam itu," kata
Soekarno.
Dalam
buku Sjahrir karangan Rudolf Mrazek (1994), Sjahrir disebut-sebut sebagai orang
yang menganjurkan Soekarno dibawa ke Rengasdengklok, Jawa Baratmarkas garnisun
pasukan Pembela Tanah Air.
Contoh
di atas merupakan salah satu isu kontroversial yang masih terjadi perselisihan
pendapat. Dimana masih ada perselisihan tetang apakah Sjahrir dalang dari
peristiwa penculikan Sukarno-Hatta ataukah bukan.
Halaman
76 paragraf 2:
Sjahrir tak percaya dengan janji
itu. Bersama sejumlah aktivis pergerakan lainnya, seperti Adam Malik, Soekarni,
Chaerul Saleh, dan Kusnaeni, ia tak ingin kemerdekaan Indonesia didapat sebagai
hadiah dari Jepang. Para pemuda menuduh Soekarno-Hatta sebagai kolaborator
Jepang. Hanya, meski berbeda paham, Sjahrir mengakui rakyat di daerah sangat
mendukung kemerdekaan dan kepemimpinan Soekarno-Hatta.
Halaman
81 paragraf 2:
Pindahnya kekuasaan Presiden
Soekarno ke tangan Sjahrir ini membuat sejumlah kalangan beranggapan Maklumat
Nomor X tak ubahnya usaha kudeta yang halus. "Tidak berdarah dan tidak
bersuara. The silent coup," begitu tulis B.M. Diah dalam bukunya,
Butir-butir Padi. Diah adalah tokoh pemuda yang ketika itu berseberangan dengan
Sjahrir.
Diah menilai yang dilakukan
kelompok pemuda, termasuk Sjahrir, hanyalah demi kekuasaan. Menurut dia, tak
ada bukti yang menunjukkan kemerdekaan Indonesia bikinan Jepang. Ketika Sjahrir
mengetahui rakyat begitu menghormati dan mencintai Soekarno, "Tetap saja
mereka (kelompok pemuda) berusaha memisahkan dwitunggal Soekarno-Hatta,"
tulis Diah.
Usaha kelompok pemuda untuk
mengegolkan Sjahrir, menurut Diah, dimulai dengan menambah anggota Komite
Nasional yang pro-Sjahrir. Mereka kemudian mengajukan petisi kepada Presiden
Soekarno agar Sjahrir ditampilkan sebagai pemimpin perjuangan untuk
kemerdekaan.
Halaman
131 paragraf 4:
"WAKTU itu memang ada isu
bahwa Sumitro melakukan korupsi, memberikan dana kepada PSI dalam pemilihan
umum," kata wartawan senior Rosihan Anwar, awal Februari lalu. "Saya
kira isu itu ada benarnya, tapi jumlahnya kecil. Tidak seperti sekarang ini,
besar-besar."
d. Kelebihan
dan keterbatasan buku
a.
Kelebihan
buku
1)
Gaya penyusunan buku ringan dan mudah
dipahami
2)
Ceritanya runtut dan jelas
3)
Buku ini tidak hanya menceritakan kelebihan
seorang Sjahrir tetapi juga kelemahannya.
4)
Buku ini menceritakan
peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah perjuangan Sjahril.
5)
Sumber penulisan cerita dalam buku jelas
dan akurat
6)
Ukuran buku yang kecil memudahkan kita
untuk dibawa ke mana-mana
7)
Buku ini dilengkapi dengan foto-foto
asli Sutan Sjahrir
8)
Jenis kertas yang digunakan ringan dan
membuat kita tidak bosan membacanya
b.
Keterbatasan
buku
1)
Menurut kami tidak semua sisi kehidupan
Sutan Sjahrir diceritakan secara detail.
2)
Desain buku bertema hitam putih yang
mungkin kurang menarik bagi sebagian orang.
e.
Manfaat secara Kognitif, Afektif
dan Psikomotorik sebagai calon guru IPS
a. Kognitif
Buku
ini bisa digunakan sebagai tambahan materi dan pengetahuan seorang calon guru untuk
diajarkan kepada siswanya. Jadi guru tidak hanya berpatokan pada materi yang
ada pada buku cetak tetapi juga dari buku-buku umum lainnya seperti buku ini.
Tidak hanya dari sisi materi semata tetapi didalam buku ini juga bisa kita
ambil pelajaran dari seorang Sjahrir yang sangat suka membaca untuk menambah
pengetahuannya, bahkan dikatakan bahwa jumlah buku sangat banyak.
b. Afektif
Sjahrir
bukan hanya seorang pahlawan dalam memerdekakan Indonesia tetapi juga tokoh
nasional yang sangat mencintai dunia pendidikan terutama untuk rakyat jelata
yang tidak memperoleh pendidikan pada saat itu. Sjahrir mengajar anak-anak yang
ada di Banda Neira tempat pengasingannya dengan sangat baik. Dia tidak hanya
sebagai guru bagi anak-anak itu tetapu juga sebagai teman bagi mereka sehingga
kedekatan antara Sjahrir dan anak-anak disana tidak bisa terbantahkan lagi. Ini
bisa dijadikan contoh bagi calon guru agar bisa menciptakan hubungan yang baik
dengan siswanya sehingga seorang guru bisa mengenal siswanya lebih baik lagi dan
mengetahui ketika siswanya mendapatkan masalah.
c. Psikomotorik
Sjahrir
tidak hanya cerdas kognitif tetapi juga cerdas dalam kesenian. Dibuktikan
dengan dibentuknya perkumpulan sandiwara bernama Batovis olen Sjahrir dan
kawan-kawannya. Kutipannya terdapat pada halaman 14 paragraf 1:
Selain
itu, bersama teman sekolahnya ia mendirikan perkumpulan sandiwara bernama
Batovis. Kelompok ini sering manggung di gedung Concordia, Gedung Merdeka
sekarang. Sjahrir berperan sebagai penulis naskah, sutradara, sesekali menjadi
pemain. Hampir tiap bulan mereka mementaskan sebuah lakon. Orang Belanda banyak
menyaksikan pertunjukan ini, karena menggunakan bahasa Belanda. Ke dalam
ceritanya banyak disisipkan ide kebangsaan dan kritik terhadap pemerintahan
saat itu.