GURU SEBAGAI PENGARAH ATAU
DIRECTOR
Pengarah
atau Director. Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
Fungsi
atau peran penting guru dalam PBM ialah sebagai “director of learning” (direktur
belajar). Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai
mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar
(kinerja akademik) sebagai mana yang telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan
PBM. Guru berkewajiban memberikan bantuan
kepada murid agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya
sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Murid-murid membutuhkan bantuan
guru untuk mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi, kesulitan pendidikan,
kesulitan memilih pekerjaan, kesulitan dalam hubungan sosial, dan
interpersonal. Karena itu, setiap guru perlu memahami dengan baik teknik
bimbingan kelompok, penyuluhan individu, teknik mengumpulkan keterangan, teknik
evaluasi, statistik penelitian, psikologi kepribadian, dan psikologi belajar.
Jika murid menghadapi masalah di mana guru tak sanggup memberikan bantuan cara
memecahkannya, baru minta bantuan kepada ahli bimbingan (guidance specialist)
untuk memberikan bimbingan kepada anak yang bersangkutan.
Bimbingan
merupakan terjemahan dari kata “guidance” berasal dari kata kerja “ to
guide” yang mempunyai arti “menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun
membantu”. Menurut
DR. Rachman Natawidjaja yang dikkutip oleh Hellen A. “Bimbingan adalah suatu proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan,
supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup
mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan
dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, serta kehidupan
umumnya dengan demikian ia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi
kehidupan masyarakat umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan
diri secara optimal sebagai makhluk sosial”.
Bimbingan
adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik guna membantu
pertumbuhan anak didik atas kekuatan dalam menentukan dan mengarahkan hidupnya
sendiri yang pada akhirnya memperoleh pengalaman yang dapat memberikan
sumbangan berarti bagi masyarakat. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan
kepada individu dari individu yang ahli.
Sardiman
mengemukakan, membimbing adalah sebagai kegiatan menuntun anak didik dalam
perkembangannya dengan jalan memberikan lingkungan dan arahan yang sesuai dengan
tujuan pendidikan. Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa membimbing merupakan upaya
yang dilakukan seseorang secara terus menerus dan terencana dalam membantu
seseorang menemukan lingkungan dan arah yang sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Guru
dalam proses belajar mengajar diharapkan mampu untuk membimbing siswa dengan
cara :
1) Memberikan
berbagai informasi yang diperlukan dalam proses belajar mengajar.
2) Membantu
setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya.
3) Mengevaluasi
hasil setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya.
4) Memberikan
kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat belajar sesuai dengan
karakteristik pribadinya.
5) Mengenal
dan memahami setiap murid baik secara individual maupun secara kelompok.
Program
bimbingan berdaya guna dan berhasil guna dalam pelaksanaan pengajaran di kelas.
Beberapa alasan:
1) Bimbingan
memberikan pelayanan dengan perbedaan individu para siswa.
2) Bimbingan
turut berpengaruh terhadap perkembangan jasmani dan rohani siswa.
3) Bimbingan
membantu para siswa untuk meningkatkan hasil belajar yang baik berupaya agar
mereka tidak mengalami kegagalan belajar.
4) Bimbingan
mendorong guru-guru menggunakan tes minat dan sikap-sikap di samping penggunaan tes
prestasi belajar seperti lazimnya.
5) Bimbingan
memberikan bantuan kepada bidang penelitian secara memberikan data akurat
tentang siswa.
Tujuan
bimbingan belajar secara umum adalah membantu murid-murid agar dapat penyesuaian yang
baik di dalam situasi belajar, sehingga setiap murid dapat belajar dengan
efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, dan mencapai perkembangan yang optimal. Setelah adanya bimbingan belajar
ini diharapkan agar siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Untuk lebih
jelasnya tujuan pelayanan bimbingan belajar dirincikan sebagai berikut:
1) Mencarikan
cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang anak atau kelompok
orang.
2) Menunjukkan
cara-cara mempelajari sesuai dan menggunakan buku pelajaran.
3) Memberikan
informasi (saran dan petunjuk) bagi yang memanfaatkan perpustakaan.
4) Membuat
tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan dan ujian.
5) Memilih
satu bidang studi ( mayor atau minor ) sesuai dengan bakat, minat, kecerdasan,
cita-cita, dan kondisi fisik atau kesehatannya.
6) Menunjukkan
cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi tertentu.
7) Menentukan
pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajarnya.
8) Memilih
pelajaran tambahan baik yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah maupun
untuk pengembangan bakat dan kariernya di masa depan.
Menurut
Skinner, sebagaimana yang dikutip Oemar Hamalik, bimbingan bertujuan untuk
menolong setiap individu dalam membuat pilihan dan menentukan sikap yang sesuai
dengan kemampuan, minat dan kesempatan yang ada yang sejalan dengan nilai-nilai
sosialnya. Bimbingan
memiliki prinsip antara lain:
1) Bimbingan
merupakan suatu proses yang berkesinambungan, sehingga bantuan itu diberikan
secara sistematis, berencana, terus menerus dan terarah pada tujuan tertentu.
2) Bimbingan
merupakan proses membantu individu.
3) Bantuan
diberikan pada setiap individu yang memerlukannya di dalam proses pengembangannya.
Perkembangan
ilmu dan teknologi dan disertai dengan perkembangan sosial budaya yang
berlangsung dewasa ini, menyebabkan peranan guru menjadi meningkat sebagai
pengajar menjadi pembimbing. Selain sebagai pendidik, guru juga berperan sebagai
pembimbing. Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing, seorang guru
harus:
1) Mengumpulkan
data tentang siswa.
2) Mengamati
tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari.
3) Mengenal
siswa yang memerlukan kebutuhan khusus
4) Mengadakan
pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa, baik secara individu maupun
secara kelompok, untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak.
5) Bekerja
sama dengan masyarakat serta
lembaga-lembaga lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa.
6) Membuat
catatan pribadi siswa serta menyiapkannya
dengan baik.
7) Menyelenggarakan
bimbingan kelompok atau individu.
8) Bekerja
sama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya.
9) Meneliti
kemajuan siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
10) Bimbingan
merupakan proses membantu individu.
11) Bantuan
diberikan pada setiap individu yang memerlukannya di dalam proses
pengembangannya.
12) Adanya daftar nilai raport yang setiap semester
dibagikan kepada murid-murid, dapat dipakai sebagai penghubung antara sekolah dengan
orang tua murid.
13) Mengadakan
perayaan, pesta sekolah atau hasil-hasil karya murid-murid.
14) Mendirikan
perkumpulan orang tua murid dengan guru.
Kerjasama
antara orang tua siswa dengan guru sangat di perlukan, dan apabila teknik
kerjasama antara orang tua siswa dengan guru dapat terlaksana dengan baik maka
guru dan orang tua dapat mengetahui apa saja mengenai anaknya. Dengan adanya
hubungan kerjasama tersebut guru memberikan materi di sekolah sementara itu
orang tua memberikan dorongan kepada anaknya untuk mendapatkan prestasi.
Sehingga siswa termotivasi dalam belajar dan mendapatkan prestasi belajar yang
bagus. Peran guru yang dilakukan untuk membimbing peserta didik yang memiliki
prestasi belajar rendah agar peserta didik mencapai prestasi belajar yang baik
adalah:
1) Pemberian
informasi tentang cara- cara belajar yang efektif, baik cara belajar di sekolah
maupun di rumah.
2) Bantuan
penempatan (placement), yakni penempatan peserta didik dalam kelompok-kelompok.
3) Mengadakan
pertemuan dengan orang tua untuk melakukan konsultasi, mendiskusikan kesulitan-kesulitan
peserta didik.
4) Memberikan
pembelajaran remidi (remidial teaching).
5) Memberikan
pembelajaran yang konkrit dan aktual.
6) Pemberian
layanan konseling.
7) Memberikan
perhatian khusus kepada peserta didik yang lamban, dan berusaha membangkitkan
motivasi dan kreativitas.
Guru berusaha membimbing siswa agar
dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya, membimbing siswa agar dapat
mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan
ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang mandiri
dan produktif. Siswa adalah individu yang unik.
Artinya, tidak ada dua individu yang sama. Walaupun secara fisik mungkin
individu memiliki kemiripan, akan tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama,
baik dalam bakat, minat, kemampuan dan sebagainya. Di samping itu setiap
individu juga adalah makhluk yang sedang berkembang. Irama perkembangan mereka
tentu tidaklah sama juga. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan
sebagai pembimbing.
Hubungan guru dan siswa seperti halnya seorang petani
dengan tanamannya. Seorang petani tidak bisa memaksa agar tanamannya cepat
berbuah dengan menarik batang atau daunnya. Tanaman itu akan berbuah manakala
ia memiliki potensi untuk berbuah serta telah sampai pada waktunya untuk
berbuah. Tugas seorang petani adalah menjaga agar tanaman itu tumbuh dengan
sempurna, tidak terkena hama penyakit yang dapat menyebabkan tanaman tidak
berkembang dan tidak tumbuh dengan sehat, yaitu dengan cara menyemai, menyiram,
memberi pupuk dan memberi obat pembasmi hama. Demikian juga halnya dengan
seorang guru. Guru tidak dapat memaksa agar siswanya jadi ”itu” atau jadi
”ini”. Siswa akan tumbuh dan berkembang menjadi seseorang sesuai dengan minat
dan bakat yang dimilikinya. Tugas guru adalah menjaga, mengarahkan dan
membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat dan
bakatnya. Inilah makna peran sebagai pembimbing. Jadi, inti dari peran guru
sebagai pembimbing adalah terletak pada kekuatan intensitas hubungan
interpersonal antara guru dengan siswa yang dibimbingnya.
Lebih jauh, Abin Syamsuddin (2003) menyebutkan bahwa guru
sebagai pembimbing dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang diduga
mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau
masih dalam batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial
teaching). Berkenaan dengan upaya membantu mengatasi kesulitan atau
masalah siswa, peran guru tentu berbeda dengan peran yang dijalankan oleh
konselor profesional. Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah
siswa yang mungkin bisa dibimbing oleh guru yaitu masalah yang termasuk
kategori ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang
tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum-minuman
keras tahap awal, berpacaran, mencuri di dalam
kelas.
Dalam konteks organisasi layanan Bimbingan dan
Konseling, di sekolah, peran dan kontribusi guru sangat diharapkan guna
kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di
sekolah. Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru
mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah :
1.
Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada siswa.
2.
Membantu konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang
memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang
siswa-siswa tersebut.
3.
Mengalih tangankan
siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada konselor.
4.
Menerima siswa alih tangan dari konselor, yaitu siswa
yang menuntut konselor memerlukan pelayanan khusus. seperti pengajaran/latihan
perbaikan, dan program pengayaan.
5.
Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan
guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan
pembimbingan dan konseling.
6.
Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang
memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani
layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
7.
Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan
masalah siswa, seperti konferensi kasus.
8.
Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam
rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak
lanjutnya.
Jika melihat realita bahwa di Indonesia jumlah
tenaga konselor profesional memang masih relatif terbatas, maka
peran guru sebagai pembimbing tampaknya menjadi penting. Ada atau tidak
ada konselor profesional di sekolah, tentu upaya pembimbingan
terhadap siswa mutlak diperlukan. Jika kebetulan di sekolah sudah tersedia
tenaga konselor profesional, guru bisa bekerja sama dengan konselor bagaimana
seharusnya membimbing siswa di sekolah. Namun jika belum, maka kegiatan
pembimbingan siswa tampaknya akan bertumpu pada guru.
Agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai
pembimbing, berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1.
Guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang
sedang dibimbingnya. Misalnya pemahaman tentang gaya dan kebiasaan
belajar serta pemahaman tentang potensi dan bakat yang dimiliki anak, dan latar
belakang kehidupannya. Pemahaman ini sangat penting, sebab akan menentukan
teknik dan jenis bimbingan yang harus diberikan kepada mereka.
2.
Guru dapat memperlakukan siswa sebagai individu yang unik
dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan keunikan
yang dimilikinya.
3.
Guru seyogyanya dapat menjalin hubungan yang
akrab, penuh kehangatan dan saling percaya, termasuk di dalamnya berusaha
menjaga kerahasiaan data siswa yang dibimbingnya, apabila data itu bersifat
pribadi.
4.
Guru senantiasa memberikan kesempatan kepada siswanya
untuk mengkonsultasikan berbagi kesulitan yang dihadapi siswanya, baik ketika
sedang berada di kelas maupun di luar kelas.
5.
Guru sebaiknya dapat memahami prinsip-prinsup umum
konseling dan menguasai teknik-tenik dasar konseling untuk kepentingan
pembimbingan siswanya, khususnya ketika siswa mengalami kesulitan-kesulitan
tertentu dalam belajarnya.
Sikap
Guru Membimbing Dan Mengarahkan Siswa Untuk Belajar
Bimbingan yang diberikan
dalam proses pembelajaran merupakan
bantuan kepada siswa jika mengalami kesulitan dalam belajar, sehingga dia mampu
mengatasi kesulitan tersebut.
1. Membimbing
dan mengarahkan siswa sebelum proses pembelajaran,
2. Membimbing
dan mengarahkan siswa membuat perencanaan kegiatan belajar,
3. Membimbing
dan mengarahkan siswa mengikuti proses pembelajaran,
4. Membimbing
dan mengarahkan siswa membuat catatan belajar, dan
5. Membimbing
dan mengarahkan siswa untuk mempersiapkan ujian.