Rabu, 08 Maret 2017

MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF KOOPERATIF



A.    Pengertian Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Pembelajaran semacam ini akan membuat anak kurang tertarik dan termotifasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa serta tidak bermakna pengetahuan yang diperoleh siswa. Di samping itu, pengetahuan yang diperoleh siswadi dalam kelas cenderung artifisial dan seolah-olah terpisah dari permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dialami siswa. (Nurdin dan Hamzah, 2015;106).
Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Proses pembelajaran dirancang , disusun dan dikondisikan untuk siswa agar belajar. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman konteks siswa menjadi bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seluruh rancangan proses pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan yang saling belajar dan saling membangun. Otomatis siswa sebagai pribadi dan subjek pendidikan menjadi titik acuan seluruh perencanaan dan proses pembelajaran. pembelajaran semacan ini disebut pembelajaran aktif. (Nurdin dan Hamzah,2015).

B.     Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamnya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotifasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya. (Priyanto,2007)
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa (Nurhadi dan Senduk,2003). Menurut Lie (2002) pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang bersrtuktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. Sedangkan Abdurrahman dan Bintoro (dalam Priyanto,2007) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih dan silih asuh antarsesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber belajar yang lain. (Wena,2008:188)

C.    Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif
Pembelajarn kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Nurhadi & Senduk (2003) dan Lie (2002) ada beberapa elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif, yaitu (a) saling ketergantungan positif (pessitive interdependence); (b) interaksi tatap muka (individual accountability); (c) akuntabilitas individual (individual accountability), dan (d) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (use of collarative/social skill). (Wena,2008;190)
1.      Saling ketergantungan positif
Dalam sistem pembelajaran kooperatif, guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana belajar yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Siswa yang satu membutuhkan siswa yang lain, demikian pula sebaliknya.dalam hal ini kebutuhan antara siswa tentu terkait dengan pembelajaran (bukan kebutuhan yang berada di luar pembelajaran). hubungan yang salng membutuhkan antara siswa satu dengan siswa yang lain inilah yang disebut dengan saling ketergantungan positif. Dalam pmbelajaran kooperatif setiap anggota kelompok sadar bahwa mereka perlu bekerja sama dalam mencapai tujuan. Suasana saling ketergantunga tersebut dapat diciptakan melalui berbagai strategi, yaitu sebagai berikut.
a.       Saling ketergantungan dalam pencapaian tujuan
b.      Saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas
c.       Saling ketergantungan bahan atau sumber belajar
d.      Saling ketergantungan peran
e.       Saling ketergantungan hadiah
2.      Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya denh=gan guru, tetapi juga dengan sesama siswa (Nurhadi & Senduk,2003). Jadi dalam hal ini, semua anggota kelompok berinteraksi saling berhadapan, dengan menerapkan keterampilan bekerja sama untuk menjalin hubungan sesama anggota kelompok. Dalam hal ini antaranggota kelompok melaksanakan aktifitas-aktifitas dasar seperti bertanya, menjawab pertanyaan, menunggu dengan sabar teman yang sedang memberi penjelasan, berkata sopan, meminta bantuan, memberi penjelasan dan sebagainya. Pada proses pembelajarn yang demikian para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi.
3.      Akuntabilitas individual
Mengingat pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dalam bentuk kelompok, maka setiap anggota harus belajar dan menyumbangkan pikiran demi keberhasilan pekerjaan kelompok. Untuk mencapai tujuan kelompok (hasil belajar kelompok), setiap siswa (individu) harus bertanggung jawab terhadap penguansaan materi pembelajaran secara maksimal, karena hasil belajar kelompok didasarkan atas rata-rta nilai anggota kelompok. Kondisi belajar yang demikian akan mampu menumbuhkan tangguang jawab (akuntabilitas) pada masing-masing individu siswa. Tanpa adanya tanggung jawab individu, keberhasilan kelompok akan sulit tercapai.
4.      Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif dituntut untuk membimbinh siswa agar dapat berkolaborasi, bekerja sama dan bersosialisasi antaranggota kelompok. Dengan demikian, dalam pembelajaran kooperatif, keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antarpribadi tidak hanya diasumsikan, tetapi scara sengaja diajarkan oleh guru. Dalam hal ini siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antarpribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga teguran dari sesama siswa. Dengan adanya teguran tersebut siswa secara perlahan dan pasti akan berusaha menjaga hubungan antarpribadi.
Menurut Lie (2002) ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif, yaitu (a) pengelompokan, (b) semangat pembelajaran kooperatif, dan (c) penataan ruang kelas. Ketiga faktor tersebut harus diperhatikan dan dijadikan pijakan dasar oleh guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif dalam kelas. Tanpa memperhatikan masalah tersebut, tujuan-tujuan pembelajaran kooperatif sulit tercapai.(Wena.2008)

D.    Beberapa model pembelajaran kooperatif
1.      Model STAD (Student Teams Achievement Division)
Pembelajaran kooperatif model STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dari universitas John Hopkin USA. Secara umum cara pnerapan model STAD di kelas adalah sebagai berikut.
a.       Kelas dibagi dalam beberapa kelompok
b.      Tiap kelompok siswa terdiri atas 4-5 orang yang bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya dan sebagainya.
c.       Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang harus dikerjakan
d.      Tiap kelompok didorong untuk mempelajari bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang harus dikerjakan.
e.       Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan sebagai fasilitator dan motivator
f.       Tiap minggu atau dua minggu, guru melaksanakan evaluasi, baik secara individu maaupun kelompok untuk mengetahui kemajuan belajar siswa.
g.      Bagi siswa dan kelompok siswa yang memperoleh nilai hasil belajar yang sempurna diberi penghargaan. Demikian pula jika semua kelompok memperoleh nilai hasil belajar yang sempurna maka semua kelompok tersebut wajib diberi penghargaan
2.      Model Jigsaw
Pembelajaran kooperatif model jigsaw dikembangkan oleh Ellot Aronson dari universitas Texas USA. Secara umum penerapan model jigsaw di kelas adalah sebagai berikut.
a.       Kelas dibagi dalam beberapa kelompok
b.      Tiap kelompok siswa terdiri atas 5-6 orang yang bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya dan sebagainya.
c.       Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang harus dikerjakan
d.      Dari masing-masing kelompok diambil seorang anggota untuk membentuk kelompok baru (kelompok pakar) dengan membahas tugas yang sama. Dalam kelompok ini diadakan diskusi antara anggota kelompok pakar.
e.       Anggota kelompok pakar kemudian kembali lagi kekelompok semula, untuk mengajari anggota kelompoknya. Dalam kelompok ini diadakan diskusi antara anggota kelompok.
f.       Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan sebagai fasilitator dan motivator.
g.      Tiap minggu atau dua minggu, guru melaksanakan evaluasi, baik secara individu maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan belajar siswa.
h.      Bagi siswa dan kelompok siswa yang memperoleh nilai hasil belajar yang sempurna diberi penghargaan. Demikian pula jika semua kelompok memperoleh nilai hasil belajar yang sempurna maka wajig diberi penghargaan.
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Menurut priyanto (2007) dalam penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw ada beberapa langkah yang harus dilaksanakan, yaitu sebagai berikut.
a.       Pembentukan kelompok asal
Setiap kelompok asal terdiri dari 4-5 orang anggota dengan kemampuan yang heterogen
b.      Pembelajaran pada kelompok asal
Setiap anggota dari kelompok asal mempelajari submateri pelajaran yang akan menjadi keahliannya, kemudian masing-masing mengerjakan tugas secara individual.
c.       Kebutuhan kelompok ahli
Ketua kelompok asal membagi tugas kepada masing-masing anggotanya untuk menjadi ahli dalam submateri pelajaran. Kemudidn masing-masing ahli submateri yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli.
d.      Diskusi kelompok ahli
Anggota kelompok ahli mengerjakan tugas dan saling berdiskusi tentang masalah-masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap anggota kelompok ahli belajar materi pelajaran sampai mencapai taraf merasa yakin mampu menyampaikan dan memecahkan persoslan yang menyangkut submateri pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
e.       Diskusi kelompok asal (induk)
Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masig kemudian setiap anggota kelompok asal menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai submateri pelajaran yang menjadi keahliannya kepada anggota kelompok asal yang lain. Ini berlangsung secara bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal telah mendapatkan giliran.
f.       Diskusi kelas
Dengan dipandu oleh guru diskusi kelas membicarakan konsep-konsep penting yang menjadi bahan perdebatan dalam diskusi kelompok ahli. Guru berusaha memperbaiki salah konsep pada siswa.
g.      Pemberian kuis
Kuis dikerjakan secara individu. Nilai yang diperoleh masing-masing anggota kelompok asal dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai kelompok.
h.      Pemberian penghargaan kelompok
Kepada kelompok yang memperoleh jumlah nilai tertinggi diberikan penghargaan berupa piagan dan bonus nilai.
3.      Model GI (group investigation)
Pembentukan kelompok dalam model pembelajaran ini didasarkan atas minat anggotanya. Pembelajaran dengan model GI memuntut melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajari melalui investigasi (Nurhadi, Yasin dan Senduk, 2004). Dalam hal ini ada empat tahapan yang menentukan keterlibatan anggota tim, yaitu sebagai berikut.
a.       Identifikasi topik. Setiap anggota kelompok terlibat aktif dalam melakukan identifikasi terhadap topik-topik pembelajaran yang akan dibahas.
b.      Perencanaan tugas belajar. Setelah topik ditetapkan, kegiatan kelompok berikutnya adalah merencanakan tugas belajar. Dalam hal ini bisa saja tugas pembelajaran dibagi=bagi untuk setiap anggota, sesuai dengan topik yang ditetapkan.
c.       Pelaksanaan kegiatan penelitian. Setiap tugas pembelajaran masing-masing anggota ditetapkan, setiap anggota mulai menetapkan penelitian. Setalah masing-masing anggota bekerja sesuai tugasnya, selanjutnya diadakan diskusi kelompok untuk menyimpulkan hasil penelitian.
d.      Persiapan laporan akhir. Setelah hasil penelitian dibuat, selanjutnya dilakukan penulisan akhir laporan penelitian.
e.       Presentasi penelitian. Lankah berikutnya adalah setiap kelompok mempresentasikan hasil penelitiannya di forum kelas.
f.       Evaluasi. Dari hasil diskusi kelas masing-masing kelompok mengevaluasi hasil penelitiannya lagi sesuai dengan saran atau kritik yang didapat dalam forum diskusi kelas. Terakhir, setiap kelompok siswa membuat laporan akhir yang telah disempurnakan.

E.     Metode pembelajaran kooperatif
Metode pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran kooperatif yang dikembankan berdasarkan teori psikologi sosial yang meningkatkan kompetensi peserta didik dalam berinteraksi dengan orang lain. Metode kooperatif yang dijelaskan pada bahasan ini dikembangkan berdasarkan teori dan pertimbangan efisiensi. Metode kooperatif dapat dikombinasikan dengan metode lainnya untuk berbagai tujuan pembelajaran. beberapa metode pembelajaran kooperatif yang umum dikenal adalah sebagai berikut. (Sanai,2014)
1.      Numbered Heads Together (NHT)
Tahapan pembelajaran NHT mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
a.       Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b.      Guru memberi tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c.       Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
d.      Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
e.       Tanggapan dari teman yang lain ditampung, kemudian furu menunjuk nomor yang lain.
f.       Simpulan
2.      Cooperative Script
Tahapan pembelajaran Script mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
a.       Guru membagi siswa ke dalam sejumlah pasangan.
b.      Guru membagikan wacana/materi dan siswa membaca dan membuat ringkasannya.
c.       Guru dan siswa menetapkan siswa yang petama berperan sebagai pembicara dan siswa-siswa lain berperan sebagai pendengar.
d.      Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
e.       Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar memjadi pendengar dan sebaliknya.
f.       Simpulan dibuat oleh siswa bersama guru.
g.      Penutup.
3.      Kepala Bernomor Struktur
Tahapan penerapan metode ini mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
a.       Siswa dibagi ke dalam sejumlah kelompok dan setiap siswa anggota kelompok mendapat nomor.
b.      Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai.
c.       Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antarkelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa yang bernomor sama dari kelompok lain.
d.      Laporan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
e.       Simpulan
4.      Team Assisted Individualization
Team Assisted Individualization adalah kombinasi dari belajar kooperatif dengan belajar individu. Prosedur metode ini mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
a.       Bentuk kelompok yang terdiri dari peserta didik dengan kemampuan yang bervariasi.
b.      Setiap peserta didik mempelajari unit pelajaran secara individual.
c.       Anggota kelompok menggunakan lembar jawabanuntuk mengecek pekerjaan semua peserta didik dalam kelompok, dan memastikan bahwa semua anggota kelompok siap untuk diuji atau mengikuti tes unit belajar.
d.      Kelompok melakukan diskusi dan tutorial sejawat, dan meminta bantuan anggota lain sebelum bertanya pada guru.
e.       Guru melakukan penilaian dengan menghitung: jumlah unit belajar yang selesai dipelajari anggota kelompok, dan nilai anggota kelompok pada tes unit.
f.       Kelompok yang mencapai kriteria penilaian menerima penghargaan.
5.      Team Accelerated Instruction
Team Accelerated Instruction juga merupakan kombinasi antara pembelajaran individual dan kelompok. Langkah-langkah pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut.
a.       Guru menyusun materi semester dalam tugas-tugas mingguan.
b.      Guru memberikan pengarahan pada awal semester tentang hasil belajar yang dapat dicapai melalui tugas mingguan.
c.       Tim mengambil tugas mingguan, tim yang sudah dapat menyelesaikan tugas dapat mengambil tugas berikutnya.
d.      Tim mengumpulkat tugas yang paling cepat, banyak dan berkualitas yang akan mendapat skor yang tinggi dan mengakhiri kegiatan belajar waktu untuk belajar masih tersisa.
6.      Metode Two Stay, Two Stray
Prosedur pembelajaran mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
a.       Siswa bekerja sama dengan kelompok yang berjumlah empat orang.
b.      Setelah selesai, dua orang masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang lain.
c.       Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ketamu mereka.
d.      Tamu mohon diri dan kembali kekelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompo lain.
e.       Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
7.      Metode Belajar Bersama
Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut.
a.       Guru memberi proyek untuk dikerjakan bersama oleh tiap-tiap kelompok.
b.      Kelompok membagi tugas kepada setiap anggota sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
c.       Masing-masing anggota kelompo bekerja sesuai dengan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan bersama sehingga apabila ada anggota yang kesulitan, aggota lain wajig membantu.
d.      Nilai diperoleh berdasarkan hasil kerja kelompok.
8.      Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Metode ini mengatur supaya peserta didik belajar atau bekerja dengan cara berpasangan. Langkah-langkah penerapan metode ini adalah sebagai berikut.
a.       Guru membagi peserta didik menjadi dua kelompok.
b.      Guru membagi wacana/materi kepada tiap kelompok untuk dibaca dan dibuat ringnkasnnya.
c.       Guru menetapkan kelompok yang berperan sebagai penyaji dan kelompok yang berperan sebagai pendengar.
d.      Kelompok penyaji membacakan ringkasan bacaan selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasan.
e.       Kelompok bertukar peran, yaitu kelompo yang semula sebagai penyaji menjadi pendengar dan kelompok pendengar menjadi penyaji.
f.       Peserta didik menyimpulakan hasil diskusi bersama-sama
9.      Wawancara Tiga Langkah (Three-Step Interview)
Prosedur pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut.
a.       Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok
b.      Setiap anggota kelompok memiliki anggota kelompok lain sebagai irang yang akan diwawancarai.
c.       Masing-masing pasangan melakukan wawancara, satu sebagai pewawancara dengan mengajukan pertanyaan klarifikasi dan satu lagi sebagai orang yang diwawancarai.
d.      Pasangan pergantian peran, yang diwawancarai menjadi pewawancara.
e.       Masing-masing anggota kelompok kembali kekelompoknya dan berbagai respons wawancara pada teman satu kelompoknya.

 DAFTAR PUSTAKA
Nurdin Muhammad, Hamzah.2015.belajar dengan pendekatan PAILKEM (pembelajar aktif inofatif lingkungan kreatif efektif dan menarik).Jakarta:Bumi aksara
Sanai Ridwan Abdullah.2014.inovasi pembelajaran.Jakarta:Bumi aksara
Wena Made.2008.strategi pembelajaran inovatif kontemporer (suatu tujuan konseptual operasional). Jakarta:bumi aksara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar