MAKALAH
EKONOMI INTERNASIONAL
Pasar
Valuta Asing dan Neraca Pembayaran Internasional
DISUSUN OLEH KELOMPOK III:
YANHADI
PURNOMO
IDIL
RAHMAT
MAULIYA
NURUL QALBI
HASNI
MUHAMMAD
SUGIARTO
ANUGRAH
NOVIA
FATMAWATI
CHERIL
WAHYU
ASTI
ASTUTI
CIPRO
WATI
PRODI
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
IMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan
hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Pasar Valuta Asing dan Neraca Pembayaran Internasional” tepat pada
waktunya. Salawat dan salam tak lupa pula kita kirimkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad saw yang telah mengantarkan kita kepada Dinul Islam, Beliaulah
sang revolusioner sejati.
Tak lupa pula kami
ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah ini, baik bantuan moril maupun materil sehingga segala
kendala dapat kami atasi.
Kami menyadari bahwa sepenuhnya
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, olehnya itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan penyusunan makalah-makalah
kselanjutanya. Besar harapan kami kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Makassar, April 2017
Kelompok III
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apabila
sesuatu barang ditukar dengan barang lain, tentu didalamnya terdapat
perbandingan nilai tukar antara keduanya. Nilai tukar ini sebenarnya merupakan
semacam “harga” didalam pertukaran tersebut. Demikian pula pertukaran antara
dua mata uang yang berbeda, maka akan terdapat perbandingan nilai/harga antara
kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang sering disebut dengan
kurs(exchange rate). Misalnya, kurs valuta asing (dolar Amerika Serikat )
adalah US$1 + Rp678,00 berarti bahwa Rp678,00 dapat ditukar dengan dolar
sebanyaj US$1 atau sama saja Rp1,00 dapat ditukar dengan US$1/678. Dalam
kenyataannya, sering terdapat berbagai tingkat kurs untuk satu valuta asing.
Neraca
pembayaran suatu negara adalah catatan yang sistematis tentang transaksi
ekonomi internasional antara penduduk negara itu dengan penduduk negara lain
dalam jangka waktu tertentu. Catatan semacam ini sangat berguna untuk berbagai
macam tujuan. Namun tujuan utamanya adalah untuk memberikan informasi kepada
penguasa pemerintah tentang posisi keuangan dalam hubungan ekonomi dengan
negara lain serta membantu di dalam pengambilan kebijaksanaan moneter, fiskal,
perdangan dan pembayaran internasional.
Pembahasan
mengenai Pasar Valuta Asing dan Neraca Pembayaran Internasional dalam ekonomi
internasional sangat menarik untuk dibahas sehingga kami mengambil tema ini
dalam makalah kami.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Bagaimana
sestem pasar valuta asing dalam ekonomi internasional?
2. Bagaimana
Neraca Pembayaran Internasional dalam ekonomi internasional?
C. Tujuan Penulisan
1. Bagaimana
sestem pasar valuta asing dalam ekonomi internasional?
2. Bagaimana
Neraca Pembayaran Internasional dalam ekonomi internasional?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pasar Valuta Asing
1. Arti Pasar Valuta Asing
Apabila
suatu barang ditukar dengan barang lain, tentu di dalamnya terdapat nilai tukar
antara keduanya. Nilai tukar ini merupakan semacam harga di dalam pertukaran
tersebut. Demikian pula pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan
terdapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut. perbandingan
nilai inilah yang sering disebut dengan kurs (exchange rate). Dalam
kenyataannya, sering terdapat berbagai tingkat kurs untuk satu valuta asing.
Seperti misalnya, kurs valuta asing dipasar jakarta pada tanggal sebagai temuan
dalam harian kompas selasa 16 November 1982:
Jual
(Bank Indonesia)
US$ Rp 685,00
Pound Rp
1.139,69
Aust$ Rp
648,03
DM Rp 265,83
Yen Rp 2,57
Beli
(Bank Indonesia)
Rp 681,50
Rp 1.127,54
Rp 639,04
Rp 263,38
Rp 2,53
Penjualan di Bursa Valuta Asing
Bank Indonesia Jakarta:
M.T. Rp 684,50/US$ Rp 681, 00/US$
T.T. Rp 685,00/US$ Rp
681,50/US$
Perbedaan tingkat kurs ini timbul
karena beberapa hal:
a. Perbedaan
antara kurs beli dan jual oleh para pedagang valuta asing/Bank. Kurs beli
adalah kurs yang dipakai apabila para pedagag valuta asing/Bank membeli valuta
asing, dan kurs jual apabila mereka menjual. Selisih kurs tersebut merupakan
keuntungan dari para pedagang.
b. Perbedaan
kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu pembayarannya. Kurs TT
(Telegraphic Transfer) lebih tinggi daripada kurs MT (mail transfer) sebab
perintah/order pembayaran dengan
menggunakan telegram bagi bank merupakan penyerahan valuta asing dengan segera/lebih cepat dibandingkan dengan penyerahan melalui surat.
menggunakan telegram bagi bank merupakan penyerahan valuta asing dengan segera/lebih cepat dibandingkan dengan penyerahan melalui surat.
c. Perbedaan
dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran. sering terjadi bahwa
penerimaan hak pembayaran yang berasal dari bank asing yang sudah terkenal
(bonafide) kursnya lebih tinggi daripada yang belum terkenal.
pasar
valuta asing tidaklah hanya menyangkut kurs/harga valuta asing saja, tetapi
juga pihak-pihak yang melakukan transaksi. pihak-pihak ini antara lain:
eksportir-importir, bank, pedagang perantara dan bank sentral.
2. Fungsi Pasar Valuta Asing
Pasar
Valuta Asing mempunyai beberapa fungsi pokok dalam membantu kelancaran lalu
lintas pembayaran internasional.
a. Mempermudah
penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu negara ke negara lain.
Proses penukaran atau pemindahan dana ini dapat dilakukan dengan sistem
“clearing” seperti halnya yang dilakukan oleh bank-bank serta para pedagang.
b. karena
sering terjadi transaksi internasional yang tidak perlu segera diselesaikan
pembayaran dan atau penyerahan barangnya, maka pasar valuta asing memberikan
kemudahan untuk dilaksanakannya perjanjian/kontrak jual beli dengan kredit.
c. Memungkinkan
dilakukannya “hedging”. Seorang pedagang melakukan hedging apabila dia pada
saat yang sama melakukan transaksi jual dan beli valuta asing di pasar yang
berbeda, untuk menghilangkan/mengurangi resiko kerugian akibat perubahan kurs.
Hedging dapat dilakukan pada pasar jangka (forward market). Pasar jangka adalah
pasar dimana transaksi jual-beli terjadi dengan harga yang disetujui pada saat
transaksi dilakukan, tetapi penyerahan barang dilakukan di kemudian hari. Ini
berbeda dengan “spot market” dimana transaksi dan penyerahan barang terjadi
pada saat yang bersamaan.
3. Spekulasi
Spekulasi adalah
tindakan untuk mengambil resiko karena harapan akan terjadinya perubahan harga.
Seorang spekulator valuta asing dapat mengambil posisi jangka pendek (short
position) apabila dia menjual valuta asing di pasar jangka (tanpa pada waktu
itu berutang valuta asing sejumlah yang sama), dengan harapan bahwa dia dapat
membeli dengan kurs spot yang lebih murah pada saat penyerahan valuta asing
untuk kontraksi di pasar jangka. Sebaliknya dia dapat mengambil posisi jangka
panjang (long position) yakni apabila dia membeli valuta asing di pasar jangka
(tanpa membuat janji untuk melakukan pembayaran pada saat kontrak selesai
dengan kurs spot), dengan harapan bahwa kurs spot pada waktu kontrak di pasar
jangka selesai lebih tinggi sehingga dia dapat memperoleh keuntungan.
4. Kurva Permintaan dan Penawaran Valuta Asing
Untuk
mempermudah analisis dalam kegiatan ini, dianggap misalnya hanya dua negara
(Perancis dan Amerika) dan dua barang (X=ekspor dan M=impor). Analisis
dilakukan baik dengan tabel maupun grafik, seperti tertera pada tabel di bawah
tentang impor barang M. Dalam tabel tersebut, kolom 1 menunjukkan dengan harga,
kolom 2 dan 3 masing-masing untuk jumlah yang diminta dan yang ditawarkan.
Sesuai dengan prinsip ekonomi teori, jumlah yang diminta mempunyai hubungan
terbalik dengan harga, sedang jumlah yang ditawarkan mempunyai hubungan searah
dengan harga. Hubungan ini seperti tergambar pada gambar dibawah (bagian atas)
masing-masing permintaan (DD’) dan penawaran (SS’). Kedua kurva tersebut
merupakan pasar dalam negeri untuk barang M. Kolom 4 pada tabel menunjukkan
kelebihan permintaan (excess demand) yakni selisih antara kolom 2 dengan kolom
3. Seperti terlihat dalam kolom 1 sampai 4, pada tingkat harga rendah kelebihan
permintaan positif sedang pada tingkat harga yang tinggi kelebihan permintaan
menjadi negatif (kelebihan penawaran). Gambar A2 memperlihatkan
kelebihan permintaan tersebut (EDED’), yang melalui 0 pada harga keseimbangan.
Kolom 5 menunjukkan harga barabg M sebesar US$10, tidak tergantung apakah di
dalam negeri ada kelebihan permintaan atau tidak (dengan anggapan perancis
negara kecil, delam arti tidak hisa mempengaruhi harga internasional).
Kurs
antara £ dan US$ ditunjukkan dalam kolom 6. Kolom ini dibuat sedemikian rupa
sehingga kalau kurs dikalikan dengan harga M dalam dolar (kolom 5) menghasilkan
harga M dalam poundsterling (kolom 1). dalam kolom 4 sampai dengan 6 terlihat
bahwa jumlah kelebihan permintaan mempunyai hubungan terbalik dengan kurs. Pada
tingkat kurs US$1=£0,20. Perancis mempunyai jumlah kelebihan permintaan barang
M sebesar 5,6 unit, sedangkan pada kurs US$1=£1,50 jumlah kelebihan
permintaannya menjadi negatif 3,5 unit. berarti harga baran M dalam
poudsterling menjadi mahal sehingga penawaran lebih besar dari permintaanya,
dan kelebihan tersebut diekspor ke Amerika. Akhirnya, kolom 7 diperoleh dengan mengalikan
kolom 4 dengan kolom 5. Kolom 7 menunjukkan jumlah dolar yang diminta untuk
membayar impor M. dari kolom 6 dan 7 bisa ditarik kesimpulan bahwa jumlah
dollar yang diminta untuk membayar impor M mempunyai hubungan yang














M($) D S M($) R

|
|
|

|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
















|
|
S D’ ES
0 B1 X
-X 0 B2 -X
0 B3 0 B4 £
R 








C S

0,3 S








0 10
20 30 40
50 60 70
£
Tabel penurunan kurva permintaan dan penawaran akan
US$
A. Impor Barang M
|
|||||||||
(1) Harga M dalam dolar
|
(2) jumlah
yang diminta
|
(3)
jumlah yang
ditawarkan
|
(4)
kelebihan
jumlah M yang diminta
|
(5)
harga M dalam
poundsterling
|
(6)
Kurs R ($£)
|
(7)
jumlah yang
diminta
|
|||
1.0
2.0
5.0
7.0
10.0
15.0
20.0
|
11.5
11.0
9.5
8.5
7.0
4.5
2.0
|
5.2
5.4
6.0
6.4
7.0
8.0
9.0
|
6.3
5.6
3.5
2.1
0
-3.5
7.0
|
10
10
10
10
10
10
10
|
0.10
0.20
0.50
0.70
1.00
1.50
2.00
|
63
56
35
21
0
35
70
|
|||
A. Ekspor
Barang X
|
|||||||||
(1) Harga X dalam dolar
|
(2) jumlah
yang diminta
|
(3)
jumlah yang
ditawarkan
|
(4)
kelebihan
jumlah X yang diminta
|
(5)
harga X dalam
poundsterling
|
(6)
Kurs R ($£)
|
(7)
jumlah yang
ditawarkan
|
|||
.50
1.00
1.50
2.50
3.50
5.00
7.50
|
14.5
14.0
13.5
12.5
11.5
10.0
7.5
|
7.5
-3.5
0
7.0
14.0
24.5
37.5
|
7.0
-3.5
0
7.0
14.0
24.5
37.5
|
5
5
5
5
5
5
5
|
0.10
0.20
0.30
0.50
0.70
1.00
1.50
|
-35
-17.5
0
35.0
70.0
122.5
187.5
|
|||
berbalikan dengan tingkat kurs.
Gambar A4 menggambarkan hubungan tersebut, yang kemudian merupakan
kurva permintaan akan valuta asing.
Kurva
penawaran valuta asing dapat diperoleh dengan cara yang sama seperti tersebut
di atas. Di bagian B pada tabel kolom 1 sampai dengan 4 menunjukkan
masin-masing harga barang ekspor X dalam poudsterling, jumlah yang diminta dan
ditawarkan di dalam negeri serta jumlah kelebihan penawaran. Gambar B1
sampai dengan B4 adalah analogi dari gambar A1 sampai
dengan A4.
Harga/kurs
keseimbangan adalah kurs di mana jumlah valuta asing yang diminta sama dengan
yang ditawarkan. Dari tabel terlibat bahwa harga/kurs keseimbangan tersebut
adalah US$1=£0,50. Gambar C menggambarkan keadaan keseimbangan dalam pasar valuta
asing tersebut.
5. Sistem Kurs Valuta Asing
Sifat
kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar. Apabila transaksi jual
beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas di pasar, maka kurs valuta asing
akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran. Apabila
pemerintah menjalankan kebijaksanaa stabilisasi kurs, tetapi tidak dengan
mempengaruhi transaksi swasta, maka kurs ini hanya akan berubah-ubah di dalam
batas yang kecil, meskipun batas-batas ini dapat diubah daari waktu ke waktu.
Pemerintah dapat juga menguasai sepenuhnya transaksi valuta asing. Dalam hal
ini kurs tidak lagi dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Sistem ini
disebut exchange control. Di dalam sistem moneter, standar emas kurs valutas
asing relatif tetap atau hanya berubah-ubah dalam batas-batas yang ditentukan
oleh ongkos angkut emas.
a. Sistem
kurs yang berubah-ubah
Didalam
pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi
permintaan dan penawaran valuta asing. Seperti yang dijelaskan dimuka, bahwa
permintaan valuta asing diperlukan guna melakukan transaksi pembayaran keluar
negeri (impor). Permintaan valuta asing diturunkan dari transaksi debit dalam
neraca pembayaran internasional. Sedangkan penawaran valuta asing berasal dari eksportir,
yakni berasal dari transaksi kredit neraca pembayaran internasional. Suatu mata
uang dikatakan ‘kuat’ apabila transaksi autonomous kredit lebih besar dari
transaksi autonomous debit (surplus neraca pembayarannya), sebaliknya jika
dikatakan ‘lemah’ apabila neraca pembayarannya mengalami defisit. Selanjutnya,
transaksi autonomous debit dan kredit dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
berasal dari dalam maupun luar negeri, termaksud, harga, pendapatan dan tingkat
bunga. Segala sesuatu yang mempengaruhi ketiga faktor ini, baik dalam maupun
lur negeri, akan mempengaruhi permintaan dan penawaran, yang pada gilirannya
akan mempengaruhi kurs valuta asing.
pengaruh
ketiga faktor tersebut ( pendapatan, harga dan tingkat bunga). Terhadap kurs
dianalisa menurut pikiran ekonomi Keynes. Makin tinggi tingkat pertumbuhan
pendapatan ( relatif terhadap negara ), makin besar kemungkinan untuk impor
yang berarti makin besar pula permintaan akan valuta asing. Kurs valuta asing
cenderung naik (harga mata uang sendiri turun). Demikian juga inflasi, akan
menyebabkan impor naik dan ekspor turun yang akan mengakibatkan kurs valuta
asing naik. Kenaikan tingkat bunga dalam negeri akan turun (nilai mata uang
sendiri naik relatif terhadap valuta asing).
Dari
uraian diatas jelas bahwa semua kegiatan ekonomi dan kebijaksanaan pemerintah
(fiskal dan moneter ) yang mempengaruhi pendapatan, harga serta tingkat bunga
secara tidak langsung akan mempengaruhi kurs. Secara sistematis hubungan
tersebut dapat dilakukan sebagai berikut :



Penawaran valuta asing

Kebijaksanaan pemerintahan
(fiskal dan moneter)
Faktor-faktor
psykologi
Kebijaksanaan
pemerintah ( kenaikan pengeluaraan misalnya) akan menaikkan pendapatan dan
harga. Kenaikan pendapatan dan harga ini akan menyebabkan impor naik, yang
berarti akan menaikkan permintaan valuta asing. Akibat selanjutnya, kurs valuta
asing akan naik )depresiasi mata uang sendiri).
Disamping
faktor-faktor ekonomi tersebut, ada faktor-faktor nonekonomi yang dapat
mempengaruhi perubahan kurs, seperti faktor politis dan psykologi. Misalnya,
kepanikan yang terjadi didalam negeri akan menyebabkan larinya dana ke luar
negeri, sehingga kurs valuta asing akan naik.
Semua
faktor yang disebutkan diatas akan mempengaruhi pergeseran kurva permintaan dan
penawaran. Hal ini harus dibedakan dengan pergerakan didalam satu kurva
permintaan atau penawaran. Secara grafik dapat dilukiskan sebagi berikut:
Gambar 11.2
Pergeseran
Kurva permintaan
![]() |
Rp


Do
![]() |




D1
Do

Eo E1 USS
Pergerakan didalam satu
kurva berarti bahwa kenaikan/penurunan kurs akan mengakibatkan penurunan/kenaikan
jumlah valuta asing yang diminta. Sedang pergeserab kurva permintaan (dari DoDo
ke D1D1) diakibatnya misalnya, oleh kenaikan pengeluaran
pemerintah, kenaikan jumlah uang yang beredar, selera masyarakat yang bergeser
dari barang buatan dalam negeri ke barang-barang impor atau aliran modal keluar
negeri sebagai akibat kepanikan yang terjadi didalam negeri.
b. Sistem
Kurs yang stabil
Sistem
kurs bebas seperti di atas sering menimbulkan adanya tindakan spekulasi sebagai
akibat ketidaktentuan didalam kurs valuta asing. Oleh karena itu banyak negara
yang kemudian menjalankan suatu kebijaksanaan untuk menstabilkan kurs. Pada
dasarnya kurs yang stabil dapat timbul secara : Aktif : yakni pemerintah
menyediakan dana untuk stabilisasi kurs (stabilization funds) dan Pasif : yakni
didalam suatu negara yang menggunakan sistem standar emas.
1) Stabilisasi
Kurs
Kegiatan
stabilisasi dapat dijalankan dengan cara sebagai berikut: apabila tendensi kurs
valuta asing akan turun maka pemerintah membeli valuta asing dipasar. Dengan
tambahnyabpermintaan dari pemerintah maka tendensi kurs turun dapat dicegah.
Sebaliknya apabila tendensi kurs naik, maka pemerintah menjual valuta asing
dipasar sehingga penawaran valuta asing bertambah dan kenaikan kurs dapat
dicegah.
Misalnya,
pemerintah indonesia menghendaki supaya kurs tabil pada tingkat US$=Rp670.00.
Gambar (a): karena sesuatu sebab (misalnya, kenaikan harga minyak) ekspor naik,
sehingga penawaran valuta asing (US$) bergeser ke kanan (dari S1 ke
S2). Kalau permintaan tetap pada D1, kurs US$ cenderung
turun menjadi US$1=Rp600.00. untuk mencegah penurunan pemerintah membeli dollar
dipasar bebas. Pembelian ini akan mengakibatkan permintaan naik, yang
ditunjukkan dengan pergeseran kurva permintaan ke atas (dari D1 ke D2).
Tindakan ini akan terus dilakukan sampai kurs kembali pada tingkat
US$1=Rp670.00. Gambar (b): karena kenaikan pendapatan inflasi didalam negeri
misalnya, impor akan naik. Kenaikan impor mengakibatkan permintaan valuta asing
naik (tunjukkan dengan pergeseran kurva permintaan ke atas (dari D1
ke D2). Kalau penawarannya tetap, kurs akan naik menjadi US$1 =
Rp730.00. untuk menurunkan kembali pada tingkat semula, pemerintah menjual
dollar dipasar. Penjualan ini akan terus dilakukan sampai kurva penawaran
bergeser ke kanan dari S1 ke S2. Gambar berikut
menjelaskan operasi stabilisasi kurs tersebut.
Gambar 11.3
Kebijaksanaan
Stabilisasi Kurs
|
















(a) US$ (b) US$
Usaha
untuk Mencegah kenaikan kurs valuta asing ini bagi pemerintah lebih sukar,
karena cadangan valuta asing yang dimiliki terbatas. Keterbatasan ini mungkin menyebabkan
pemerintah tidak bisa sepenuhnya untuk mengembalikan kurs ke tingkat yang
dikehendaki. Sedangkan usaha untuk mencegah penurunan kurs lebih mudah
dijalankan sebab pembelian valuta asing oleh pemerintah dilakukan dengan
menggunakan cadangan mata uang sendiri. Besarnya cadangan mata uang sendiri
dibawah kekuasaan/pengawasan pemerintah, bahkan kalau kekurangan pemerintah
dapat mencetak uang.
2) Standar
emas
Suatu negara dikatakan memakai
standar emas apabila :
a) Nilai
mata uangnya dijamin dengan nilai seberat emas tertentu.
b) Setiap
orang boleh membuat serta melebur uang emas
c) Pemerintah
sanggup membeli atau menjual emas dalam
jumlah yang tidak terbatas pada harga tertentu (yang sudah diterapkan
pemerintah).
Dalam
sistem standar emas kurs mata uang suatu negara terhadap negara lain ditentukan dengan dasar emas. Misalnya,
Amerika menetapkan bahwa US$4 = 0,5 gram emas dan Inggris menetapkan bahwa £1 =
0,5 gram emas, maka kurs antara dolar dan poundsterling adalah £1 = US$4. Kurs
ini akan stabil selama syarat-syarat di atas di penuhi dan lalu lontas emas
bebas.
Dalam
realita, kurs ini akan berubah-ubah di dalam batas-batas yang ditentukan oleh
besarnya ongkos angkut emas. Sebagai contoh : ongkos angkut setiap 0,5 gram
emas adalah US$0,50, maka batas tertinggi kurs poundsterling adalah £1 =
US$4,50 (titik emas ekspor) dan batas terendahnya adalah £1 = US$4,50 maka akan
terjadi aliran emas ke Amerika, artinya pembayaran transaksi ke Inggris akan
lebih murah apabila di bayar dengan emas., sehingga kurs poundsterling tidak
akan lebih tinggi dari dengan emas, sehinggs kurs poundsterling tidak akan
lebih tinggi dari £1 = US$4,50. Sebaliknya apabila kurs dibawah titik emas
impor (misalnya £1 = US$3,00) maka akan terjadi aliran emas masuk ke Amerika,
artinya apabila Amerika surplus didalam neraca perdagangan luar negerinya, maka
surplus tersebut aka lebih menguntungkan bagi Amerika apabila diterima dalam
bentuk emas. Secara grafik sistem kurs dalam standar emas ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar
11.4.
Sistem
Kurs dalam Standar Emas
|


|











0 A
B C E £
Kurs
poundsterling akan naik/turun pada batas-batas £1 = US$3,50 dan £1 = US$4,50.
Apabila terjadi penurunan ekspor Amerika, penawaran poundsterling pun akan
turun (kurva S bergeser ke atas s’), maka seharusnya kurs akan naik melebihi £1
= US$4,50 dan defisit yang mungkin terjadi sebesar AB. Defisit ini akan
mengakibatkan terjadinya aliran emas keluar sejumlah defisit tersebut.
sebaliknya, apabila penawaran bertambah (ditunjukkan dengasn bergesernya kurva
S ke S”) , maka kurs poundsterling seharusnya di bawah titik emas impor (£1 =
US$3,50) dan surplus neraca perdagangan yang mungkin terjadi sebesar CE.
surplus ini akan mengakibatkan terjadinya aliran emas masuk sejumlah surplus
tersebut. Dari uraian diatas, dijelaskan bahwa di dalam sistem standar emas kurs
valuta asing hanya berubah-ubah di dalam batas-batas yang ditentukan oleh
ongkos angkut emas.
c. Pengawasan
Devisa (Exchange Control)
Dalam
sistem ini pemerintah memonopoli seluruh seluruh transaksi vsluta asing.
Tujuannya valuta asing di banding dengan permintannya. Menghadapi jumlah valuta
asing yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan permintaannya, pemerintah
perlu menggunakan alokasi di didalam penggunaanya., yakni tujuan-tujuan yang
sesuai dengan program pemerintah.. alokasi biasanya dilakukan dengan
menggunakan lisensi impor. Sistem kurs dalam pengawasan devisa ini secara
sederhana dapat di jelaskan dengan gambar berikut:
Gambar
11.5.
Sistem
Kurs dalam Pengawasan Devisa










Didalam pengawasan devisa (Exchange
control) pemerintah dapat menetapkan kurs suatu mata uang itu :
1) Hanya
satu jenis saja, tidak tergantung pada tujuan penggunaan Devisa tersebut.sistem
ini di sebut single exchange rate system. Dalam hal ini exchange rate tidak mempunyai
peranan didalam alokasi devisa untuk berbagai : transaksi, peminta serta negara
(gambar 11.5, diatas)
2) Lebih
dari satu macam kurs, tergantung daripada tujuan penggunaanya. Misalnya
$1 = Rp600,00; untuk impor
barang-barang yang essensiil.
$1 = Rp800,00; untuk impor
barang-barang yang non essensiil
Sistem ini disebut multiple
exchange rate. Sebenarnya didalam sistem ini terdapat banyak sekali cara
penentuan exchange rate. Bentuknya yang ekstrim ada dua yaitu :
-
Dua atau lebih kurs/exchange rate yang
bebas untuk mengalokasi devisa dengan bberapa pengawasan yang tidak ketat.
-
Dua atau lebih kurs resmi (official
rate) yang tetap, yang biasanya
dilengkapi dengan sistem lisensi impor serta impor quota.
Di dalam mengadakan alokasi
penggunaan devisa, pemerintah dapat menggunakan beberapa cara, antara lain :
1)
Individual allocation : setiap pemohon
devisa (importir) diadakan penelitian tentang pemggunaannya. Apabila pemohon
tersebut disetujui lalu diberikan izin untuk membeli sejumlah tertentu devisa.
2)
Exchange quota : untuk setiap kategori
impor ditentukan jumlah devisanya berdasarkan devisa yang akan diperoleh dari
ekspor dalam waktu tertentu. Apabila devisa sudah tersedia, lalu dijual dengan
prinsip yang datang dulu dilayani sampai jata untuk kategori impor tersebut
habis.
3)
Waiting list : ini merupakan pelengkap
cara b di atas. Setiap surat permohonan pembelian devisa ditempatkan dalam
daftar menunggu (waiting list) sampai devisa tersedia.
Apabila pasar valuta asing adalah
bebas, maka kurs yang akan terjadi adalah US$1 = Rp678,00. Jumlah yang
ditawarkan sama dengan jumlah yang di minta (OE). Biasanya dalam sistem
pengawasan devisa mata uang negara tersebut terlalu tinggi nilainya terhadap
harga pasar bebas (overvalued). Pada kurs US$1 = Rp600,00 jumlah yang diminta
adalah OF cdan jumlah yang tersedia (OG). Pemerintah perlu mengalokasikan
jumlah yangtersedia ini dengan menggunakan kurs yang ditetapkan. Kurs yang
ditetapkan bisa satu (single exchange rate) atau lebih (multiplde exchange
rate). Kurs multiple tergantung dari penggunaan valuta asing. Untuk penggunaan
yang sangat diperlukan oleh program pemerintah biasanya kursnya lebih rendah
dibanding dengan penggunaan yang kurang diberlakukan oleh program
pemerintah.Sistem ini pernah dijalankan di Indonesia pada awal tahun 60-an
yakni apa yang disebutnya dengan sistem BE (Bonus Ekspor).
Pada
umumya tujuan suatu negara menjalankan pengawasan devisa adalah :
1)
Mencegah terjadinya aliran modal ke luar
negeri dan menekan Neraca Pembayaran Internasional (NPI) yang di sequilibrium.
Apabila suatu negaa tidak menghendaki
penyeimbangan NPI yang defisit dengan politik deflasi ataupun devaluasi, maka
harus diadakan penekanan terhadap defisit tersebut dengan cara mengawasi langsung semua transaksi
internasional. Cara langsung pengawasan transaksi internasional dengan
pengawasan devisa dilakukan dengan mengatur cara memperoleh serta penggunaan
devisa. Cara lain didalam pengawasan devisa adalah dengan melalui qouta impor
dan izin/lisensi impor. Dengan cara-cara tersebut disequilibrium di dalam NPI
dapat ditekan (suppressed disequilibrium).
2)
Melindungi industri didalam negeri.
Dengan pembatasan impor maka pengawasan
devisa mempunyai tujuan untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan
industri luar negeri.
3)
Memperoleh pendapatan bagi pemerintah.
Hal ini dilakukan pemerintah dengan cara menetapkan kurs (exchange rate) yang
berbeda antara pembelian dan penjualan. Kurs pembelian oleh pemerintah
ditetapkan lebih rendah daripada kurs penjualan. Perbedaan kurs inilah yang merupakan
pendapatan bagi pemerintah.
4)
Tie In import Arrangement : penggunaan
devisa untuk impor barang tertentu, tetapi dengan syarat importir harus juga
membeli barang pelengkap atau barang yang sama hasil produksi di dalam negeri
dalam proporsi tertentu.
Jadi,
dengan pengawasan devisa maka penggunaannya dapat diatur sebaik mungkin
sehingga disequilibrium di dalam NPI pun dapat di kurangi/ditekan.
6. Teori Purching Power Parity
Teori
ini dikemukakan oleh ahli ekonomi dari Swedia, yang bernama Gustav Cassel. Dasar
teorinya bahwa, perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang lain
ditentukan oleeh tenaga beli uang tersebut (terhadat barang dan jasa) di
masing-masing negara. Pada pokoknya ada dua versi teori purchasing power
parity, yakni interpertasi absolut dan relative.
Menurut
interpertasi absolut purchasing power parity, perbandingan nilai satu maata
uang dengan mata uang lain (kurs) ditentukan oleh tingkat harga di
masing-masing negara. Sebagai contoh, harga 1 kg gandum di Amerika Serikat
adalah $1 dan di Indonesia sebesar Rp1.000,00. Jadi, kurs antara dolar dan
rupiah adalah $1 = Rp1.000,00. Jadi, kurs didasarkan pada perbandingan
[urchasing powernya, yakni:

Apabila
terjadi perubahan harga yang berbedadi kedua negara, maka kurs tersebut
haruslah mengalami perubahan pula. Misalnya, kalau harga-harga di Indonesia
naik tiga kali dan di Amerika hanya naik dua kali maka kursnya (kurs PP) akan
menjadi:

Kurs
PP yang didasarakn pada perubahan harga inilah yang sering disebut kurs PP
dalam arti ralatif.
Namun
demikian, perhitungan diatas kurang mencerminkan kenyataan kurs yang terjadi di
negara-negara berkembang. Dengan dasar teori PP, kurs di negara berkembang akan
terlalu rendah, sebab biasanya harga barang-barang yang tidak masuk dalam
perdagangan luar negeri (jasa tukang cukur atau dokter, misalnya) terlalu
rendah apabila dibandingkan denganharga jasa tersebut di negar maju. Padahal,
biasanya negara-negara berkembang megalami deficit neraca pembayaran (terdapat
kelebihan permintaan valuta asing) sehingga tendensi kurs naik. dengan tidak
memperhitungkan harga jasa-jasa, kurs di negara berkembang akan rendah. Oleh
karena itu, sering para touris dari negara maju merasa bahwa harga-harga
makanan, pakaian atau barang-barang lain yang diperdagangkan secara
internasional hampir sama dengan di negaranya, namun harga jasa dirasa sangat
murah di negara berkembang.
Untuk
menjelaskan adanya masalah yang timbul dalam menginterpertasikan PP sehubungan
dengan adanya barang-barang yang tidak masuk dalam perdagangan internasional
(non traded goods), dapatlah secara sederhana dilukiskan dengan tabel berikut:
Tabel 11.2.
Harga
dan Jual Beberap Barang
|
Negara A Harga per unit ($)
|
Negara A Jumlah yang dibeli
|
Negara B Harga per unit ($)
|
Negara B Jumlah yang diminta
|
Roti
|
2
|
5
|
1
|
4
|
Anggur
|
6
|
4
|
3
|
2
|
Potonng rambut
|
6
|
1
|
1
|
3
|
Pada tingkatan kurs £1
- $2, harga roti dan anggur (traded goods) sama, namun demikian ongkos potong
rambut (non traded goods) di negara A labih mahal. Pertanyaan yang timbul,
bagaimana menentukan purchasing power dollar relative terhadap poundsterling?
Ada dua pendekatan untuk menjawab pertanyaan ini. Pertama, demgam menjumlahkan
uang yang dibelanjakan konsumen untuk masing-masing barang di kedua negara tersebut,
yakni VA ($) = ∑Pi ($) x Qi (S). diaman VA ($) adalah
jumlah uang yang dibelanjakan di negara A oleh konsumen dan Pi ($)
dan Qi (S) masing-masing adalah harga per unit dan jumlah yang
dibeli untuk ketiga barang (I = 1, 2, dan 3). Dari tabel diatas nilai VA ($) =
$40,- dan dengan analogi yang sama VB (£) =
£13,- Ratio purchasing powernya (

Kedua,
dengan mencari perbandingan (ratio) pengeluaran konsumen di negara A dalam
dolar dan poundsterling. Nilai pengeluaran konsumen negara A dalam
poundsterling [VA (£)] diperoleh dengan menjumlahkan hasil perkalian antara
jumlah barang yang dibeli di negara A dengan harga di negara B, VA (£) = ∑Pi
($) x Qi (S). Dari tabel diatas diperolah hasil VA (£) = £18.
Perbandingan purchasing powernya 

Kedua
perhitungan index purchasing power diatas mempunyai implikasi yang berbeda.
Perhitungan pertama memperlihatkan bahwa apabila seseorang konsumen dari negara
A dengan membawa uang sebesar $40 pindah ke B dan hidup seperti konsumen di B,
maka ia dapat menukar $40 dengan £20 (dengan kurs £1 =
$2). Dengan £20 ia dapat membeli:
unit jumlah barang dari negara B. jadi, dengan
jumlah tertentu uang atau kekayaan dalam dolar, ia dapat menambah standar
hidupnya dengan kira-kira 50%. Persentase ini dapat pula diperoleh dengan
membagi index purchasing power dengan kurs, yakni:
. Perhitungan kedua
menunjukkan bahwa seseorang konsumen A yang ingin membeli barang B untuk hidup
seperti A, dapat membeli jumlah barang sebesar
unit, dengan menukarkan uang dolarnya dengan
poundsterling pada kurs yang berlaku (£1 = $2).



Gamabaran
diatas nampaknya sesuai dengan pengalaman para touris dari negara maju diaman
harga jasa (non traded goods) relative tinggi; yang pergi ke negara berkembang,
diaman harga non traded goods lebih rendah. Jika mereka ingin hidup seperti
orang-orang negara berkembang, uang mereka dapat menjangkau barang dan jasa
yang lebih banyak. Pada umumnya, para touris yang pindahrumah di negara berkembang
untuk jangka waktu yang relative lama, mereka menyesuaikan kehidupannya dengan
cara mengambil tengah/rata-rata antara kedua ekstrim perhitungan diatas (hidup
penuh seperti di negara asal atau hidup seperti orang di negara berkembang).
Atas dasar alasan ini, maka kantor pusat Statistik Jerman menghitung rata-rata
index purchasing powernya sebagai berikut:

Cara
perhitungan ini banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan transnasional,
badan-badan internasional (seperti IMF dan United Nations) untuk menentukan
tingkat upah yang memadai bagi karyawannya sesuai dengan tempat/negara di mana
mereka bekerja.
Perhitungan
index PP dapat pula dipakai untuk mengetahui beerapa tingkat kurs yang
seharusnya guna mencapai keseimbagan dalam neraca pembayaran. Seperti diuraikan
diatas, perhitungan index PP untuk negara berkembang memberikan hasil bahwa
mata uangnya cenderung dilinai terlau rendah (undervaluation) dikarenakan
tingginya harga non traded di negara maju.
Kenyataan
ini (undervaluation) didukung pula oleh hasil penelitian Bela Balassa (1964).
Dia menyatakan, bahwa ratio harga non traded goods dengan traded goods
mempunyai hubungan searah (positif) terhadap pendapatan perkapita. Alasannya,
teknologi dalam non traded goods realtif sama antara beberapa negara. Namun
demikian, upahnya tidak sama, tergantung daripada ongkos alternatif
(opportunity costs) di masing-masing negara.di negara maju, opportunity cost
jauh lebih tinggi sehingga upah juga lebih tinggi. Dengan hubungan fungsionil
di atas, maka perhitungan index PP yang menyangkut dua negara (negara maju dan
berkembang) akan selalu menghasilkan bahwa negara yang pendapatannya rendah
(negara berkembang) mempunyai harga yang relative rendah juga sehingga nilai
mata uangnya terlalu rendah nilainya (undervaluation).
7. Pasar Euro Dolar
Euro
dolar adalah deposito bank yang dinyatakan dengan dolar Amerika Serikat pada
bank-bank dilaur Amerika Serikat (sebagian besar di Eropa). Deposito ini dapat
dimiliki oleh orang Amerika ataupun orang lain. Dua sifat pokok euro dolar
adalah, pertama, merupakan kewajiban jangka pendek untuk membayar dengan dolar,
dan kedua adalah kewajiban dari bank-bank di laur Amerika. Lokasi bank (di laur
Amerika) sangat penting, sebab hal ini akan berpengaruh terhadap
peraturan-peraturan tentang kegiatan bank tersebut yang ditentukan oleh
penguasa meneter setempat.
Euro
dolar pertama-tama timbul ketika pada permulaan tahun 1960-an Uni Sovyet
menjual emas di London untuk membeli gandum dari Amerika Serikat. Sementara
menunggu pembayaran gandumnya, Uni Sovyet menyimpan hasil penjual emasnya dalam
bentuk deposito dolar do London. Pertimbagannya: dolar merupakan mata uang yang
relative aman pada saat itu serta menghemat ongkos sebab pembayaran pembelian
gandum nantinya dengan dolar. Sebab lain timbulnya euro dolar adalah peraturan
pemerintah Amerika tentang pembayaran tertinggi bunga untuk deposito
(Regilation Q). Tingkat bunga di Inggris melebihi tingkat bunga tertinggi
tersebut, sehingga banyak deposito di Amerika di transfer ke Inggris. Di
samping itu, fungsi dolar sebagai mata uang pokok dalam lalu lintas pembayaran
internasional menyebabkan deposito-deposito di bank dinyatakan dengan dolar.
Dengan
adanya euro dolar tersebut transaksi pembayaran internasional dapat dilakukan
secara efisien serta dalam waktu yang relative singkat. Kerugian yang timbul
adalah adalah euro dolar ini dapat bertambah melalui proses yang sama seperti
penciptaan uang di dalam sistem perbankan dalam negeri, maka dapat mengurangi
kekuasaan penguasa moneter untuk mengambil kebijaksanaan. Kerugian lain adalah
dapat menambah ketidakstabilan dalam la;lu lintas pembayaran internasional.
8. Argumen Pro dan Kontra Kurs yang berubah – ubah
Suatu
sistem kurs yang berubah – ubah menghendaki lepasnya Bank Sentral di dalam
campur tangan dalam pasar valuta asing. Sistem ini menimbulkan banyak
pendebatan tentang keuntungan dan kerugiannya dibandingkan dengan sistem kurs
yang stabil. Perdebatan yang sering timbul antara lain:
a. Yang
setuju: mengatakan bahwa keuntungan / manfaat sistem kurs yang berubah – ubah
adalah naiknya efisensi di dalam alokasi faktor - faktor produksi. Kurs tidak
lain adalah harga, dan di dalam pasar bebas akan berperan mengatur alokasi
faktor produksi di dalam masyarakat secara efisien. Di samping itu, sistem kurs
yang berubah – ubah akan mengurangi / menghilangkann beban pemerintah untuk
mengatasi ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran internasional. Sebab, dalam
sistem ini neraca pembayaran akan selalu seimbang. Proses penyeimbangannya
melalui perubahan kurs, sehingga pemerintah tidak perlu menyediakan dana untuk
menyeimbangkan.
Yang Kontra: mengatakan bahwa kurs
yang berubah – ubah akan menyebabkan ketidakstabilan di dalam lalu lintas
pembayaran internasional sehingga dapat mengurangi volume perdagangan. Terutama
bagi negara yang sangat tergantung pada perdagangan luar negeri, perubahan kurs
yang selalu terjadi akan mengakibatkan perubahan harga – harga di dalam negeri.
Akibat selanjutnya, kepercayaan masyarakat terhadap mata uang serta efisensi
alokasi faktor produksi dapat turun.
b. Yang
setuju : ketidakstabilan di dalam lalu lintas pembayaran serta turunnya volume
perdagangan tersebut di atas adalah alasan yang terlalu dibesar –besarkan.
Secara teoritis kurs yang berubah-ubah relatif lebih stabil sebab pasar valuta
asing biasanya sangat elastis terhadap harga. Dalam keadaan demikian ini, hanya
diperlukan perubahan kurs yang sangat kecil saja untuk menyeimbangkan pasar
apabila terdapat ketidakseimbangan sebagai akibat terjadinya perubahan
permintaan atau penawaran.
Yang Kontra: penyesuaian harga yang
cepat seperti diatas ini sangat bertentangan dengan keterlambatan waktu antara
perubahan harga / kurs dengan perubahan di dalam ekspor dan impor. Perubahan
kurs yang kecil saja mungkin dapat mengakibatkan ketidakstabilan. Sebagai
contoh, kenaikan nilai suatu mata uang dapat mengakibatkan para spekulan
berpengharapan bahwa nilai mata uang tersebut terus akan naik sehingga mereka
bahkan menambah pembelian yang akibatnya harga akan naik terus.
c. Yang
setuju: kegiatan spekulasi tersebut justru malah menstabilkan sebab untuk
memperoleh keuntungan, para spekulasi akan menjual pada waktu harga tinggi dan
memebeli pada waktu harga rendah. Dengan tindakan ini kegiatan spekulasi akan
memperkecli ketidakstabilan.
9. Wilayah Moneter optimum (Optimum Currency Areas)
Beberapa
negara sering mengadakan pengaturan bersama mengenai sistem kurs yang berlaku
di antara mereka. Seperti misalnya, yang dilakukan oleh 6 negara Eropa (Belgia,
Perancis, Italia, Luxembourg, Netherland, Jerman Barat). Mereka menempatkan
kurs tetap di antara anggota, dan berubah – ubah terhadap mata uang negara lain
(bukan anggota) secara bersama-sama (disebut jointly float). Kelompok negara
semacam ini, namun beberapa petunjuk /ukuran dapat dipakai. Sangat ideal
apabila negara anggota kelompok mempunyai koordinasi kebijaksanaan fiskal dan
moneter yang baik serta mobilitas faktor produksi yang lancar di anatara negara
anggota. Di samping itu, sebagian besar transaksi perdagangan dilakukan di
antara negara anggota sendiri.
Alasan
yang mendorong dibentuknya currency area adalah bahwa dengan sistem kurs yang
tetap di antara anggota ketidakpastian serta ketidakstabilan ekonomi dapat
dikurangi. Hal ini akan mendorong para produsen untuk beroperasi secara optimal
karena meluasnya pasar. Demikian juga, alokasi faktor produksi menjadi lebih
efisiensi karena harga relatig lebih stabil. Kestabilan ini diakibatkan karena
di dalam wilayah pemasaran yang lebih luas, fluktuasi harga di antara negara
anggota akan saling menutup. Namun demikian, kerugian yang timbul adalah bahwa
masing – masing negara kehilangan kebebasannya untuk mengambil kebikasanaan
fiskal dan moneter secara sendiri-sendiri terlepas dari pengaruhnya terhadap
negara anggota yang lain. Setiap negara apabila hendak melakukan kebijaksanaan
fiskal dan moneter harus mempertimbangkan pengaruhnya terhadap negara anggota
yang lain.
B. Neraca Pembayaran Internasional
1. Defenisi
Neraca
pembayaran suatu negara adalah catatan yang sistematis tentang transaksi
ekonomi internasional antara penduduk negara itu dengan penduduk negara lain
dalam waktu tertentu. Catatan semacam ini sangat berguna untuk berguna untuk
berbagai macam tujuan. Namun tujuan utamanya adalah untuk memberikan informasi
kepada penguasa pemerintah tenang posisi keuangan dalam hubungan ekonomi dengan
negara lain serta membantu di dalam pengambilan kebijaksanaan moneter, fiskal,
perdagangan dan pembayaran internasional.
a. Pengertian
penduduk di dalam suatu neraca pembayaran internasional meliputi: Orang
perorangan/individu, Badan hukum dan Pemerintah
Orang perorangan yang tidak
mewakili pemerintah suatu negera (misalnya para touris) di anggap sebagai
penduduk dimana mereka mempunyai tempat tinggal tetap atau tempat di mana
mereka memperoleh “center of interest”. Suatu badan hukum dianggap sebagai
penduduk dari negara dimana badan hukum tersebut memperoleh status sebagai
badan hukum. Badan-badan pemerintah adalah jenis sebagai penduduk dari negara
yang di wakilinya. Jadi misalnya, para diplomat kedutaan besar dianggap sebagai
penduduk dari negara yang mereka wakili. Transaksi yang mereka adakan di negara
lain merupakan transaksi ekonomi internasional.
b. Yang
termasuk dalam neraca pembayaran internasional hanyalah transaksi ekonomi
internasional saja. Transaksi bantuan militer, midalnya, tidak termasuk di
dalamnya. Dalam transaksi ekonomi ini perlu dibedakan antara transaksi debit
dan kredit. Trnsaksi debit adalah transaksi yang menimbulkan hak untuk menerima
pembayaran dsri penduduk negara lain. Transaksi kredit adalah transaksi yang
menimbulkan hak untuk menerima pembayaran penduduk negara lain. Pembedaan lain
dari transaksi ekonomi adaalah transaksi
yang sedang berjalan (current account) dan transaksi capital ( capital
account). Transaksi yang seang berjalan adalah transaksi yang meliputi
barang-barang dan jasa, sedangkan transaksi capital adalah transaksi yang
menyangkut investasi modal dan emas.
2. Transaksi Barang dan Jasa
Transaksi
ini meliputi ekspor impor barang-barang dan jasa, disebut pula transaksi yang
sedang berjalan. Ekspor barang-barang dan jasa merupakan transaksi kredit sebab
transaksi ini menimbulkan hak untuk menerma pembayaran ( menyebabkan terjadinya
dana masuk). Termasuk dalam impor jasa adalah pembayaran pendapatan untuk modal
yang ditanam di dalam negeri oleh penduduk negara lain. Impor-impor barang dan
jasa merupakan transaksi debit sebab transaksi ini menimbulkan kewajiban untuk
melakukan pembayaran kepada penduduk negara lain (menyebabkan aliran dana ke
luar negeri).
Transaksi
yang sedang berjalan mempunyai arti khusus. Surplus transaksi yang sedang
berjalan menunjukkan bahwa ekspor lebih besar dari impor. Ini berarti bahwa
suatu negara mengalami akumulasi kekayaan valuta asing sehingga mempunyai saldo
positif dalam investasi luar negeri. Sebaliknya defisit dalam transaksi yang
sedang berjalan berupa impor lebih besar dari ekspor, sehingga terjadi
pengurangan investasi di luar negeri. Dengan demikian transaksi yang sedang
berjalan sama erat hubungannya dengan penghasilan nasional, sebab ekspor dan
impor merupakan komponen penghasil nasional. Hal ini dapat dilihat dari
persamaan pendapatan nasional di bawah ini:
Y=C+I+G+X-M
Dimana Y adalah
pendapatan nasional, C untuk pengeluaran konsumsi, I adalah pengeluaran
investasi (swasta), G adalah pengeluaran pemerintah, dan (X-M) adalah neraca
perdagangan (neto). Apabila (X-M) positif berarti (C+I+G)***, implikasinya
bahwa suatu negara menghasilkan lebih banyak dana yang di gunakan sehingga
kelebihannya dijial ke luar negeri. Sebabnya, negative (X-M) berarti negara itu
pengeluarannya lebih besar dari pada yang di hasilkan. Dengan demikian jelas
bahwa sutu negara akan bisa memperbaiki neraca perdagangannya apabila dapat
meningkatkan hasil nasional lebih besar dari pada penggunaannya.
3. Transaksi Modal
Yang termasuk transaksi modal adalah:
a.
Transaksi modal jangka pendek, meliputi:
-
Kredit untuk perdagangan dari negara
lain (transaksi kredit) atau kredit perdgangan yang di berikan kepada penduduk
negara lain (transaksi debit).
-
Deposito bank di luar ngeri (transaksi
debit) atau deposito bank di dalam negeri milik penduduk negara lain (transaksi
kredit).
-
Pembelian surat berharga luar negeri
jangka pendek (transiksa debit) atau penjualan surat berharga dalam negeri
jangka pendek kepada penduduk negara lain (transaksi kredit).
b.
Transaksi modal jangka panjang meliputi:
-
Investasi langsung di luar negeri
(transaksi debit) atau investasi asing di dalam negeri (transaksi kredit)
-
Pembelian surat-surat berharga jangka
panjang milik penduduk negara lain (transaksi debit), atau pembelian
surat-surat jangka panjang dalam negeri oleh penduduk asing (transaksi kredit)
-
Pinjaman jangka panjang yang diberikan
kepada penduduk negara lain (transaksi debit) atau pinjaman jangka panjang yang
diterima dari penduduk negara lain (transaksi kredit).
Jadi,
setiap transaksi modal yang menyebabkan kenaikan (penurunan) kekayaan suatu
negara di luar negeri merupakan aliran modal keluar (masuk) atau merupakan transaksi
debit (kredit). Demikian juga setiap transaksi modal yang menyebabkan kenaikan
(penurunan) kekayaan asing di dalam negeri merupakan aliran modal masuk
(keluar) atau merupakan transaksi debit (kredit).
4. Transaksi Satu Arah (Unilateral Transfer)
Transaksi satu arah
adalah transaksi yang tidak menimbulkan kewajiabn untuk melakukan pembayaran,
misalnya hadiah (gifts) dan bantuan (aid). Apabila suatu negara memberi hadiah
atau bantuan kepada negara lain, maka ini merupakan transaksi debit.
Sebaliknya, apabila suatu negara menerima bantuan atau hadiah dari negara lain
merupakan transaksi kredit.
5. Selisih Perhitungan (Errors and Omissions)
Rekening ini merupakan
rekening penyeimbang apabila nilai transaksi-transaksi kredit tidak persis sama
dengan nilai transaksi-transaksi debit. Dengan adanya rekening selisih
perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit dari suatu
neraca pembayaran internasional akan selalu sama.
6. Lalu Lintas Moneter
Transaksi ini sering di
sebut “ accomodating” sebab merupakan transaksi yang timbul sebagai akibat dari
adanya transaksi lain. Transaksi lain ini sering disebuit dengan “autonomous”
sebab transaksi ini timbul dengan sendirinya,
tanpa dipengaruhi transaksi lain. Termasuk dalam transaksi kapital serta
transaksi satu arah. Perbedaan antara
transaksi autonomous debit dengan kredit diseimbangkan dengan transaksi lalu
lintas monoter. Transaksi ini timbul diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara
transaksi autonomous debit dan kredit . yang termasuk ke dalam transaksi lalu lintas monoter adalah
mutasi dalam hubungan dengan IMF, pasiva
luar negeri serta aktiva luar negeri. Defisit atau surplus neraca pembayaran dapat diketahui dari transaksi
autonomous tersebut. Defisit apabila
transaksi autonomous debit lebih besar daripada transaksi autonomous kredit.
Sebaliknya, surplus, apabila transaksi autonomous kredit. Sebaliknya, surplus,
apabila transaksi autonomous kredit lebih besar dari transaksi autonomous
debit.
7. Beberapa Pengertian “balance” dalam Suatu Neraca Pembayaran
Konsep
“balance” dalam neraca pembayaran mempunyai arti yang berbeda-beda. Pada
dasarnya ada empat pengertian balance.
a. Basic
Balance
Menunjukkan bahwa basic balance
terdiri dari balance dalam transaksi yang sedang berjalan (current account
balance) ditambah transaksi modal jangka panjang. Basic balance akan
berubah-ubah apabila terjadi perubahan yang prinsipiil dalam perekonomian, seperrti
misalnya: perubahan harga, kurs valuta asing dan pertumbuhan ekonomi, perubahan
dalam basic balance akan tercermin dalam perubahan aliran modal jangka pendek
dan selisih yang di perhitungkan (errors dan omisission). Denagn ni demikian basic balance memberiakn
informasi tentang akibat perubahan perekonomian terhadap neraca pembayaran,
yakni akibatnya terhadap aliran modal jangka pendek. Kalau misalnya pemerintah
menghendaki suatu target tertentu untuk aliran modal jangka pendek, maka
perhatian khusus harus di arahkan kepada akibat kebijaksanaan ekonomi
pemerintah terhadap tranksaksi yang sedang berjalan dan aliran modal jangka
panjang.
b. Balance
Transaksi “autonoimos”
Balance ini terdiri dari basic
balance ditambah dengan aliran modal jangka pendek. Pemerintah seharusnya lebih
memperhatikan balance transaksi autonomous daripada basic balance sebab
kenyataannya aliran modal jangka pendek itu jarang sekali sama dengan nol.
c. Liquidity
Balance
Konsep liquidity balance ini di
kembangkan di amerika serikat untuk mengukur posisi narace pembayarannya.
Perbedaannya dengan balance transaksi autonomous adalah di dalam perlakuan
terhadap pendidikan kekayaaan (assets) jangka pendek.
d. Balance
Transaksi Pemerintah Jangka Pendek
Konsep balance inipun
diperkembangkan di Amerika Serikat. Menurut konsep ini, neraca pembayaran
terdiri dari penjumlahan basic balance, selisih yang diperhitungkan dan
rekening modal jangka pendek (sesudah dikurangi dengan modal amerika jangka
pendek yang dimiliki oleh lembaga-lembaga monoter negara lain).
Ketidakseimbangan yang timbul dalam neraca pembayaran diseimbangkan dengan
cadangan modal pemikiran pemerintan serta modal pemerintah jangka pendek yang
dimiliki oleh lembaga-lembaga monoter asing.
8. Masalah dalam analisa neraca pembayaran
Keempat
konsep belencen tersebut di atas sangat membantu dalam analisa suatu neraca
pembayaran. Namun sangat sukar untuk menentukan konsep balance yang mana yang
paling relevan, misalnya untuk pengambilan keputusan bagi pemerintah, analisa
trend suatu perekonomian atau membuat suatu perkiraan tentang arah perkembangan
ekonomi. Setiap konsep balance menunjukkan aspek yang berbeda. Tujuan analisa neraca pembayaran sangat
berbeda-beda dan perbedaan ini menentukan pola analisanya. Kesukaran timbul
dalam penentuan secara umumpola analisa tersebut.
a. seringkali
mengabaikan saling hubungan antara transaksi internasional yang satu dengan
yang lain, sehingga ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran diasosiakan
dengan satu transaksi saja tanpa melihat hubungannya dengan yang lain. Contoh:
investasi di luar negeri itu sepintas lalu akan menambah deficit neraca
pembayaran, sebab transaksi ini menyebabkan terjadinya aliran modal keluar.
Tetapi kalu ditinjau lebih lanjut , investasi luar negeri ini nantinya akan
dapat mendatangkan keuntungan masuk serta kemungkinan untuk ekspor bahan mentah
atau barang-barang kebutuhan pabrik sebagai akibat dari investasi luar negeri
tersebut (terutama kalau investasi luar negeri ini berupa penanaman modal
langsung dalam bentuk pendirian pabrik di luar negeri).
b. surplus
dalam transaksi yang sedang berjalan sering dianggap baik, sebaliknya deficit
dianggap jelek. Anggapan semacam ini tidak selalu benar. Sebagai contoh,
amerika serikat penerimaan keuntungan dari investasi luar negerinya lebih besar
dari pada investasinya. Untuk
mengimbangi aliran keuntungan yang masuk ini, transaksi yang sedang berjalan
harus deficit. Dalam hal ini jelas bahwa deficit tidak selalu jelek. Dengan
demikian, deficit atau surplus di dalam transaksi yang sedang berjalan tidak perlu
dikhawatirkan selama deficit atau surplus tersebut didimbangi dengan aliran
modal masuk atau keluar dalam jumlah yang sama.
c. keputusan
untuk member bantuan (Aid) seharusnya lebih didasarkan pada kekuatan ekonomi
Negara secara keseluruhan (misalnya diukur dengan penghasilan perkapita) bukan
atas dasar pertimbangan neraca pembayyaran. Seperti misalnya, Indonesia
mempunyai surplus neraca pembayarannya dan inggris defit, tidak berarti
Indonesia memulai member bantuan pada inggris.
9. Suatu neraca pembayaran internasional secara pembukuan selau seimbang
Selau dalam kesimbangan ini
disebabkan karena setiap transaksi yang terjadi dicatat baik dalam rekening
debit maupun kredit dan akhirnya apabila terdapat sedikit perbedaan dalam
jumloah total debit dan kredit, perbedaan tersebut dicatat dalam rekening
selisih perhitungan. Sebagai contoh:
a.
ekspor kayu seharga US$Xdan hasilnya
semua digunakan untuk mengimpor mesin


Debit
Kredit
Impor
mesin US$X Ekspor kayu US$X
b.
Kalau hasil ekspor kayu disimpan diBank
luar negeri, maka akan nampak pada neraca pembayaran sebagai berikut :


Debit
Kredit
Depositi
bank luar negeri US$X Ekspor kayu US$X
c.
Menerima aid sebesar US$Y dari Negara
lain.


Debit
Kredit
Transfer
satu arah US$Y Aid US$Y
(unilateral
transfer)
Dari contoh-contoh diatas jelas bahwa
setiap transaksi internasinal selalu dibukukan dalam sisi debit dan kredit,
sehingga dengan demikian jumlah total debit akan selalu sama dengan jumlah
titik kredit.
10. Neraca pembayaran internasinal (balance of payments), neraca perdagangan internasional (balance of trade) dan neraca harta kekayaan dan utang piutang (balance of indebtedness).
Berbeda
dengan neraca pembayaran internasional, neraca perdagangan internasinal,
hanyalah mencatat transaksi ekspor dan impor barang dan jasa saja (transaksi
yang sedang berjalan). Sedangkan neraca harta kekayaan dan utang piutang
(balance of indebtedness) adalah suatu ikhtisar tentang keseluruhan harta
kekayaan dan utang piutang dari penduduk suatu Negara di Negara lain serta
harta kekayaan dan utang piutang milik penduduk Negara lain di Negara tersebut.
Karena yang dicatat adalah keadaan harta kekayaan dan utang piutang bukan suatu
transaksi, maka sebagai dasar percatatannya adalah waktu (moment) tertentu.
Kesulitan yang dihadapi dalam penyusunan antara lain:
a. Pengumpulan
datanya. Hal ini disebabkan karena:
1) pemerintah
sendiri tidak mempunyai administrasi yang baik dalam pencatatan kekayaan
penduduknya yang ada di luar negeri.
2) penduduknya
sendir, secara diam-diam tidak melaporkan kekayaannya yang ada di luar negeri.
b.
Dalam penentuan nilai kekayaan.
Misalnya, perusahaan-perusahaan asing yang ada di Indonesia, bagaimanakah nikai
bersihnya, amatlah sukar ditentukan.
11. neraca pembayaran internasional Indonesia
Seperti
terlihat pada table 12.2 . selama periode 1971-1980 transaksi yang sedang
berjalan mengalami surplus pada tahun 1974, 1979 dan 1980. Surplus tersebutb
diakibatkan oleh kenaikan yang besar berekspor minyak. Minyak masih merupakan
sumber ekspor utama (kurang lebih 56% dari total ekspor pada tahun 1979) selama
periode tersebut ekspor menunjukkan angka yang selalu menaik, demikian juga
impornya. Meskipun ekspor dan impor selalu naik hasil netonya sebagian besar
negative (hanya surplus selama 3 tahun). Selisih negative diimbangi sebagian
besar dengan aliran modal masuk, kecuali pada tahun 1975 di mana aliran modal
negative (modal keluar). Hal ini di karenakan penyelesaian utang pertamina oleh
pemerintah melalui bank Indonesia.
Aliran
modal tersebut sebagian besar dalam bentuk dalam bentuk modal jangka panjang,
berbentuk pinjaman (Ioan), bantuan (aid) dan investasi langsung. Kalau kita
lihat neraca pembayaran tersebut secara keseluruhan, perkembangan dalam neraca
barang dan jasa serta aliran modal mengakibatkan perubahan dalam lalu lintas
moneter dari US$421 juta tahun 1972 menjadi US$2336 juta pada tahun 1980.
KESIMPULAN
Apabila suatu barang
ditukar dengan barang lain, tentu di dalamnya terdapat nilai tukar antara
keduanya. Nilai tukar ini merupakan semacam harga di dalam pertukaran tersebut.
Demikian pula pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan terdapat perbandingan
nilai/harga antara kedua mata uang tersebut. perbandingan nilai inilah yang
sering disebut dengan kurs (exchange rate). Dalam kenyataannya, sering terdapat
berbagai tingkat kurs untuk satu valuta asing.
pasar valuta asing
tidaklah hanya menyangkut kurs/harga valuta asing saja, tetapi juga pihak-pihak
yang melakukan transaksi. pihak-pihak ini antara lain: eksportir-importir,
bank, pedagang perantara dan bank sentral.
Neraca pembayaran suatu
negara adalah catatan yang sistematis tentang transaksi ekonomi internasional
antara penduduk negara itu dengan penduduk negara lain dalam waktu tertentu.
Catatan semacam ini sangat berguna untuk berguna untuk berbagai macam tujuan.
Namun tujuan utamanya adalah untuk memberikan informasi kepada penguasa pemerintah
tenang posisi keuangan dalam hubungan ekonomi dengan negara lain serta membantu
di dalam pengambilan kebijaksanaan moneter, fiskal, perdagangan dan pembayaran
internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Nopirin, Ph.D.
1995. Ekonomi Internasional edisi 3 .
Yogyakarta : BPFE -YOGYAKARTA