Selasa, 18 Oktober 2016

Konfrontasi Indonesia-Malaysia



SEJARAH INDONESIA SETELAH KEMERDEKAAN
“Konfrontasi Indonesia-Malaysia”




 









Disusun Oleh Kelompok 2:



Muslianti
Anugrah
Irmayani
Ahmad Walid
Nuraimma
Irawati Ahmad
Nurasiah
Alif Hidayat
Fitrianita
Melinda Aulia


Rina Sri Mentari










PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah swt. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konfrontasi Indonesia-Malaysia”  ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Sejarah Indonesia Setelah Kemerdekaan.
Makalah ini merupakan hasil telaah dari beberapa referensi yang berkaitan dengan Sejarah Konfrontasi Indonesia-Malaysia. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Sejarah Indonesia Setelah Kemerdekaan atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada teman-teman yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai apa Sejarah Konfrontasi Indonesia-Malaysia. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Makassar,  mei 2016


                                                                                                   Kelompok 2


           

DAFTAR ISI





BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Konfrontasi berarti kondisi bermusuhan antara dua negara atau lebih karena tidak terakomodasinya perbedaan kepentingan di antara negara-negara tersebut. sebagai tujuan, konfrontasi merupakan suatu sarana untuk mencapai tujuan masing-masing negara. Konfrontasi tidak selalu berupa kontak senjata. Kontak senjata dalam konfrontasi merupakan tahap lanjutan dari politik konfrontasi yang ekstrim. Konfrontasi Indonesia-Malaysia atau yang lebih dikenal sebagai Konfrontasi saja adalah sebuah perang mengenai masa depan pulau Kalimantan, antara Malaysia dan Indonesia pada tahun 1962-1966. Perang ini berawal dari keinginan Malaysia untuk menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak dengan Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1961. Keinginan itu ditentang oleh Presiden Soekarno yang menganggap Malaysia sebagai "boneka" Britania.
Pada 1961, Kalimantan dibagi menjadi empat administrasi. Kalimantan adalah, sebuah provinsi di Indonesia. Di utara adalah Kerajaan Brunei dan dua koloni Inggris; Sarawak dan Britania Borneo Utara, kemudian dinamakan Sabah. Sebagai bagian dari penarikannya dari koloninya di Asia Tenggara, Inggris mencoba menggabungkan koloninya di Kalimantan dengan Semenanjung Malaya untuk membentuk Malaysia. Rencana ini ditentang oleh Pemerintahan Indonesia; Presiden Soekarno berpendapat bahwa Malaysia hanya sebuah boneka Inggris, dan konsolidasi Malaysia hanya akan menambah kontrol Inggris di kawasan ini, sehingga mengancam kemerdekaan Indonesia. Filipina juga membuat klaim atas Sabah, dengan alasan daerah itu memiliki hubungan sejarah dengan Filipina melalui Kesultanan Sulu. Peristiwa ini mempunyai dampak besar bagi rakyat Indonesia, karena akibat peristiwa ini banyak menelan korban jiwa baik dari Pejuang Indonesia maupun dari Malaysia. Sehingga sebagai masyarakat Indonesia kita perlu mengetahui sejarah perjuangan Rakyat Indonesia dalam hal ini yaitu peristiwa Konfrensi Indonesia-Malaysia.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.      Apa yang melatar belakangi terjadinya konfrontasi Indonesia-Malaysia?
2.      Bagaimana dukungan rakyat Indonesia terhadap gerakan “Ganyang Malaysia”?
3.      Bagaiman perjuangan Ir. Suekarno dan Rakyat Indonesia melawan negara Malaysia?

C.    Tujuan Penulisan

1.      Untuk menambah wawasan kita mengenai latar belakang peristiwa konfrontasi Indonesia-Malaysia.
2.      Untuk mengetahui bagaimana dukungan rakyat Indonesia terhadap gerakan Ir. Suekorno yang dikenal dengan istilah “Ganyang Malaysia”
3.      Untuk mengetahui perjuangan Ir. Suekarno dan Rakyat Indonesia dalam melawan Negara Malaysia.



BAB II

PEMBAHASAN

A.    Latar Balakang Peristiwa Konfrontasi Indonesia-Malaysia

Pada 1961, Kalimantan dibagi menjadi empat administrasi. Kalimantan, sebuah provinsi di Indonesia, terletak di selatan Kalimantan. Di utara adalah Kerajaan Brunei dan dua koloni Inggris, Sarawak dan Borneo Utara, kemudian dinamakan Sabah. Sebagai bagian dari penarikannya dari koloninya di Asia Tenggara, Inggris mencoba menggabungkan koloninya di Kalimantan dengan Semenanjung Malaya, Federasi Malaya dengan membentuk Federasi Malaysia.
Rencana ini ditentang oleh Pemerintahan Indonesia, Presiden Sukarno berpendapat bahwa Malaysia hanya sebuah boneka Inggris, dan konsolidasi Malaysia hanya akan menambah kontrol Inggris di kawasan ini, sehingga mengancam kemerdekaan Indonesia. Filipina juga membuat klaim atas Sabah, dengan alasan daerah itu memiliki hubungan sejarah dengan Filipina melalui Kesultanan Sulu.
Di Brunei, Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) memberontak pada 8 Desember 1962. Mereka mencoba menangkap Sultan Brunei, ladang minyak dan sandera orang Eropa. Sultan lolos dan meminta pertolongan Inggris. Dia menerima pasukan Inggris dan Gurkha dari Singapura. Pada 16 Desember, Komando Timur Jauh Inggris (British Far Eastern Command) mengklaim bahwa seluruh pusat pemberontakan utama telah diatasi, dan pada 17 April 1963, pemimpin pemberontakan ditangkap dan pemberontakan berakhir.
Filipina dan Indonesia resminya setuju untuk menerima pembentukan Federasi Malaysia apabila mayoritas di daerah yang hendak dilakukan dekolonial memilihnya dalam sebuah referendum yang diorganisasi oleh PBB. Tetapi, pada 16 September, sebelum hasil dari pemilihan dilaporkan. Malaysia melihat pembentukan federasi ini sebagai masalah dalam negeri, tanpa tempat untuk turut campur orang luar, tetapi pemimpin Indonesia melihat hal ini sebagai Persetujuan Manila yang dilanggar dan sebagai bukti kolonialisme dan imperialisme Inggris. Sejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, ketika para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Sukarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman Perdana Menteri Malaysia saat itu dan memaksanya untuk menginjak Garuda, amarah Sukarno terhadap Malaysia pun meledak. Namun hal ini dinafikan oleh Tunku, malah beliau sendiri mempersoalkan tindakan segelintir penunjuk perasaan yang memijak-mijak lambang tersebut. Namun sehingga kini tiada bukti yang dapat mengukuhkan perbuatan tersebut, samada perkara tersebut benar-benar dilakukan oleh Tunku atau ada segelintir pihak yang cuba mengapi-apikan keadaan pada masa itu.
Demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur yang berlangsung tanggal 17 September 1963, berlaku ketika para demonstran yang sedang memuncak marah terhadap Presiden Sukarno yang melancarkan konfrontasi terhadap Malaysia dan juga karena serangan pasukan militer tidak resmi Indonesia terhadap Malaysia. Ini mengikuti pengumuman Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia pada 20 Januari 1963. Selain itu pencerobohan sukarelawan Indonesia (sepertinya pasukan militer tidak resmi) mulai memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan melaksanakan penyerangan dan sabotase pada 12 April berikutnya.
Sukarno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan demonstrasi anti-Indonesia yang menginjak-injak lambang negara Indonesia dan ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia. Sukarno memproklamasikan gerakan Ganyang Malaysia melalui pidato dia yang sangat bersejarah, berikut ini:
Kalau kita lapar itu biasa
Kalau kita malu itu djuga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena
Malaysia, kurang adjar!

Kerahkan pasukan ke Kalimantan, kita hadjar tjetjunguk Malayan itu!
Pukul dan sikat djangan sampai tanah dan udara kita diindjak-indjak oleh Malaysian keparat itu

Doakan aku, aku bakal berangkat ke medan djuang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang enggan diindjak-indjak harga dirinja

Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tundjukkan bahwa kita masih memiliki gigi dan tulang jang kuat dan kita djuga masih memiliki martabat

Yoo...ayoo... kita... Ganjang...
Ganjang... Malaysia
Ganjang... Malaysia
Bulatkan tekad
Semangat kita badja
Peluru kita banjak
Njawa kita banjak
Bila perlu satu-satu!

Sukarno

B.     Dukungan Terhadap Gerakan “Ganyang Malaysia”

Sejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, di mana para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman Perdana Menteri Malaysia saat itu dan memaksanya untuk menginjak Garuda, amarah Soekarno terhadap Malaysia pun meledak.
Howard Jones, Duta Besar AS saat itu, melaporkan kepada Washington bahwa ia bertemu Soekarno. "Saat itu Soekarno marah besar.... Tidak ada lagi pertukaran salam. Tak ada basa-basi…. Menjawab pertanyaan saya, apakah situasi sudah terkendali, Soekarno meledak dan mengutuk tindakan Tunku. "Sejak kapan seorang kepala negara pernah menginjak-injak lambang negara lain?" Soekarno juga menyebutkan fotonya yang dirobek dan diinjak-injak. "Rakyat Indonesia sudah murka! Ini Asia, tahun 1963. Saya juga amat beremosi! (telegram dari Kedubes AS di Indonesia kepada Departemen Luar Negeri AS, 19 September 1963)
Howard Jones menyatakan simpatinya, tetapi ia menekankan bahwa Indonesia tak bisa mengandalkan bantuan AS jika Soekarno ingin melakukan balas dendam. Sementara itu, TNI Angkatan Darat terpecah: Jenderal Ahmad Yani tidak bersedia mengerahkan pasukan untuk menyerbu Malaysia karena tidak merasa tentara Indonesia cukup siap menghadapi Malaysia yang dibelakangi Inggris. Namun, Jenderal A.H. Nasution tidak setuju untuk mengganyang Malaysia karena ia khawatir isu Malaysia akan ditunggangi PKI untuk memperkuat posisinya di percaturan politik di Indonesia.
Saat itu PKI merupakan pendukung terbesar gerakan mengganyang Malaysia, yang dianggap antek neokolonialisme dan imperialisme. Namun, pertimbangan PKI bukan didasarkan sekadar idealisme. PKI berusaha membangkitkan semangat nasionalisme Indonesia dan menempatkan PKI sebagai gerakan nasionalis yang lebih nasionalis daripada tentara untuk memperkuat posisinya dalam percaturan politik di Indonesia, yang saat itu berpusat pada Soekarno, tentara, dan PKI.
Melihat dukungan tentara yang setengah-setengah, Soekarno kecewa, padahal ia ingin sekali mengganyang Malaysia. Sejak saat itulah, hubungan Soekarno dan PKI bertambah kuat, apalagi setelah tentara sendiri mengalami kegagalan dalam operasi gerilya di Malaysia. Penyebab kegagalan itu bukan karena tentara Indonesia tidak berkualitas, tetapi para pemimpin TNI Angkatan Darat di Jakarta tidak tertarik untuk mengeskalasi konfrontasi.
Kita harus memerhatikan secara saksama jalur pemikiran para pemimpin Angkatan Darat saat itu. Mereka menghadapi buah simalakama. Mereka tidak mau mengeskalasi konflik karena tidak tak yakin akan bisa menang menghadapi Inggris. Di sisi lain, jika mereka tak melakukan apa-apa, Soekarno akan mengamuk. Tak peduli keputusan apa yang diambil, PKI akan tetap untung.
Akhirnya, para pemimpin Angkatan Darat mengambil posisi unik. Mereka menyetujui perintah Soekarno untuk mengirimkan tentara ke Kalimantan, tetapi tak akan benar-benar serius dalam konfrontasi ini agar situasi tak bertambah buruh menjadi perang terbuka Indonesia melawan Malaysia-Inggris (dan Australia-Selandia Baru). Tak heran, Brigadir Jenderal Suparjo, komandan pasukan di Kalimantan Barat, mengeluh, konfrontasi tak dilakukan sepenuh hati dan ia merasa operasinya disabotase dari belakang. (JAC Mackie, 1971, hal 214)
Kekhawatiran Soekarno terlihat dalam dokumen CIA yang baru dideklasifikasikan beberapa tahun lalu, bertanggalkan 13 Januari 1965. Dokumen itu menyebutkan, dalam sebuah percakapan santai dengan para pemimpin politik sayap kanan, Soekarno menyatakan tak bisa menoleransi gerakan anti-PKI karena ia butuh dukungan PKI untuk menghadapi Malaysia. Ia menyatakan, namanya sudah "jatuh" di dunia internasional dan Indonesia dianggap negara gila karena keputusannya membawa Indonesia keluar dari PBB. Namun, Soekarno menekankan, suatu waktu, "giliran PKI akan tiba" dan saat itu gerakan menentang PKI sama dengan gerakan untuk menentang Soekarno. Soekarno berkata, "Kamu bisa menjadi teman atau musuh saya. Itu terserah kamu." Soekarno mengakhiri percakapan itu dengan berkata, "Untukku, Malaysia itu musuh nomor satu. Suatu saat saya akan membereskan PKI, tetapi tidak sekarang."
Dari sini terlihat, kedekatan Soekarno dengan PKI diakibatkan gagalnya TNI Angkatan Darat memenuhi keinginan Soekarno mengganyang Malaysia. Soekarno di sini terlihat bukan sebagai antek atau pendukung PKI, tetapi ia memang berusaha menggunakan PKI untuk membantu kebijakannya dalam mengganyang Malaysia. Kegagalan para pemimpin TNI Angkatan Darat juga membuat tentara-tentara, seperti Brigadir Jenderal Suparjo kesal kepada para pimpinan Angkatan Darat. Mereka akhirnya merasa perlu melakukan operasi untuk mengadili para pemimpin TNI Angkatan Darat yang dianggap berkhianat kepada misi yang dibebankan Soekarno. Untuk melakukan hal ini, mereka memutuskan untuk berhubungan dengan orang-orang dari PKI karena dianggap memiliki misi yang sama, yakni mengganyang Malaysia. Hal ini akhirnya menyebabkan peristiwa yang sampai sekarang disebut sebagai G30S/PKI.

C.    Perang Melawan Malaysia

Pada 20 Januari 1963, Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio mengumumkan bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia. Pada 12 April, sukarelawan Indonesia (sepertinya pasukan militer tidak resmi) mulai memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan melaksanakan penyerangan dan sabotase. Pada 27 Juli, Sukarno mengumumkan bahwa dia akan meng-"ganyang Malaysia". Pada 16 Agustus, pasukan dari Rejimen Askar Melayu DiRaja berhadapan dengan lima puluh gerilyawan Indonesia.
Meskipun Filipina tidak turut serta dalam perang, mereka memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia. Federasi Malaysia resmi dibentuk pada 16 September 1963. Brunei menolak bergabung dan Singapura keluar di kemudian hari. Ketegangan berkembang di kedua belah pihak Selat Malaka. Dua hari kemudian para kerusuhan membakar kedutaan Britania di Jakarta. Beberapa ratus perusuh merebut kedutaan Singapura di Jakarta dan juga rumah diplomat Singapura. Di Malaysia, agen Indonesia ditangkap dan massa menyerang kedutaan Indonesia di Kuala Lumpur.
Di sepanjang perbatasan di Kalimantan, terjadi peperangan perbatasan; pasukan Indonesia dan pasukan tak resminya mencoba menduduki Sarawak dan Sabah, tanpa hasil. Pada 1964 pasukan Indonesia mulai menyerang wilayah di Semenanjung Malaya. Di bulan Agustus, enam belas agen bersenjata Indonesia ditangkap di Johor. Aktivitas Angkatan Bersenjata Indonesia di perbatasan juga meningkat. Tentera Laut DiRaja Malaysia mengerahkan pasukannya untuk mempertahankan Malaysia. Tentera Malaysia hanya sedikit saja yang diturunkan dan harus bergantung pada pos perbatasan dan pengawasan unit komando. Misi utama mereka adalah untuk mencegah masuknya pasukan Indonesia ke Malaysia. Sebagian besar pihak yang terlibat konflik senjata dengan Indonesia adalah Inggris dan Australia, terutama pasukan khusus mereka yaitu Special Air Service(SAS). Tercatat sekitar 2000 pasukan khusus Indonesia (Kopassus) tewas dan 200 pasukan khusus Inggris/Australia (SAS) juga tewas setelah bertempur di belantara kalimantan (Majalah Angkasa Edisi 2006).
Pada 17 Agustus pasukan terjun payung mendarat di pantai barat daya Johor dan mencoba membentuk pasukan gerilya. Pada 2 September 1964 pasukan terjun payung didaratkan di Labis, Johor. Pada 29 Oktober, 52 tentara mendarat di Pontian di perbatasan Johor-Malaka dan ditangkap oleh pasukan Resimen Askar Melayu DiRaja dan Selandia Baru dan bakinya ditangkap oleh Pasukan Gerak Umum Kepolisian Kerajaan Malaysia di Batu 20, Muar, Johor.
Ketika PBB menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap. Sukarno menarik Indonesia dari PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mencoba membentuk Konferensi Kekuatan Baru (Conference of New Emerging Forces, Conefo) sebagai alternatif. Sebagai tandingan Olimpiade, Soekarno bahkan menyelenggarakan GANEFO (Games of the New Emerging Forces) yang diselenggarakan di Senayan, Jakarta pada 10-22 November 1963. Pesta olahraga ini diikuti oleh 2.250 atlet dari 48 negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika Selatan, serta diliput sekitar 500 wartawan asing. Pada Januari 1965, Australia setuju untuk mengirimkan pasukan ke Kalimantan setelah menerima banyak permintaan dari Malaysia. Pasukan Australia menurunkan 3 Resimen Kerajaan Australia dan Resimen Australian Special Air Service. Ada sekitar empat belas ribu pasukan Inggris dan Persemakmuran di Australia pada saat itu. Secara resmi, pasukan Inggris dan Australia tidak dapat mengikuti penyerang melalu perbatasan Indonesia. Tetapi, unit seperti Special Air Service, baik Inggris maupun Australia, masuk secara rahasia (lihat Operasi Claret). Australia mengakui penerobosan ini pada 1996. Pada pertengahan 1965, Indonesia mulai menggunakan pasukan resminya. Pada 28 Juni, mereka menyeberangi perbatasan masuk ke timur Pulau Sebatik dekat Tawau, Sabah dan berhadapan dengan Resimen Askar Melayu Di Raja dan Kepolisian North Borneo Armed Constabulary.
Pada 1 Juli 1965, militer Indonesia yang berkekuatan kurang lebih 5000 orang melabrak pangkalan Angkatan Laut Malaysia di Sampurna. Serangan dan pengepungan terus dilakukan hingga 8 September namun gagal. Pasukan Indonesia mundur dan tidak penah menginjakkan kaki lagi di bumi Malaysia. Peristiwa ini dikenal dengan "Pengepungan 68 Hari" oleh warga Malaysia.
Menjelang akhir 1965, Jendral Soeharto memegang kekuasaan di Indonesia setelah berlangsungnya G30S/PKI. Oleh karena konflik domestik ini, keinginan Indonesia untuk meneruskan perang dengan Malaysia menjadi berkurang dan peperangan pun mereda.
Pada 28 Mei 1966 di sebuah konferensi di Bangkok, Kerajaan Malaysia dan pemerintah Indonesia mengumumkan penyelesaian konflik. Kekerasan berakhir bulan Juni, dan perjanjian perdamaian ditandatangani pada 11 Agustus dan diresmikan dua hari kemudian.
















BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

1.      Pada 1961, Kalimantan dibagi menjadi empat administrasi. Inggris mencoba menggabungkan koloninya di Kalimantan dengan Semenanjung Malaya untuk membentuk Federasi Malaysia. Rencana ini ditentang oleh Pemerintahan Indonesia, Presiden Soekarno berpendapat bahwa Malaysia hanya sebuah boneka Inggris, dan konsolidasi Malaysia hanya akan menambah kontrol Inggris di kawasan ini, sehingga mengancam kemerdekaan Indonesia.
2.      Jenderal Ahmad Yani tidak bersedia mengerahkan pasukan untuk menyerbu Malaysia karena tidak merasa tentara Indonesia cukup siap menghadapi Malaysia yang dibelakangi Inggris. Namun, Jenderal A.H. Nasution tidak setuju untuk mengganyang Malaysia karena ia khawatir isu Malaysia akan ditunggangi PKI untuk memperkuat posisinya di percaturan politik di Indonesia. Melihat dukungan tentara yang setengah-setengah, Soekarno kecewa, padahal ia ingin sekali mengganyang Malaysia. Sejak saat itulah, hubungan Soekarno dan PKI bertambah kuat.
3.      Pada 12 April, sukarelawan Indonesia (sepertinya pasukan militer tidak resmi) mulai memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan melaksanakan penyerangan dan sabotase. Pada 27 Juli, Sukarno mengumumkan bahwa dia akan meng-"ganyang Malaysia". Pada 16 Agustus, pasukan dari Rejimen Askar Melayu DiRaja berhadapan dengan lima puluh gerilyawan Indonesia.

B.     Saran

            Dari peristiwa ini kita dapat mengetahui bagaimana perjuangan bangsa indonesia dalam mempertahankan wilayahnya dan bagaimana penghormatan mereka pada lenmbang negara saat itu. Sehingga sebagai generasi bangsa seharusnya lebih menghargai dan memahami lambang negara kita tercinta. Dan kita harus melestarikan budaya kita agar tidak mudah diklaim oleh negara lain.

DAFTAR PUSTAKA

 

http:// publicrelation- secret. blogspot .co.id /2011/01/ konfrontasi - indonesia-malaysia .html (diakses pada, jumat,  29 April 2016, jam 11.20)
Wikipedia.2016.https://id.wikipedia.org/wiki/Konfrontasi_Indonesia-Malaysia (diakses pada, jumat,  29 April 2016, jam 11.15)







1 komentar: